Senin, 14 Maret 2011

MEMBASUH KAKI DALAM BERWUDHU

MEMBASUH KAKI DALAM BERWUDHU
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
اتفق العلماء على أن الرجلين من أعضاء الوضوء، واختلفوا في نوع طهارتهما، فقال قوم: طهارتهما الغسل، وهم الجمهور، وقال قوم: فرضهما المسح، وقال قوم: بل طهارتهما تجوز بالنوعين: الغسل والمسح، وإن ذلك راجع إلى اختيار المكلف،
Para Ulama sepakat bahwa kedua kaki adalah anggota wudhu. Tapi mereka berselisih tentang cara menyucikannya.
Menurut Jumhur ulama dengan mencuci (membasuh) kedua kaki. Sebagian ulama dengan mengusap kedua kaki. Sedang ulama yang lain boleh membasuh dan mengusap kedua kaki. Persoalan ini tergantung pada orang yang memilih.
وقد اختلفوا في الكعب ما هو، وذلك لاشتراك اسم الكعب واختلاف أهل اللغة في دلالته، فقيل هما العظمان اللذان عند معقد الشراك وقيل هما العظمان الناتئان في طرف الساق، ولا خلاف فيما أحسب في دخولهما في الغسل عند من يرى أنهما عند معقد الشراك إذا كانا جزءا من القدم، لذلك قال قوم: إنه إذا كان الحد من جنس المحدود دخلت الغاية فيه: أعني الشيء الذي يدل عليه حرف إلى، إذا لم يكن من جنس المحدود لم يدخل فيه مثل قوله تعالى {ثم أتموا الصيام إلى الليل}
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan mata kaki. Perbedaan pendapat itu terjadi karena ”mata kaki” mempunyai arti ganda, menurut para pakar bahasa. Suatu pendapat menyatakan bahwa mata kaki adalah tempat tali terompah di atas punggung kaki. Pendapat lain mengatakan bahwa dua tulang yang menonjol di ujung betis. Menurut saya (Ibnu Rusyd, pen) jika yang dimaksud dengan mata kaki adalah pendapat yang pertama, kiranya tidak ada perbedaan pendapat bahwa dua mata kaki di atas termasuk yang wajib dibasuh, karena ia termasuk dari kaki. Oleh karena itu, para ulama memberi kriteria, yaitu jika batas yang ditetapkan itu termasuk bagian dari sesuatu yang dibatasi, sehingga ujung batas tersebut tidak termasuk. Seperti firman Allah :
”Maka senpurnakanlah puasa sampai malam....” (QS. Al-Baqarah : 187)
[Bidayatul Mujtahid 1/7 (1/ 21)].

Imam Nawawi dakam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
الفرض الخامس غسل الرجلين مع الكعبين وهما العظمان الناتئان عند مفصل الساق والقدم وحكي وجه أنه الذي فوق مشط القدم قلت هذا الوجه شاذ منكر بل غلط
والله أعلم
Syarat wajib wudhu yang kelima adalah Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, yaitu dua tulang yang menonjol pada pergelangan antara betis dan telapak kaki. Ada pendapat pengikut madzhab Syafi’i yang mengatakan bahwa mata kaki adalah yang terdapat di atas balung kaki. Pendapat ini aneh dan tidak dapat diterima, bahkan keliru. Wallahu a’lam.
[Raudhatuth Thalibin 1/39 (1/203)].

Dalam kitab Nailul Authar hadits-hadits berikut :
عن عبد اللَّه بنِ عَمْرٍ قال‏:‏ ‏(‏تَخَلَّفَ عَنَّا رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم في سَفْرَةٍ فأدْرَكَنَا وقد أرْهَقَنَا العَصْرُ فجعلْنَا نتوضأُ ونَمْسَحُ على أرجلنا قال‏:‏ فَنَادَى بِأعْلَى صَوْتِهِ ويْلٌ لِلْأَعْقَابِ من النار مرتين أو ثلاثًا‏)‏‏.‏
Dari Abdillah bin Amr, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam pernah tertinggal dalam suatu bepergian, lalu beliau menyusul kami, sedangkan waktu ashar telah melewati kami, maka kami mulai berwudhu dan mengusap kaki-kaki kami. Abdullah bin Amr berkata, ‘Kemudian Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam memanggil dengan suaranya yang tinggi, ”Celaka bagi tumit-tumit dari neraka” dua kali atau tiga kali’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على وجوب غسل الرجلين وإلى ذلك ذهب الجمهور‏.‏ قال النووي‏:‏ اختلف الناس على مذاهب فذهب جميع الفقهاء من أهل الفتوى في الأعصار والأمصار إلى أن الواجب غسل القدمين مع الكعبين ولا يجزئ مسحهما ولا يجب المسح مع الغسل
Hadits-hadits ini menunjukkan wajibnya membasuh dua kaki. Hal ini merupakan pendapat jumhur. Imam Al-Nawawi berkata : Para ulama berselisih pendapat tentang hal itu, dimana menurut para ulama fiqih dari kalangan ahli fatwa dari beberapa zaman dan tempat berpendapat, bahwa yang wajib adalah membasuh dua telapak kaki bersama dua mata kaki, dan tidak cukup hanya mengusap keduanya. Dan tidak diwajibkan mengusap dan membasuhnya.
[Nailul Authar 1/137 (1/ 369)].

وعن أبي هريرةَ‏:‏ ‏(‏أن النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم رأى رجلًا لم يَغْسِلْ عَقِبَهُ فقال‏:‏ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ من النار‏)‏‏.
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam pernah melihat seorang laki-laki yang tidak membasuh tumitnya, lalu beliau bersabda, “Celakalah bagi tumit-tumit dari neraka” (HR. Muslim)
وعن جابر بن عبد اللَّه قال‏:‏ ‏(‏رأى رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم قومًا توضئُوا ولم يَمَسَّ أعْقَابُهُمُ الْمَاءُ فقال‏:‏ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ من النار‏)‏‏.‏
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam pernah melihat suatu kaum yang berwudhu, sedang rumit-tumit mereka belum terkena air, lalu beliau bersabda, ‘Celakalah bagi tumit-tumit dari neraka’ (HR. Ahmad)
وعن عبد اللَّه بن الحارث قال‏:‏ ‏(‏سمعت رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يقول‏:‏ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ وبُطُوْنِ الْأَقْدَامِ من النار‏)‏‏.‏
Dari Abdullah bin Al-Harits, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, ‘Celakalah bagi tumit-tumit dan dalamnya telapak-telapak kaki dari neraka’ (HR. Ahmad dan Al-Daruquthni)
وعن جرير بن حَازِمٍ عن قتادةَ عن أنس بن مالك‏:‏ ‏(‏أن رجلًا جاء إلى النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم وقد توضأَ وَتَرَكَ على ظَهْرٍ قَدَمَيْهِ مِثْلَ مَوْضِعِ الظُّفْرِ فقال له رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم‏:‏ اِرْجِعْ فأحْسِنْ وضوءَكَ‏)‏‏.‏ ‏
Dari Jabir bin Hazim dari Qatadah dari Anas bin Malik, bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam sedang ia telah berwudhu dan meninggalkan punggung kakinya sebesar tempat kuku, lalu Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, ‘Ulangilah lalu bagusilah wudhumu’ (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Daruquthni)

Imam Asy-Syaukani berkata :
وهذه الأحاديث تدل على وجوب غسل الرجلين وقد تقدم الكلام على ذلك في أول الباب‏.‏
Hadits-hadits ini menunjukkan wajibnya membasuh dua kaki, dan hal itu telah dibahas di awal bab ini.
[Nailul Authar 1/139 (1/ 375)].

Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm berkata :
قال الله تبارك وتعالى وأرجلكم إلى الكعبين
ولم أسمع مخالفا في أن الكعبين اللذين ذكر الله عز وجل في الوضوء الكعبان الناتئان وهما مجمع مفصل الساق والقدم وأن عليهما الغسل كأنه يذهب فيهما إلى اغسلوا أرجلكم حتى تغسلوا الكعبين
Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ”... dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, ” (QS. Al-Ma’idah 5 : 6)
Saya tidak mendengar adanya perbedaan pendapat tentang kedua mata kaki yang disebutkan oleh Allah Azza wa jalla pada wudhu, yaitu bahwa kedua mata kaki yang dimaksud ialah yang menonjol, dan keduanya merupakan tempat bertemunya pergelangan betis dan kaki. Keduanya harus disapu, seolah-olah maknanya menjadi, ”Basuhlah kakimu sehingga membasuh kedua mata kakimu”.
ولا يجزيء المرء إلا غسل ظاهر قدميه وباطنهما وعرقوبيهما وكعبيهما حتى يستوظف كل ما أشرف من الكعبين عن أصل الساق فيبدأ فينصب قدميه ثم يصب عليهما الماء بيمينه أو يصب عليه غيره ويخلل أصابعهما حتى يأتي الماء على ما بين
Tidak cukup bagi seseorang apabila ia tidak membasuh kedua telapak kakinya, baik bagian atas maupun bagian bawah, pinggiran dan kedua mata kakinya, kecuali hingga merata ke setiap bagian yang berdekatan dengan mata kaki dan berhubungan dengan pangkal betis. Lalu ia memulai dengan menegakkan kedua telapak kakinya, kemudian menumpahkan air kepada keduanya dengan tangan kanannya, atau ditumpahkan oleh orang lain. Lalu ia menyela-nyela jari jemari kakinya. Ia tidak boleh meninggalkan hal ini kecuali apabila ia telah mengetahui benar bahwa air itu telah sampai pada semua sela-sela jari jemari kaki.
[Al-Umm 1/31; Ringkasan Kitab Al-Umm 1/39)].

Kesimpulam
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa membasuh kedua kaki dengan air ketika berwudhu hukumnya wajib.
2. Batas kaki yang dibasuh adalah sampai kedua mata kaki.

Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.


*Slawi, Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...