BEJANA ORANG KAFIR
Oleh
: Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
ان
الحمد لله نَحْمَدُهُ ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا
هادي له وأشهد أن لا إله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
Bejana
Orang Kafir
Dari Jabir bin Abdillah,
ia berkata:
كُنَّا نَغَزُو مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَنُصِيبُ
مِنْ آنِيَةِ الْمُشْرِكِينَ وَأَسْقِيَتِهِمْ فَنَسْتَمْتِعُ بِهَا وَلا يَعِيبُ
ذَلِكَ عَلَيْهِمْ
Kami
pernah berperang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
kami mendapatkan bagian dari bejana kaum musyrikin dan tempat-tempat
minum mereka, lalu kami pergunakannya, dan (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ) tidak menganggap
yang demikian itu cela bagi orang-orang kafir. (HR Ahmad dan Abu Dawud)
[Nailul Authar, no. 109].
Dari Abu Tsa’labah al Khusyani RA ia berkata,
قُلْت: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، إنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، أَفَنَأْكُلُ فِي
آنِيَتِهِمْ؟ قَالَ: لَا تَأْكُلُوا فِيهَا، إلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا غَيْرَهَا،
فَاغْسِلُوهَا، وَكُلُوا فِيهَ
“Aku bertanya,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berada pada negeri ahli kitab, bolehkah
kami makan pada bejana mereka?’ beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, “Janganlah
kamu makan padanya, kecuali jika kalian tidak mendapatkan yang lain, maka
cucilah (bejana mereka) kemudian makanlah padanya.” [HR. Bukhari 5478,
Muslim 1930] [Nailul Authar, no. 110].
Imam
Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
اسْتَدَلَّ
بِهِ عَلَى نَجَاسَةِ آنِيَةِ أَهْلِ الْكِتَابِ، وَهَلْ هُوَ لِنَجَاسَةِ
رُطُوبَتِهِمْ؛ أَوْ لِجَوَازِ أَكْلِهِمْ الْخِنْزِيرَ وَشُرْبِهِمْ الْخَمْرَ
وَلِلْكَرَاهَةِ؟ ذَهَبَ إلَى الْأَوَّلِ الْقَائِلُونَ بِنَجَاسَةِ رُطُوبَةِ
الْكُفَّارِ، وَهُمْ الْهَادَوِيَّةُ وَالْقَاسِمِيَّةُ، وَاسْتَدَلُّوا أَيْضًا
بِظَاهِرِ قَوْله تَعَالَى {إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ} [التوبة: 28] وَالْكِتَابِيُّ
يُسَمَّى مُشْرِكًا، إذْ قَدْ قَالُوا: الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ، وَعُزَيْرٌ
ابْنُ اللَّهِ.
Hadits ini dijadikan dalil najisnya bejana ahli kitab. Apakah karena
najisnya makanan mereka, ataukah karena mereka makan babi dan minum khamar
(arak) padanya, ataukah karena dimakruhkan? Yang mengatakan najisnya makanan
orang kafir adalah Al Hadawiyah dan Al Qasimiyah, dan didukung oleh Ibnu Hazm.
Mereka juga berdalil dengan zhahirnya firman Allah SWT:
{إِنَّمَا
الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ}
“Sesungguhnya orang-orang yang Musyrik itu najis.” (QS. At-Taubah
[9]: 28)
Dan ahli kitab disebut orang musyrik, karena mereka mengatakan bahwa Isa
adalah putra Allah, dan Uzair adalah putra Allah.
وَذَهَبَ غَيْرُهُمْ
مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ كَالْمُؤَيَّدِ بِاَللَّهِ وَغَيْرِهِ، وَكَذَلِكَ
الشَّافِعِيُّ إلَى طَهَارَةِ رُطُوبَتِهِمْ وَهُوَ الْحَقُّ بِقَوْلِهِ تَعَالَى:
{وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ
لَهُمْ} [المائدة: 5] . «وَلِأَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -
تَوَضَّأَ مِنْ مَزَادَةِ مُشْرِكَةٍ» ، وَلِحَدِيثِ جَابِرٍ عِنْدَ أَحْمَدَ
وَأَبِي دَاوُد «وَكُنَّا نَغْزُو مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ - فَنُصِيبُ مِنْ آنِيَةِ الْمُشْرِكِينَ وَأَسْقِيَتِهِمْ وَلَا
يَعِيبُ ذَلِكَ عَلَيْنَا .
Selain mereka dari Ahlul Bait seperti Al Mu’ayyid dan yang lainnya
berpendapat mengenai sucinya makanan mereka, dan ini yang benar berdasarkan
firman Allah SWT:
{وَطَعَامُ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ وَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَهُمْ}
‘makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Al Kitab itu halal
bagimu dan makanan kamu halal pula bagi mereka.” (QS. Al-Maidah [5]: 5)
Dan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam berwudhu dari tempat bekal
seorang musyrik. Juga berdasarkan hadits Jabir yang diriwayatkan oleh ahmad dan
Abu Daud:
«وَكُنَّا نَغْزُو مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ - فَنُصِيبُ مِنْ آنِيَةِ الْمُشْرِكِينَ وَأَسْقِيَتِهِمْ وَلَا
يَعِيبُ ذَلِكَ عَلَيْنَا»
“Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu mendapatkan
bejana dan tempat minum orang musyrik, dan beliau tidak mencela hal itu atas
kami.” (HR. Abu
Daud 3838) [Subulussalam 1/71-73].
