SHALAT ISTIKHARAH
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Pengertian Shalat Istikharah
Istikharah secara bahasa artinya mengharapkan pilihan terhadap suatu perkara. Seperti ungkapan: ‘khaarallahu laka’ (Semoga Allah memilihkan untukmu), maksudnya semoga Allah memberimu apa yang terbaik untukmu. Dan seperti ungkapan: ‘istakhaarallah’, artinya memohon pilihan dari Allah. Adapun kata ikhtiar maksudnya sama dengan ishthifa’ (pilihan). Begitu juga makna kata takhayyur. Sebagaimana juga dalam ungkapan: ‘itkhirillaha yukhri laka’ (Mintalah pilihan kepada Allah, pasti Dia akan memilihkan untukmu). [Lihat Lisanul Arab (4/259), materi Kha-ya ra]
Sedangkan menurut istilah syar’i artinya mengharapkan pilihan. Maksudnya memohon agar dipalingkan perhatiannya kepada apa yang terpilih di sisi Allah dan yang lebih utama, melalui shalat atau doa yang berkaitan dengan istikharah. [Lihat Al Mausu’atul Kuwaitiyah (3/241).]
[fadhlihsan.wordpress.com]
Manfaat
Shalat istikharah sangat penting untuk dilakukan karena pilihan manusia acapkali bersifat subjektif dan terkadang tak terlepas dari dorongan nafsu. Dapat dipahami jika manusia kadang membenci sesuatu yang baik dan sebaliknya mencintai sesuatu yang buruk. Dalam hal ini, al-Qur an mensitirnya dalam surat Al-Baqarah ayat 216:
وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وأنتم لا تعلمون
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetauhi, sedangkan kamu tidak mengetauhi”.
Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi mengutip perkataan Al-Hasan tentang pengertian ayat ini :
لا تكرهوا الملمات الواقعة، فلرب أمر تكرهه فيه نجاتك، ولرب أم تحبه فيه عطبك، وأنشد
Janganlah kalian membenci penderitaan yang terjadi, sebab berapa banyak perkara yang engkau benci, namun disitulah keselamatanmu. Berapa banyak perkara yang engkau sukai, namun justru disitulah kehancuranmu”
[Tafsir Al-Qurthubi 3, hal. 91].
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لِيَسْتَلْ اَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَتَّى فىِ شَسَعِ نَعْلِهِ
“Hendaklah salah seorang di antara kamu meminta kepada TuhanNya, sampaipun dalam persoalan tali terompahnya”
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan :
وروينا في كتاب ابن السني، عن أنس رضي اللّه عنه قال: قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "يا أنَسُ، إذَا هَمَمْتَ بِأمْرٍ فاسْتَخِرْ رَبَّكَ فيهِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ انْظُرْ إلى الَّذي سَبَقَ إلى قَلْبِكَ، فإنَّ الخَيْرَ فِيهِ"
ثم إن الاستخارة مستحبّة في جميع الأمور كما صرَّح به نصُّ هذا الحديث الصحيح، وإذا استخار مضى بعدها لما ينشرحُ له صدره. واللّه أعلم
Diriwayatkan dalam kitab Ibnu Sunni, dari Anas RA, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan kepadanya,
“Hai Anas, jika engkau ingin melakukan sesuatu, maka mintalah pilihan kepada tuhannu tujuh kali, kemudian koreksilah kedalam hatimu, mana yang lebih mantap, karena sesungguhnya kebaikan terdapat di situ”
Perlu diketahu bahwa istikharoh itu dianjurkan dalam segala urusan, sebagaimana dijelaskan oleh nash dan hadits yang sahih itu. Apabila selesai beristikharah, iapun melakukan apa yang melapangkan dadanya.
[Al-Adzkar , hal. 206]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan : “Shalat istikharah ini mencakup urusan-urusan besar maupun kecil. Berapa banyak masalah kecil menjadi sumber masalah besar”
[Fathul Bari 11, 184].
Waktu Pelaksanaan
Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
يسن الاستخارة لمن أراد أمرا من الأمور المباحة, والتبس عليه وجه الخير فيه أن يصلى ركعتين من غير الفريضة ولو كانت من السنن الراتبة أوتحية المسجد فى أى وقت من الليل أو النهار
Seseorang yang menghadapi sesuatu permasalahan yang bersifat mubah sedangkan ia sendiri ragu-ragu untuk melaksanakan perkara yang terbaik, ia disunnahkan mengerjakan shalat sunnah istikharah, tetapi hukumnya tidaklah wajib.
Shalat Istikharah boleh dilakukan ketika mengerjakan shalat sunnah rawatib atau tahiyatul masjid, atau boleh pula dilakukan pada waktu malam atau siang.
[Fikih Sunnah 1, hal. 304].
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata :
قال العلماء: تستحبّ الاستخارة بالصلاة والدعاء المذكور، وتكون الصلاة ركعتين من النافلة، والظاهر أنها تحصل بركعتين من السنن الرواتب، وبتحية المسجد وغيرها من النوافل؛
Para ulama berkata : Dianjurkan istikharah dengan shalat dan doa tersebut. Shalat itu berjumlah dua rekaat sebagai shalat nafilah. Yang jelas, ia bisa dilakukan dengan dua rekaat sunnah rawatib atau takhiyatul masjid atau shalat sunnah lainnya.
[Al-Adzkar , hal. 206]
Dalam kitabnya yang lain Raudhatuth Thalibin, Imam Nawawi berkata :
ومنه تحية المسجد بركعتين ولو صلى الداخل فريضة أو وردا أو سنة ونوى التحية معها حصلا جميعا وكذا إن لم ينوها ويجوز أن يطرد
Diantara shalat sunnah yang tidak disunahkan berjamaah adalah shalat dua rekaat Tahiyatul Masjid. Jika seseorang masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan shalat fardhu, atau melaksanakan shalau sunnah lainnya dan dia berniat dengan Tahiyatul Masjid sekaligus, maka berhasil penggabungan niatnya. Begitu juga jika dia tidak meniatkan untuk shalat Tahiyatul Masjid.
[Raudhatuth Thalibin 1, hal. 675]
Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar mengutip pendapat Al-Iraqi sebagai berikut :
إن كان همه بالأمر قبل وقوع الشروع في الراتبة ونحوها ثم صلى من غير نية الاستخارة وبدا له بعد الصلاة الإتيان بدعاء الاستخارة فالظاهر حصول ذلك
Jika seseorang berniat mengerjakan shalat rawatib atau semisalnya, lalu dia mengerjakan shalat dengan tidak berniat untuk istikharah, kemudian setelah shalat muncul keinginan untuk memanjatkan do’a istikharah, maka secara lahir hal itu sudah mencukupi.
[Nailul Author 3/66 (2/11)]
Ibnu Hajar Al-Asqalani menolak pendapat tersebut dan mengatakan : “Dapat dikatakan jika dia berniat mengerjakan shalat tersebut dan shalat istikharah secara bersamaan, maka hal tersebut dibolehkan.
[Fathul Bari 11, hall. 185]
Surat Yang Dibaca
Sayyid Sabbiq berpendapat bacaan surah setelah membaca surah Al-Fatihah adalah bebas dari ayat-ayat Al-Quran yang disukainya.
Imam Nawawi berkata :
ويقرأ في الأولى بعد الفاتحة: قل يا أيّها الكافرون، وفي الثانية: قل هو اللّه أحد؛ ولو تعذرت عليه الصلاة استخار بالدعاء.
Dalam rekaat pertama sesudah surah Al-Fatihah, dibaca surat Al-Kafirun. Dalam rekaat kedua membaca surat Al-Ikhlas. Andaikata berhalangan melakukan shalat, maka istikharah dilakukan dengan berdoa.
[Al-Adzkar , hal. 206; Ihya Ulumiddin 1, hal. 680]
Do’a Shalat Istikharah
Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Quran. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunnah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ ... خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini ……. lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau di dunia atau akhirat sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.” [HR. Al-Bukhari 7/162]
Imam Nawawi berkata :
ويستحبّ افتتاح الدعاء المذكور وختمه بالحمد للّه والصلاة والتسليم على رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم؛
Dianjurkan memulai doa tersebut dan mengakhirinya dengan ucapan Alhamdulillah dan shalawat serta taslim kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam.
[Al-Adzkar , hal. 206].
Tindak lanjut
Setelah melakukan shalat istikharah dianjurkan untuk bertanya atau bermusyawarah dengan orang-orang yang kita anggap berilmu. Allah Ta’ala berfirman:
وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
“… dan bermusyawarahlah kepada mereka (para sahabat) dalam urusan itu (peperangan, perekonomian, politik dan lain-lain). Bila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah…” (Ali Imran, 3: 159)
Imam Al-Qurthubi mengutip perkatan Al-Bukhari sebagai berikut :
وكانت الأئمة بعد النبي صلى الله عليه وسلم يستشيرون الأمناء من أهل العلم في الأمور المباحة ليأخذوا بأسهلها
Para imam setelah Rasulullah selalu bermusyawarah dengan orang-orang terpercaya dari kalangan ulama tentang perkara-perkara yang dibolehkan, agar mereka dapat mengambil yang paling mudah,”
[Tafsir Al-Qurthubi 4, hal. 627].
Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin berkata : Sebagian ulama berkata : “Barangsiapa memberikan 4 hal maka ia tidak terhalang dari 4 hal. Barangsiapa memberikan syukur maka ia tidak terhalang dari tambahan. Barangsiapa memberikan taubat maka ia tidak terhalang dari diterima. Barangsiapa yang memberikan istikharah maka ia tidak terhalang dari yang terpilih. Dan barang siapa yang memberikan musyawarah maka ia tidak terhalang dari kebenaran.
[Ihya Ulumiddin 1, hal. 680].
Kesimpulan
1. Shalat Istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan untuk memohon petunjuk Allah untuk melakukan sesuatu yang bersifat mubah.
2. Shalat Istikharah bisa dikerjakan bersamaan shalat sunnah rawatib, shalat tahiyatul masjid, dan shalat-shalat sunnah lainnya.
3. Setelah shalat istiharah dianjurkan untuk bermusyawarah dengan orang-orang yang mengerti tentang permasalahan kita.
4. Petunjuk yang didapat dari shalat istikharah adalah kemantapan hati untuk melaksanakan satau tidak melaksanakan sesuatu.
Wallahu a’lam.
Sumber rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Imam Nawawi Al-Adzkar, Darul Ihya’ Indonesia, 2008
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.
-Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Asy-Syifa, Semarang
-Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Pustaka Azzam, Yakarta, 2007.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, Pustaka Azzam, 2002
-[fadhlihsan.wordpress.com]
*Slawi, Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...
-
MENGUSAP KEPALA DALAM BERWUDHU Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sha...
-
MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDHU? Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalia...
-
TALKIN (Sebelum Meninggal) Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ و...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar