Sabtu, 28 Juli 2018

ETIKA BUANG HAJAT (1)

ETIKA BUANG HAJAT (1)
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ada beberapa adab atau etika yang perlu diperhatikan bagi orang yang mau buang hajat.
  1. Berdo’a Ketika Akan Buang Air Ketika Masuk Dan Keluar Jamban
Dari Anas bin Malik, ia berkata:
 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إذَا دَخَلَ الْخَلاءَ قَالَ: «اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ» .
Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam – apabila masuk tempat buang air besar, ia berdo’a: “Alloohumma innie ‘auudzu bika minal khubutsi wal khabaa-itsi “, artinya: “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu daripada kejelekan dan barang-barang yang jelek”. (HR Jama’ah, Hadits No. 116 ) .
Dan bagi Sa’id bin Manshur di dalam Sunan-nya:
وَلِسَعِيدِ بْنِ مَنْصُورٍ فِي سُنَنِهِ كَانَ يَقُولُ: «بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبْثِ وَالْخَبَائِثِ
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  ) biasa membaca: “Bismillah, alloohumma innie ‘auudzu bika minal khubutsi wal khabaa-itsi”. Artinya: “Dengan nama Alloh, Ya Alloh aku berlindung kepada-Mu daripada kejelekan dan barang-barang yang jelek. (Hadits No. 117 )

Dan dari Aisyah, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - إذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلاءِ قَالَ: «غُفْرَانَكَ»
Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  Apabila keluar dari tempat buang air, ia membaca: “Ghufroonaka. Artinya: “Aku mengharap ampunan-Mu”. (HR Imam yang lima kecuali Nasa’i, Hadits No. 118 )

Dan dari Anas, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - إذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلاءِ قَالَ... «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الأَذَى وَعَافَانِي» .
Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  apabila keluar dari tempat buang air, ia mengucapkan: “Alhamdulillaahil ladzie adzhaba ‘annal adzaa wa ‘aafaanie. “Artinya: “Segala puji bagi Alloh, yang telah menghilangkan gangguan daripadaku dan yang telah menjagaku.”(HR. Ibnu Majah, Hadits No. 119 )

Asy-Syaukani rahimahullah berkata:
قَالَ فِي الْفَتْحِ: أَيْ كَانَ يَقُولُ هَذَا الذِّكْرَ عِنْد إرَادَةِ الدُّخُولِ لا بَعْدَهُ، كَمَا صَرَّحَ بِهَذَا الْبُخَارِيُّ فِي الأَدَبِ الْمُفْرَدِ، وَهَذَا فِي الأَمْكِنَةِ الْمُعَدَّةِ لِذَلِكَ، وَأَمَّا فِي غَيْرِهَا فَيَقُولُ فِي أَوَّلِ الشُّرُوعِ عِنْد تَشْمِيرِ الثِّيَابِ، وَهَذَا مَذْهَبُ الْجُمْهُورِ. قَالَ: وَفِي حَمْدِهِ - صلى الله عليه وسلم - إشْعَارٌ بِأَنَّ هَذِهِ نِعْمَةٌ جَلِيلَةٌ وَمِنَّةٌ جَزِيلَةٌ، فَإِنَّ انْحِبَاسَ ذَلِكَ الْخَارِجِ مِنْ أَسْبَابِ الْهَلاكِ، فَخُرُوجُهُ مِنْ النِّعَمِ، وَحَقٌّ عَلَى مَنْ أَكَلَ مَا يَشْتَهِيه فَسَدَّ بِهِ جَوْعَتَهُ وَخَرَجَ بِسُهُولَةٍ أَنْ يَسْتَكْثِرَ مِنْ مَحَامِدِ اللَّهِ جَلَّ جَلاله. انْتَهَى مُلَخَّصًا.
Berkatalah Ibnu Hajar Al Asqallani, di dalam Fat-hul Bari: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  biasa membaca do’a ini ketika hendak masuk, dan bukan sesudahnya, sebagaimana dijelaskan Al Bukhari di dalam Al Adabul Mufrad,  dan ini di tempat-tempat yang diperuntukkan untuk buang air, Adapun selainnya, maka ia membaca pada ketika membuka pakaian, dan ini menurut pendapat Jumhur.
Ibnu Hajar berkata: Dan di dalam pujian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  itu, menunjukkan, bahwa ini adalah satu ni’mat yang besar, karena sesungguhnya tertahannya kotoran yang keluar itu adalah termasuk sebab-sebab yang membawa kebinasaan, maka keluarnya berarti termasuk ni’mat. Oleh karena itu adalah satu keharusan bagi orang yang makan apa yang diinginkannya, kemudian dapat menutup kelaparannya, dan kemudian keluar dengan mudah hendaknya memperbanyak memuji kepada Allohyang Agung. Selesai.

