Selasa, 08 Desember 2015

SHALAT DHUHA

SHALAT DHUHA
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

KEUTAMAAN SHALAT DHUHA
Sayyid Sabiq berkata dalam kitab Fiqih Sunnah :
Banyak sekali hadits-hadits yang menyatakan keutamaan shalat Dhuha itu.
Dari Abi Dzar bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"يُصَبِّحْ عَلَى كُلِّ سُلَامِي مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ. وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ. وَنَهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ. وَيَجْزِئُ، مِنْ ذَلِكَ، رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى".
Pada setiap pagi, pada tiap-tiapp ruas persendian di antara kalian memiliki hak, yaitu shadaqoh. Setiap tasbih (subhanallah) adalah shadaqoh, setiap tahmid adalah shadaqoh, setiap tahlil adalah shdaqoh, setiap takbir adalah shadaqoh, amar ma’ruf termasuk shadaqoh, mencegah dari kemungkaran termasuk shadaqoh, maka yang mencukupi demikian itu adalah shalat dhuha dua rokaat.” [HR. Muslim Kitabul Masaajid no. 720.}
[ihat Fiqih Sunnah 1, hal. 300 ; lihat Riyadus Shalihin 2, hal.]

Dari Buraidah, bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‏‏في الإنسانِ ستُّون وثلاثُمِائَةٍ مِفْصَلٍ فعليهِ أن يَتَّصَدَّقَ عن كلِّ مفصلٍ منها صدقةٌ قالوا‏:‏ فمنِ الذي يُطِيْقُ ذلك يا رسولَ اللَّه قال‏:‏ النَّخَاعةُ في المسجد يَدْفَنُهَا أو الشيءِ يُنَحِّيْهِ عن الطريقِ فإن لم يقدرْ فركعتا الضحى تُجْزِئُ عنك

“Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut”. Para sahabat bertanya, “Siapakah yang mampu melaksanakan yang seperti itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan shalat dhuha”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud) [Nailul Authar 3/57]

Dari Abu HurairAh Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia berkata :
أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ: بِصِيَامٍ ثَلَاثَةٍ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. وَرَكْعَتِي الضُّحَى. وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ.
Aku telah diberikan nasehat oleh kekasihku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dengan tiga hal, yaitu berpuasa tiga hari (13-15), pada setiap bulan (Hijriyyah), dua rakaat shalat Dhuha, dan shalat witir sebelum aku hendak tidur. [HR. Bukhari no. 1981; dan Muslim no: 721.Sunnan Tismidzi 1454]
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Baari berkata :
وَفِي هَذَا دَلَالَة عَلَى اِسْتِحْبَاب صَلَاة اَلضُّحَى وَأَنَّ أَقَلَّهَا رَكْعَتَانِ ، وَعَدَم مُوَاظَبَةِ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى فِعْلِهَا لَا يُنَافِي اِسْتِحْبَابهَا لِأَنَّهُ حَاصِلٌ بِدَلَالَةِ اَلْقَوْلِ ، وَلَيْسَ مِنْ شَرْطِ اَلْحُكْمِ أَنْ تَتَضَافَرَ عَلَيْهِ أَدِلَّة اَلْقَوْلِ وَالْفِعْلِ ،
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa shalat dhuha hukumnya mustahab (disukai) dan batas minimalnya adalah dua rekaat. Adapun sikap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak melakukan perbuatan tersebut secara terus menerus tidak menafikan kesimpulan di atas, karena hal itu telah diperoleh dari perkataan beliau dan tidak menjadi syarat bahwa suatu hokum didasarkan pada dalil yang bersumber dari perkataan dan perbuatan sekaligus. [Fathul Baari 4/361]

Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus Salam berkata :
من فَوَاِئِد صلاةِ الضحى أنها تُجزىءُ عن الصدقةِ التي تُصبِحُ على مَفاصِلِ الإنسان في كل يوم وهي ثلاثمائةٍ وستون مِفْصلاً،
Diantara faedah shalat dhuha, bahwa shalat dhuha dicatat sebagai sedekah yang dilakukan persendian manusia dalam setiap harinya yang berjumlah 360 sendi.
[Subulus Salam 1/94 (1/.613)]

HUKUM SHALAT DHUHA
Sayyid Sabiq mengatakan bahwa Shalat dhuha hukumnya adalah sunnah. Oleh karena itu barangsiapa yang menginginkan pahalanya, hendaklah ia mengerjakanya. Tetapi jika tidak mengerjakan, maka tidak mengapa.
Abu Sa’id r.a. berkata,
كان ولَ الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم يصلِّى الضحى حتى نقولَ لا يَدْعُهَا, وَيَدَعُهَا حتى نقولَ لا يُصَلِّيْهَا    
“Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  selalu mengerjakan shalat dhuha sampai-sampai kami mengira bahwa belaiu tidak pernah meninggalkannya, tetapi kalau sudah meninggalkan sampai-sampai kami mengira beliau tidak pernah mengerjakannya.” (HR Tirmidzi dan katanya: “Hadits ini hasan) [Fiqih Sunnah 1/149]

