Selasa, 08 Maret 2011

MENCUCI TANGAN SEBELUM BERWUDHU

MENCUCI TANGAN SEBELUM BERWUDHU
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Salah satu sunnah wudhu adalah mencuci tangan sewaktu hendak memulai wudhu. Hal ini berdasarkan hadits Aus bin Aus Ats-Tsaqafi RA,
‏‏رأيت رسولَ اللَّهِ صلى اللَّه عليه وآله وسلم توضأَ فَاسْتَوْكَفَ ثلاثًا أي غَسَلَ كَفَّيْهِ‏
”Saya melihat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam berwudhu lalu membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali sebelum itu” (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Dari Abu Hurairah RA,
أن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم قال‏:‏ إذا اسْتَيْقَظَ أحدُكم من نَوْمِهِ فلا يَغْمِسْ يَدَهُ حتى يَغْسِلَهَا ثلاثًا فإنه لا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدَهُ
”Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Apabila salah seorang diantara kamu bangun dari tidur, maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam air sebelum mencucinya tiga kali, karena dia tidak tahu kemanakah tangannya merayap di waktu malam’” (HR. Jamaah, tetapi Al-Bukhari tidak menyebut bilangan tiga kali)
[Fiqih Sunnah 1, hal 342 dam 357].

Imam Asy-Syaukani berkata :
والشافعية والحنفية أنه مسنون ولا يجب لحديث ‏(‏توضأ كما أمرك اللَّه‏)‏ ولم يذكر فيه غسل اليدين
Menurut pendapat pengikut mazhab Syafi’i dan Hanafi, bahwasanya membasuh kedua tapak tangan dalam berwudhu adalah sunnah, dan bukan wajib seperti diterangkan dalam hadits,
”Berwudhulah seperti Allah memerintahkan kepadamu”,
Di dalam hadits tersebut disebutkan tentang membasuh kedua tangan.
وحديث الاستيقاظ الغسل فيه لا للوضوء
وعن أبي هريرة‏:‏ أن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم قال‏:‏
‏ إذا اسْتَيْقَظَ أحدُكم من نَوْمِهِ فلا يَغْمِسْ يَدَهُ حتى يَغْسِلَهَا ثلاثًا فإنه لا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدَهُ رواه الجماعة إلا أن البخاري لم يذكر العدد وفي لفظ الترمذي وابن ماجه‏:‏
‏(‏إذا استيقظ أحدكم من الليل‏)
Sedangkan adanya hadits yang mewajibkan membasuh tangan setelah bangun tidur itu bukan dimaksudkan untuk orang yang mau berwudhu.
Dari Abu Hurairah, dia berkata,
”Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Apabila salah seorang diantara kamu bangun dari tidur, maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam air sebelum mencucinya tiga kali, karena dia tidak tahu dimana tangannya diletakkan’” (HR. Jamaah, tetapi Al-Bukhari tidak menyebut bilangan tiga kali)
Dan di dalam lafadz At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dikatakan :
”Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur malam”
وعن ابن عمر‏:‏ أن النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم قال‏:‏ ‏(‏إذا استيقظ أحدكم من مَنَامِهِ فلا يُدْخِلْ يَدَهُ في الْإِنَاءِ حتى يَغْسِلَهَا ثلاث مراتٍ فإنه لا يدري أين بَاتَتْ يده أو أين طَافَتْ يَدُهُ‏)‏‏‏ رواه الدارقطني وقال‏:‏ إسناد حسن‏
Dan dari Ibnu Umar, Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Apabila salah seorang diantara kamu bangun dari tidur, maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam bejana, sehingga ia mencucinya tiga kali, karena dia tidak tahu dimana tangannya diletakkan atau dimana tangnnya berkeliling” (Hadits Ad-Daruquthni dan ia berkata : Sanadnya Hasan)
والحديث يدل على المنع من إدخال اليد إلى إناء الوضوء عند الاستيقاظ وقد اختلف في ذلك فالأمر عند الجمهور على الندب وحمله أحمد على الوجوب في نوم الليل
Hadits ini menunjukkan atas larangan memasukkan tangan di dalam bejana untuk wudhu ketika bangun tidur, tetapi persoalan ini masih diperselisihkan. Maka perintah di sini menurut jumhur adalah menunjukkan sunnah, sedangkan menurut Imam Ahmad bahwa mencuci tangan hukumnya wajib.
[Nailul Authar 1/111 (1/ 301-304)].

