Sabtu, 12 Maret 2011

MEMBASUH DUA TANGAN DALAM BERWUDHU

MEMBASUH DUA TANGAN DALAM BERWUDHU
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Fardhu wudhu yang ketiga ialah membasuh kedua tangan hingga kedua siku. Siku ialah sendi yang menghubungkan tangan dengan lengan> Kedua siku tersebut termasuk perkara yang wajib dibasuh karena hal yang demikian senantiasa dilakukan Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam> Sebab tidak ada keterangan lain yang menegaskan bahwa Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam pernah meninggalkannya.
[Fiqih Sunnah 1, hal 50].

Dalam kitab Nailul Authar hadits-hadits berikut :
Dari Utsman RA, dia berkata,
هلم أتوضأ لكم وضوء رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم فغسل وجهه ويديه حتى مس أطراف العضدين ثم مسح برأسه ثم أمر بيديه على أذنيه ولحيته ثم غسل رجليه‏‏‏
”Marilah aku tunjukkan pada kamu wudhu Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam” Lalu ia mencuci mukanya dan tangannya sehingga menyentuh ujung-ujung lengannya, kemudian mengussap kepalanya. Kemudian ia menjalankan kedua tangannya itu pada kedua telinga dan jenggotnya, kemudian ia membasuh kedua kakinya. (HR. Al-Daruquthni)
Imam Asy-Syaukani berkata :
قوله‏:‏ ‏(‏حتى مس أطراف العضدين‏)‏ فيه دليل على وجوب غسل المرفقين وقد قدمنا طرفًا من الكلام عليه في شرح حديث عثمان المتفق عليه
Perkataan “Sehingga menyentuh ujung-ujung lengannya”, hal ini merupakan dalil atas wajibnya membasuh kedua siku-siku dan hal itu telah dibahas pada pembahasan hadits Utsman yang mutawatir.
[Nailul Authar 1/123 (1/ 336)].

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata,
أنه توضأَ فغسل وجهه فأَسْبَغَ الوضوءَ ثم غسل يده اليمنى حتى أَشْرَعَ في العَضُدِ ثم غسل يده اليسرى حتى أشرع في العضد ثم مسح رَأْسَهُ ثم رِجْلَهُ اليمنى حتى أشرع في السَّاقِ ثم غسل رِجْلَهُ اليسرى حتى أشرع في الساق ثم قال هكذا رأيتُ رسولَ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يتوضأُ وقال‏:‏ قال رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم‏:‏ أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُوْنَ يومَ القيامةِ من إسْبَاغِ الوضوءِ فمنِ استطاعَ منكم فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ‏
“Bahwa ia pernah berwudhu, lalu ia mencuci mukanya, kemudian ia menyempurnakan wudhunya, lalu ia mencuci tangan kanannya sehingga mengenai lengan, kemudian mencuci tangan kirinya sehingga mengenai lengan, Kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh kami kanannya hingga mencapai betis, kemudian berkata, ‘Demikianlah aku melihat Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam berwudhu, dan ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, ‘Kamu orang-orang yang cemerlang muka dan kedua tangan dan kakinya pada hari kiamat, karena menyempurnakan wudhu. Oleh karena itu barangsiapa yang mampu diantara kamu, maka hendaklah memanjangkan kecemerlangan dua tangan, dua kaki dan mukanya’” (HR. Muslim)
Imam Asy-Syaukani berkata :
قال المصنف رحمه اللَّه تعالى‏:‏ ويتوجه منه وجوب غسل المرفقين لأن نص الكتاب يحتمله وهو مجمل فيه وفعله صلى اللَّه عليه وآله وسلم بيان لمجمل الكتاب ومجاوزته للمرفق ليس في محل الإجمال ليجب بذلك انتهى‏.‏
Mushannif rahimahullah berkata : “Salah satu seginya yaitu wajibnya mencuci dua siku-siku, karena nash Al-Quran masih serba mungkin karena kemujmalannya, sedangkan amalan Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam menjadi keterangan atas kemujmalan Al-Quran itu, sedangkan yang melampaui siku-siku tidak termasuk bagian mujmal yang wajib dibasuh.
[Nailul Authar 1/125 (1/ 338)].