Dan
bagi Imam
Ahmad dan Abu Dawud (dikatakan):
إنَّ أَرْضَنَا أَرْضُ أَهْلِ الْكِتَابِ وَإِنَّهُمْ يَأْكُلُونَ لَحْم
الْخِنْزِيرِ وَيَشْرَبُونَ الْخَمْرَ فَكَيْفَ نَصْنَعُ بِآنِيَتِهِمْ
وَقُدُورِهِمْ؟ قَالَ: إنْ لَمْ تَجِدُوا غَيْرَهَا فَارْحَضُوهَا بِالْمَاءِ
وَاطْبُخُوا فِيهَا وَاشْرَبُوا
Sesungguhnya
daerah kami adalah daerah ahli kitab, sedangkan mereka makan daging
babi dan minum arak, maka bagaimana: kami berbuat dengan bejana dan
periuk-periuk mereka itu? Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Apabila kamu tidak mendapatkan yang
lain, maka cucilah dengan air dan masaklah dan
minumlah dengannya. “[Nailul Authar, no. 111].
Dan
bagi Imam
Tirmidzi, ia berkata:
سُئِلَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - عَنْ قُدُورِ الْمَجُوسِ، قَالَ... أَنْقُوهَا غَسْلاً وَاطْبُخُوا فِيهَا
Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam Ditanya tentang periuk-periuk orang Majusi, maka ia
menjawab: “Bersihkanlahdengan dicuci dan masaklah dengannya. “[Nailul
Authar, no. 112].
.
Dan dari Anas,
Dan dari Anas,
أَنَّ يَهُودِيًّا دَعَا النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - إلَى خُبْزِ
شَعِيرٍ وَإِهَالَةٍ سَنِخَةٍ فَأَجَابَهُ
bahwa
seorang Yahudi telah mengundang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk (jamuan) roti
gandum dan lemak yang telah menjadi samin maka Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam memenuhinya.
(HR Ahmad).
[Nailul Authar, no. 113].
As-Saukani rahimahullah
dalam kitab Nailul Authar berkata:
وَقَدْ ذَهَبَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ إلَى الْمَنْعِ مِنْ اسْتِعْمَالِ
آنِيَة الْكُفَّارُ حَتَّى تُغْسَلَ إذَا كَانُوا مِمَّنْ لا تُبَاحُ ذَبِيحَتُهُ
وَكَذَلِكَ مَنْ كَانَ مِنْ النَّصَارَى بِمَوْضِعٍ مُتَظَاهِرًا فِيهِ بِأَكْلِ
لَحْمِ الْخِنْزِيرِ مُتَمَكِّنًا فِيهِ أَوْ يَذْبَحُ بِالسِّنِّ وَالظُّفْرِ
وَنَحْوِ ذَلِكَ، وَأَنَّهُ لا بَأْسَ بِآنِيَةِ مَنْ سِوَاهُمْ جَمْعًا بِذَلِكَ
بَيْنَ الأَحَادِيثِ، وَاسْتَحَبَّ بَعْضُهُمْ غَسْلَ الْكُلِّ لِحَدِيثِ
الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ:
حَفِظْتُ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -: «دَعْ مَا يَرِيبُكَ إلَى مَا لا
يَرِيبُكَ»
Sebagian
ahli ilmu berpendapat atas
larangan menggunakan bejana orang-orang kafir, sehingga dicuci,
apabila mereka termasuk golongan kafir yang tidak halal penyembelihannya,
dan demikian juga dari kalangan orang-orang Nasrani di satu tempat
yang secara terang-terangan di situ makan daging babi, atau menyembelih dengan gigi dan kuku,
dsb. Tetapi tidak mengapa (menggunakan)
bejana dari selain mereka, dengan jalan mengkompromikan (jama’) antara hadist-hadist
tersebut. Dan sebagian mereka (ahli ilmu) menganjurkan mencuci semua
bejana, karena hadist Hasan bin Ali, ia berkata:
Aku hafal
dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam , ia bersabda:
“Tinggalkanlahapa yang meragukan kamu, kepada apa yang
tidak meragukan kamu” (HR Ahmad, Nasa’i, dan Tirmidzi,
dan Tirmidzi mengesahkannya).
[Nailul Authar, no. 115].
Dari Imran bin Hushain RA
أَنَّ
النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَأَصْحَابَهُ تَوَضَّئُوا مِنْ
مَزَادَةِ امْرَأَةٍ مُشْرِكَةٍ
bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersama para shahabatnya
berwudhu dari bejana seorang perempuan musyrik. [HR. Bukhari 3444, Muslim
682]
Imam
Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
وَالْمُرَادُ
أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - تَوَضَّأَ مِنْ مَزَادَةِ
الْمُشْرِكَةِ وَهُوَ دَلِيلٌ لِمَا سَلَفَ فِي شَرْحِ حَدِيثِ " أَبِي
ثَعْلَبَةَ " مِنْ طَهَارَةِ آنِيَةِ الْمُشْرِكِينَ،
Maksudnya, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam berwudhu dari tempat bekal perempuan musyrik, dan
inilah dalil apa yang telah berlalu dalam Syarh hadits Abu
Tsa’labah mengenai sucinya bejana kaum musyrikin. [Subulussalam 1/74].
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar