Kamis, 10 Maret 2011

BERKUMUR DAN MENGHISAP AIR HIDUNG

BERKUMUR DAN MENGHISAP AIR HIDUNG
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam kitab Nailul Authar terdapat hadits-hadits berikut :
Dari Utsman bin Affan RA,
أنه دعا بِإِنَاءٍ فَأَفْرَغَ على كَفَّيْهِ ثلاث مرّاتٍ فَغَسَلَهُمَا ثم أدخل يَمِيْنَهُ في الإناءِ فَمَضْمَضَ واسْتَنْثَرَ ثم غسلَ وَجْهَهُ ثلاثًا ويَدَيْهِ إلى الْمِرْفَقَيْنِ ثلاث مراتٍ ثم مَسَحَ برأسهِ ثم غسل رِجْلَيْهِ ثلاث مرات إلى الكعبينِ ثم قال‏:‏ رأيتُ رسولَ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِيْ هذا ثم قال‏:‏ من توضأَ نَحْوَ وُضُوْئِيْ هذا ثم صلى ركعتين لا يُحَدَّثُ فيهما نَفْسَهُ غُفِرَ اللَّه له ما تقدم من ذنبهِ‏
Bahwa ia meminta air untuk berwudhu, lalu ia menuangkan air pada kedua telapak tangannya tiga kali, lalu berkumur dan menghisap air dengan hidung dan menghembuskannya keluar, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku tiga kali dan tangan kirinya pun begitu pula. Kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali dan kaki kirinya pun begitu pula. Kemudian ia berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu seperti wudlu-ku ini. Muttafaq Alaihi.

Dari Ali RA,
أنه دعا بوضوءِ فَتَمَضْمَضَ وَنْثَرَ بِيَدِهِ الْيُسْرَى ففعل هذا ثلاثًا ثم قال‏:‏ هذا طَهُوْرُ نبيِّ اللَّهِ صلى اللَّه عليه وآله وسلم‏‏
Bahwa ia meminta air untuk berwudhu, lalu iapun berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya, serta mengembuskannya dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian ia berkata, ”Beginilah cara Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersuci” (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Dari Abu Hrairah RA,
أن النبيَّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم قال‏:‏ إذا توضأَ أحدُكم فليجعلْ في أَنْفِهِ ماءً ثم لْيَسْنَتْثِرْ.‏
Bahwa Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Bila seseorang diantara kalian berwudhu, maka hendaklah ia memasukkan air ke dalam hidungnya kemudian beristintsar” Muttafaq Alaihi.

Dari Hammad bin Salamah, dari Ammar bin Abu Ammar, dari Abu Hrairah RA, ia berkata,
أمر رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم بالْمَضْمَضَةِ والْاِسْتِنْشَاقِ
“Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam memerintahkan berkumur dan beristinsyaq” (HR. Ad-Daruquthni)




Imam Asy-Syaukani berkata :
يمجه قال النووي‏:‏ وأقلها أن يجعل الماء في فيه ولا يشترط إدارته على المشهور وعند الجمهور وعند جماعة من أصحاب الشافعي وغيرهم أن الإدارة شرط والمعول عليه في مثل هذا الرجوع إلى مفهوم المضمضة لغة وعلى ذلك تنبني معرفة الحق‏.‏ والذي في القاموس وغيره أن المضمضة تحريك الماء في الفم‏.
Imam Al-Nawawi berkata : Berkumur minimal memasukkan air ke dalam mulut dan tidak disyaratkan mengocaknya. Seangkan pendapat yang masyhur adalah pendapat jumhur Jama’ah pengikut Al-Syafi’i dan lain-lainnya. Mereka berpendapat bahwa mengocak air merupakan syarat di dalam berkumur. Sedangkan menurut kamus yang disebut berkumur adalah mengocakkan air di dalam mulut.
قال النووي‏:‏ قال جمهور أهل اللغة والفقهاء والمحدثون‏:‏ الاستنثار هو إخراج الماء من الأنف بعد الاستنشاق
Imam Al-Nawawi berkata : Jumhur berkata : Menurut para ahli bahasa, ahli fiqih dan ahli hadits, bahwa menurut pendapat mereka yang disebut ”Istintsar” adalah mengeluarkan air dari hidung setelah memasukkannya.
[Nailul Authar 1/112 (1/ 307-308)].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Menurut sunnah, hendaklah memasukkan air ke hidung (istinsyaq) dengan tangan kanannya, tetapi bila ingin mengeluarkan, maka disambut dengan tangan yang kirinya, hal ini berdasarkan Ali RA,
‏‏أنه دعا بوضوء فتمضمض وَنْثَرَ بِيَدِهِ الْيُسْرَى ففعل هذا ثلاثًا ثم قال‏:‏ هذا طَهُوْرُ نبيِّ اللَّهِ صلى اللَّه عليه وآله وسلم‏‏
Ali meminta air untuk berwudhu, lalu iapun berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya, serta mengembuskannya dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian ia berkata, ”Beginilah cara Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersuci” (HR. Ahmad dan Nasa’i)
Berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung sudah dikatakan memadai, jika air tersebut telah dimasukkan ke mulut dan ke hidung, walau dengan cara bagaimanapun. Akan tetapi, menurut keterangan hadits yang sahih seperti yang telah diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bahwa beliau melakukan yang demikian itu secara bersambung antara berkumur-kunur dan memasukkan air ke dalam hidung.
[Fiqih Sunnah 1, hal 54-55].