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
اتفق العلماء على أن غسل اليدين والذراعين من فروض الوضوء لقوله تعالى {وأيديكم إلى المرافق} واختلفوا في إدخال المرافق فيها؛ فذهب الجمهور ومالك والشافعي وأبو حنيفة إلى وجوب إدخالها، وذهب بعض أهل الظاهر وبعض متأخري أصحاب مالك والطبري إلى أنه لا يجب إدخالها في الغسل؛
Para ulama sepakat bahwa membasuh tangan sampai kedua siku merupakan salah satu fardhu wudhu, berdasarkan firman Allah ta’ala, ” Dan basuhlah tanganmu sampai ke siku” (QS. Al-Maidah : 6). Para ulama berselisih pendapat dalam hal siku, termasuk bagian dari tangan atau tidak.
Jumhur ulama, Malik, Syafi’i dan Abu Hanifah berpendapat bahwa siku termasuk bagian dari tangan yang wajib dibasuh. Sedangkan sebagian ulama Zhahiri dan sebagian pengikut terakhir Malik serta Thabari tidak mewajibkan membasuh siku.
والسبب في اختلافهم في ذلك الاشتراك الذي في حرف إلى، وفي اسم اليد في كلام العرب وذلك أن حرف إلى مرة يدل في كلام العرب على الغاية، ومرة يكون بمعنى مع، واليد أيضا في كلام العرب تطلق على ثلاثة معان على الكف فقط، وعلى الكف والذراع، وعلى الكف والذراع والعضد،
Perselisihan pendapat di kalangan mereka disebabkan karena kata ”ila” kadang berarti sampai (ghayah), kadang berarti beserta atau bersama (ma’a). Kata ”al-yad” dalam bahasa arab juga mengandung tiga arti :
1. Telapak tangan saja.
2. Telapak tangan beserta siku.
3. Telapak tangan, siku dan lengan.
فمن جعل "إلى" بمعنى مع (هنا في نسخة فاس بمعنى من)، أو فهم من اليد مجموع الثلاثة الأعضاء أوجب دخولها في الغسل (فيها هنا زيادة لأن إلى عنده تكون بمعنى من ومبدأ الشيء من الشيء)، ومن فهم من "إلى" الغاية ومن اليد ما دون المرفق ولم يكن الحد عنده داخلا في المحدود لم يدخلهما في الغسل،
Ulama yang berpendapat bahwa ”ila” mempunyai arti beserta (ma’a) atau yang berpendapat bahwa ”al-yad” megandung arti seluruh bagian tangan yang terdiri dari telapak tangan, siku, dan lengan mewajibkan membasuh siku.
Sedang ulama yang berpendapat bahwa ”ila” mempunyai arti sampai (ghayah) dan kata ”al-yad” berarti sesuatu yang di bawah siku bukan bagian dari tangan, tapi hanya pembatas antara lengan atas dan bawah, maka siku tidak wajb dibasuh.
وخرج مسلم في صحيحه عن أبي هريرة أنه غسل يده اليمنى حتى أَشْرَعَ في العَضُدِ ثم اليُسْرَى كذلك، ثم غسل رِجْلَهُ اليمنى حتى أشرع في السَّاقِ، ثم غسل اليسرى كذلك، ثم قال هكذا رأيتُ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم يتوضأُ.
Dalam satu hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA,
”Abu Hurairah membasuh tangan kanannya hingga mencapai lengan, lalu membasuh lengan kirinya seperti itu, kemudian membasuh kami kanannya hingga mencapai betis, kemudian membasuh kaki kirinya seperti itu. Kemudian ia berkata, ”Seperti inilah Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam berwudhu” (HR. Muslim dan Daruquthni)
[Bidayatul Mujtahid 1/7 (1/ 13)].

Imam Nawawi dakam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
الفرض الثالث غسل اليدين مع المرفقين فإن قطع من فوق المرفق فلا فرض عليه ويستحب غسل باقي العضد لئلا يخلو العضو من طهارة. وإن قطع من تحت المرفق وجب غسل باقي محل الفرض .وإن قطع من مفصل المرفق وجب غسل رأس العظم الباقي على المذهب
Syarat wajib wudhu yang ketiga dalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku. Apabila tangannya putus dari atas sikunya, maka tidak wajib membasuhnya, melainkan disunnahkan baginya untuk membasuh sebagian lengan atasnya yang masih tersisa, agar anggota badannya tidak terlepas dari thaharah. Apabila tangannya terputus dari bawah siku, maka wajib membasuh sisa lengannya yang wajib untuk dibasuh. Apabila putus dari pergelangan siku, maka wajib dibasuh kepala tulang yang masih tersisa menurut mazhab Syafi’i.
[Raudhatuth Thalibin 1/38 (1/199)].

Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm berkata :
قال الله جل وعز وأيديكم إلى المرافق
فلم أعلم مخالفا في أن المرافق مما يغسل كأنهم ذهبوا إلى أن معناها فاغسلوا وجوهكم وأيديكم إلى أن تغسل المرافق
ولا يجزي في غسل اليدين أبدا إلا أن يؤتى على ما بين أطراف الأصابع إلى أن تغسل المرافق ولا يجزي إلا أن يؤتى بالغسل على ظاهر اليدين وباطنها وحروفهما حتى ينقضى غسلهما وإن ترك من هذا شيء وإن قل لم يجز ويبدأ باليمنى من يديه قبل اليسرى
فإن بدأ باليسرى قبل اليمنى كرهت ذلك ولا أرى عليه إعادة وإذا كان المتوضيء
Allah subhanahu wata’ala berfirman, ”Dan basuhlah tanganmu sampai ke siku” (QS. Al-Maidah : 6).
Saya tidak mengetahui bahwa ada perbedaan pendapat tentang membasuh siku, seolah-olah mereka memahami bahwa makna ayat ini adalah, ”Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kalian membasuh siku”.
Jadi, tidak cukup sekedar membasuh kedua tangan tanpa membasuh diantara tepi jari-jemari hingga sikupun ikut terbasuh, dan hendaknya dimulai dari sebelah kanan lalu pindah ke sebelah kiri. Saya memandang makruh apabila memulai membasuh anggota wudhu yang sebelah kiri, namun ia tidak harus mengulanginya apabila telah melakukannya.
Apabila orang yang berwudhu itu terpotong tangnnya, maka ia cukup membasuh tangan yang masih ada sehingga dapat membasuh kedua sikunya. Namun apabila kedua sikunya terpotong juga, maka terangkat darinya kewajiban membasuh dua tangan.
[Al-Umm 1/29; Ringkasan Kitab Al-Umm 1/36)].

Kesimpulam
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa membasuh kedua tangan sampai siku ketika berwudhu hukumnya wajib.
2. Mayoritas ulama berpendapat bahwa siku termasuk bagian tengan yang wajib dibasuh.

Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.


*Slawi, Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...