  1. Melepas Sesuatu Yang Tertulis Nama Alloh
Dari Anas, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - إذَا دَخَلَ الْخَلاءَ نَزَعَ خَاتَمَهُ.
Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  apabila masuk ke tempat buang air, maka ia melepaskan cincinnya. (HR Imam yang lima kecuali Ahmad, dan disahkan At-Tirmidzi, Hadits No. 121 ).

وَقَدْ صَحَّ: أَنَّ نَقْشَ خَاتَمِهِ كَانَ: (مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ)
Dan telah sah, bahwa ukiran pada cincinnya adalah : “Muhammad Rasululloh”. (Hadits No. 121 )
Asy-Syaukani rahimahullah berkata:
وَالْحَدِيث يَدُلّ عَلَى تَنْزِيه مَا فِيهِ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى عَنْ إدْخَاله الْحُشُوشِ، وَالْقُرْآنُ بِالأَوْلَى
Hadits ini menunjukkan bahwa sesuatu yang terdapat nama Alloh, jangan dibawa masuk ke jamban, lebih-lebih Al Qur’an.

  1. Tidak Berbicara Bagi Orang Yang Buang Air
Dari Ibnu Umar,
أَنَّ رَجُلاً مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ.
bahwa seorang laki-laki lewat, sedangkan Rasululloh SAW. sedang buang air kecil, lalu ia memberi salam kepada Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam  , tetapi ia tidak menjawabnya. (HR Jama’ah kecuali Bukhari, Hadits No. 122 )
Dan dari Abi Sa’id, ia berkata:
سَمِعْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: «لا يَخْرُجُ الرَّجُلانِ يَضْرِبَانِ الْغَائِطَ كَاشِفَيْنِ عَوْرَتَهُمَا يَتَحَدَّثَانِ فَإِنَّ اللَّهَ يَمْقُتُ عَلَى ... ذَلِكَ» .
Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda.: “Janganlah dua orang laki-laki keluar buang air dengan membuka auratnya sambil bercakap-cakap, karena sesungguhnya Alloh murka atas yang demikian itu. “. (HR Ahmad Abu Dawuddan Ibnu Majah, Hadits No. 123 )
لْحَدِيث زَادَ فِيهِ أَبُو دَاوُد: أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - تَيَمَّمَ ثُمَّ رَدَّ عَلَى الرَّجُلِ السَّلامَ. وَفِي رِواية أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ ثُمَّ اعْتَذَرَ إلَيْهِ فَقَالَ: «إنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إلا عَلَى طُهْرٍ»
Hadits ini ditambah oleh Abu Dawud, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  tayammum, lalu menjawab salam kepada laki-laki itu.
Dan dalam satu riwayat, bahwa sesungguhnya laki-laki itu telah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam . sedangkan ia sedang buang air kecil, kemudian ia memberi salam atasnya, tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak menjawabnya, sehingga ia wudlu’ kemudian ia menyampaikan alasan kepadanya, yaitu: “Sesungguhnya aku tidak suka menyebut ‘Alloh‘- melainkan dalam keadaan suci. 