Imam Syafi’i da;am kitab Al-Umm berkata :
وأحب إلي أن يبدأ المتوضىء بعد غسل يديه أن يتمضمض ويستنشق ثلاثا يأخذ بكفه غرفة لفيه وأنفه ويدخل الماء أنفه ويستبلغ بقدر ما يرى أنه يأخذ بخياشيمه ولا يزيد على ذلك ولا يجعله كالسعوط وإن كان صائما رفق بالاستنشاق لئلا يدخل رأسه
وإنما أكدت المضمضة والاستنشاق دون غسل العينين للسنة وأن الفم يتغير وكذلك الأنف
Saya lebih menyukai orang berwudhu yang memulainya dengan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidungnya tiga kali setelah membasuh kedua tangannya, yaitu dengan cara mengambil air dengan telapak tangannya untuk mulut dan hidungnya, kenudian memasukkan air tersebut ke dalam hidungnya sampai batas yang terlihat bahwa air itu masuk ke bagian dalam hidungnya. Namun apabila ia berpuasa, hendaknya memasukkan air ke dalam hidungnya dengan lembut, agar air itu tidak masuk ke bagian kepalanya.
Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung adalah sunnah, karena dengannya bau mulut dan hidung akan hilang.
[Al-Umm 1/26 , Ringkasan Kitab Al-Umm 1/35]

Imam Nawawi dakam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
ثم أصل هذه السنة يحصل بوصول الماء إلى الفم والأنف سواء كان بغرفة أو أكثر وفي الأفضل طريقان الصحيح أن فيه قولين أظهرهما الفصل بين المضمضة والاستنشاق أفضل والثاني الجمع بينهما أفضل
Pelaksanaan sunnah wudhu ini dapat dilakukan dengan masuknya air ke dalam mulut dan hidung, baik dengan sekali ciduk atau lebih. Adapun yang paling utama dilakukan dengan dua cara. Menurut pendapat yang sahih, bahwa dalam hal itu terdapat dua pendapat madzhab Asy-Syafi’i : Pertama, yang paling Azhhar adalah membedakan antara berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung. Kedua, menyatukan antara keduanya.
[Raudhatuth Thalibin 1/44 (1/214)].

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram mengutip hadits dari Laqith Ibnu Shabirah Radliyallaahu 'anhu , ia berkata berkata,
قال رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم أسبغ الوضوء وخلل بين الأصابع وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائما. أخرجه الأربعة وصححه ابن خزيمة
ولأبي داود في رواية إذا توضأت فمضمض
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sempurnakanlah dalam berwudlu, usaplah sela-sela jari, dan isaplah air ke dalam hidung dalam-dalam kecuali jika engkau sedang berpuasa." Riwayat Imam Empat dan hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
Menurut riwayat Abu Dawud: "Jika engkau berwudlu berkumurlah."
[Bulughul Maram, Bab Thaharah hadits 44]

Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
والحديث دليل على المبالغة في الاستنشاق لغير الصائم وإنما لم يكن في حقه المبالغة لئلا ينزل إلى حلقه ما يفطره ودل على ذلك أن المبالغة ليست بواجبة إذ لو كانت واجبة لوجب عليه التحري ولم يجز له تركها
Hadits tersebut menunjukkan perintah untuk bersungguh-sungguh dalam beristisyaq (memasukkan air ke dalam hidung) bagi yang tidak berpuasa, namun tidak dianjurkannya bagi yang sedang berpuasa agar air tidak turun ke tenggorokannya yang dapat merusak puasanya. Hal itu menunjukkan bahwa mubalaghoh (bersungguh-sungguh) tidak wajib, sebab seandainya wajib niscaya tidak diperbolehkan meninggalkannya.
[Subulussalam 1/25 (1/109)].

Kesimpulam
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumur dan menghisap air dengan hidung dalam berwudhu hukumnya sunnah.
2. Mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumur dan menghisap air dengan hidung dalam berwudhu bisa dilakukan secara bersamaan atau berurutan.

Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005


*Slawi, Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...