WAKTU PELAKSANAANNYA
Sayyid Sabiq berkata : Waktu yang paling utama untuk menunaikannya adalah ketika terik matahari mulai makin menyengat.
Zaid bin Arqam Rhadiallahu ‘anhu berkata :
خَرَجَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَهْلِ قُبَاءَ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ. فَقَالَ "صَلَاةُ الْأَوَّابِيْنَ إِذَا رَمَضَتِ الْفِصَالُ"
 “Nabi Shallallahu’alaihi wasallam  . keluar menuju tempat penduduk Quba’i. Ketika itu mereka sedang mengerjakan shalat dhuha. Beliau bersabda, ‘Inilah waktu shalat al-Awwabin (shalat shuha), yaitu sewaktu anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan cahaya matahari pagi.’” (HR Ahmad, Muslim no. 748, dan Tirmidzi 1457)
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
قلت قال أصحابنُا وقتُ الضحى من طلوع الشمس ويُسْتَحَبُّ تأخيرُها إلى اِرْتِفَاعِها  قال الماوَرْدِي ووقْتُها المُخْتَارُ إذا مضى رُبْعُ النهارِ والله أعلم
Saya katakan, “Para sahabat Imam Asy-Syafi’i mengatakan bahwa waktu shalat Dhuha adalah mulai dari terbitnya matahari. Dan disunnahkan untuk melambatkan mengerjakannya sampai matahari naik. Menurut Imam Al-Mawardi waktu Dhuha itulah yang dipilih, jika matahari itu telah berada di seperempat siang. Wallahu a’lam.
[Raudhatuth Thalibin 1/311 (1/675)].

JUMLAH RAKAATNYA
Ummu Hani’ berkata,
اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتِ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
“Nabi Shallallahu’alaihi wasallam  pernah mengerjakan shalat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucapkan salam.” (HR Abu Dawud dengan sanad shahih)

Dari Aisyah Rhadiallahu ‘anha ia berkata,
كاَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى الضُّحَى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيْدُ مَاشَاءَ اللهُ
“Nabi Shallallahu’alaihi wasallam  mengerjakan shalat dhuha sebanyak empat rakaat, lalu beliau menambah rakaat berikutnya tanpa ada hitungan yang pasti.” (HR Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah) [Bughul Maram, hal. 166]
Imam Ash-Shan’ani berkata :
هذا يدل على شرعية صلاة الضحى وأن أقلها أربع وقيل : ركعتان وهذا في الصحيحين من رواية أبي هريرة " وركعتي الضحى
Ini menunjukkan disyari’atkannya shalat Dhuha dan  paling sedikit empat rekaat, dan dikatakan dua rekaat, dan ini ada dalam kitab Shahihain dari riwayat Abu Hurairah : dua rekaat Dhuha.
[Subulussalam]

Dari Anas  Rhadiallahu ‘anhu ia berkata,
قَالَ رَسُولَ الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم: "مَنْ صَلَّى الضُّحَى اثْنَتَيْ عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى الله لَهُ قَصْراً فِي الْجَنَّةِ"
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda, ‘Barangsiapa melakukan shalat dhuha dua belas rekaat maka Allah membangunkan istana di surga’ (HR. Tirmidzi).
[Bulughul Maram, hal. 166]
*AlHafidz Ibnu Hajar dalam kitab Talkhis berkata : Sanadnya Dho’if.

Imam Nawawi dalam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
وأقَلُّهَا ركعتان وأفضلُها ثمانٍ وأكثرُها اِثنا عَشَرَ ويُسَلِّمُ من كل ركعتين
Shalat Dhuha paling sedikit dikerjakan dua rekaat dan lebih afdhol delapan rekaat, dan paling banyak dikerjakan sebanyak dua belas rekaat serta memberi salam pada tiap-tiap dua rekaat.
[Raudhatuth Thalibin 1/311 ; lihat Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, 4/35-36]

Sayyid Sabiq berkata, Jumlah rekaat shalat dhuha paling sedikit dua rekaat dan paling banyak delapan rekaat. [Fiqih Sunnah 1, hal.304]

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
Mayoritas yang dilakukan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam  adalah delapan rekaat, sedangkan mayoritas yang diriwayatkan dari ucapan beliau adalah dua belas rekaat.
[Nailul Authar 1, hal. 664].

SHALAT DHUHA BERJAMAAH
Shalat Dhuha boleh dikerjakan secara berjama’ah. Dalam kitab Fathul Bari (Syarah Shahih Bukhari) karya Imam Ibnu Hajar Al-’Asqalani, dinukilkan hadis ‘Itban bin Malik Radhiyallahu ‘anhu
أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي بَيْتِهِ سُبْحَة اَلضُّحَى فَقَامُوا وَرَاءَهُ فَصَلَّوْا بِصَلَاتِه
Bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah melakukan sholat Dhuha (subhata adh-dhuha) di rumahnya [rumah 'Itban bin Malik], lalu orang-orang berdiri di belakang beliau dan mereka pun sholat dengan sholat beliau. (Shahih Ibnu Huzaimah no. 1231; Musnad Ahmad no. 23773; Ibnu Hajar Al-’Asqalani, Fathul Bari, 4/177).

Kesimpulan
1.     Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang mempunyai keutamaan yang tinggi.
2.    Waktu pelaksanaan shalat Dhuha adalah setelah matahari terbit sampai menjelang waktu dhuhur.
3.    Shalat Dhuha paling sedikit dikerjakan dua rekaat, dan paling banyak dikerjakan sebanyak dua belas rekaat serta memberi salam pada tiap-tiap dua rekaat.
4.    Shalat  dhuha boleh dikerjakan secara berjamaah.


Wallahu a’lam

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...