Asy-Syaukani rahimahullah berkata:
وَهُوَ يَدُلُّ عَلَى كَرَاهِيَةِ ذِكْرِ اللَّهِ حَالَ قَضَاءِ الْحَاجَةِ، وَلَوْ كَانَ وَاجِبًا كَرَدِّ السَّلامِ
Hadis ini menunjukkan atas wajibnya menutup aurat dan meninggalkan bicara, karena alasan-alasan akan mendapatkan kemurkaan Allah itu menunjukkan atas haramnya pekerjaan tersebut.
Beliau juga berkata:
وَالْحَدِيث يَدُلّ عَلَى وُجُوبِ سَتْرِ الْعَوْرَةِ وَتَرْكِ الْكَلامِ فَإِنَّ التَّعْلِيلَ بِمَقْتِ اللَّهِ تَعَالَى يَدُلُّ عَلَى حُرْمَةِ الْفِعْلِ
Hadis ini menunjukkan tidak disukainya menyebut nama “Alloh” pada waktu buang air, sekalipun menyebutnya itu wajib seperti menjawab salam.

  1. Menjauh Dan Bertabir Ketika Buang Air Di Tempat Terbuka.
Dari Jabir, ia berkata:
خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - فِي سَفَرٍ فَكَانَ لا يَأْتِي الْبَرَازَ حَتَّى يَغِيبَ فَلا يُرَى.
Kami keluar bersarna Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  dalam suatu perjalanan, maka tidaklah ia datang ke lapangan (untuk buang air) kecuali mesti ia sembunyi, kemudian ia tidak terlihat. (HR Ibnu Majah, Hadits No. 124 ).
وَلأَبِي دَاوُد: كَانَ إذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ حَتَّى لا يَرَاهُ أَحَدٌ
Dan bagi Abu Dawud (dikatakan): Adalah Ia apabila hendak buang air, maka ia pergi sehingga tidak seorangpun melihatnya. (Hadits No. 125 )

Dan dari Abdillah bin Ja’far, ia berkata:
كَانَ أَحَبَّ مَا اسْتَتَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لِحَاجَتِهِ هَدَفٌ أَوْ حَايِشِ نَخْلٍ. رَوَاهُ أَحْمَد وَمُسْلِمٌ وَابْن مَاجَهْ، وَحَايِشِ نَخْلٍ: أَيْ جَمَاعَتُهُ وَلا وَاحِدَ لَهُ مِنْ لَفْظِهِ.
Tabir yang paling disukai oleh Nabi SAW. ketika buang air, adalah tempat yang tinggi, atau rumpun pohon kurma. (HR Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah, Hadits No. 126 )

Dan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam , ia berkata:
«مَنْ أَتَى الْغَائِطَ فَلْيَسْتَتِرْ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إلا أَنْ يَجْمَعَ كَثِيبًا مِنْ رَمْلٍ فَلْيَسْتَدْبِرْهُ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَلْعَبُ بِمَقَاعِدِ بَنِي آدَمَ، مَنْ فَعَلَ فَقَدْ أَحْسَنَ، وَمَنْ لا فَلا حَرَجَ» .
Barangsiapa buang air, maka bertabirlah, maka kalau tidak menemukan selain harus menghimpun tumpukan pasir, maka hendaknya ia membelakang, karena sesungguhnya syetan bermain di tempat-tempat duduk manusia. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh baik, dan barangsiapa tidak berbuat, maka tidak dosa.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah, Hadits No. 127 )
Asy-Syaukani rahimahullah berkata:
وَالْحَدِيث يَدُلّ عَلَى اسْتِحْبَاب أَنْ يَكُونَ قَاضِي الْحَاجَةِ مُسْتَتِرًا حَالَ الْفِعْلِ بِمَا يَمْنَعُ مِنْ رُؤْيَةِ الْغَيْرِ لَهُ وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الصِّفَةِ
Perkataan “hadaf” adalah setiap tempat yang tinggi, baik berupa bangunan, atau bukit pasir, atau gunung.
Dan hadis ini menunjukkan dianjurkannya orang yang menunaikan hajatnya agar bertabir dengan sesuatu yang dapat menghalangi pandangan orang lain yang juga dalam keadaan demikian
[Bustanul Ahbar Mukhtashar Nailul Authar, 1/60-63]



Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...