Imam Syafi’i da;am kitab Al-Umm berkata :
وإذا أدخل يده في الإناء قبل أن يغسلها وهو لا يستيقن أن شيئا من النجاسة ماسها لم يفسد وضوؤه وكذلك إن شك أن يكون ماسها فإن كان اليد قد ماسته نجاسة فأدخلها في وضوئه فإن كان الماء الذي توضأ به أقل من قلتين فسد الماء فأهراقه وغسل منه الإناء وتوضأ بماء غيره لا يجزئه غير ذلك وإن كان الماء قلتين أو أكثر لم يفسد الماء وتوضأ وطهرت يده بدخولها الماء إن كانت نجاسة لا أثر لها ولو كانت نجاسة لها أثر أخرجها وغسلها
Apabila seseorang memasukkan tangannya ke dalam bejana sebelum menyucikannya dan tidak meyakini bahwa ada najis yang menyentuh tangannya, maka wudhunya tidak batal. Demikian juga halnya apabila ia ragu bahwa ia menyentuh najis. Apabila tangannya telah menyentuh najis lalu dimasukkan ke dalam air wudhunya, dan jika air wudhu itu kadarnya kurang dari dua kullah, maka air itu dikategorikan sebagai air yang rusak, sehingga ia harus menuang air itu dan mencuci bejananya.
[Al-Umm 1/25 , Ringkasan Kitab Al-Umm 1/35]

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
اختلف الفقهاء في غسل اليد قبل إدخالها في إناء الوضوء، فذهب قوم إلى أنه من سنن الوضوء بإطلاق، وإن تيقن طهارة اليد، وهو مشهور مذهب مالك والشافعي.
وقيل إنه مستحب للشاك في طهارة يده؛ وهو أيضا مروي عن مالك. وقيل إن غسل اليد واجب على المنتبه من النوم، وبه قال داود وأصحابه
Para fuqaha berbeda pendapat tentang hokum mencuci tangan sebelum dimasukkan ke dalam tempat air wudhu. Sebagian mereka berpendapat bahwa hal itu mutlak sebagai sunat wudhu, walaupun orang wudhu itu yakin bahwa tangannya telah suci. Inilah pendapat popular dari Mazhab Malik dan Syafi’i.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan itu dianjurkan (mustahab) bagi orang yang ragu akan kesucian tangannya. Pendapat terakhir juga diriwayatkan dari Malik. Pendapat ini mengatakan bahwa mencuci tangan itu wajib bagi orang yang bangun tidur. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Dawud dan para pengikutnya.
[Bidayatul Mujtahid 1/7 (1/10)].

Imam Nawawi dakam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
ولا تزول الكراهة إلا بغسلهما ثلاثا قبل الغمس نص عليه البويطي وصرح به الأصحاب للحديث الصحيح وقال أصحابنا إذا كان الماء في إناء كبير أو صخرة مجوفة بحيث لا يمكن أن يصب منه على يده وليس معه ما يغترف به استعان بغيره أو أخذ الماء بفمه أو طرف ثوب نظيف ونحوه والله أعلم
Mencelupkan tangan ke dalam air masih tetap makruh hukumnya kecuali setelah keduanya dibasuh tiga kali sebelum dicelupkan. Hal ini sebagaimana yang ditulis oleh Al-Buwaithi, dan dinyatakan secara terang-terangan oleh para sahabat kami sesuai dengan hadits yang sahih. Para sahabat kami mengatakan, apabila air itu berada di suatu bejana yang besar, atau di lubang yang terdapat di sebuah gurun, yang sulit baginya untuk mengambil air dengan tangannya, dan dia tidak memiliki alat untuk menciduk air, hendaknya ia meminta pertolongan kepada orang lain, atau mengambil air dengan mulutnya, atau ujung bajunya yang bersih dan semacamnya. Wallahu a’lam.
[Raudhatuth Thalibin 1/44 (1/210)].

Kesimpulam
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa membasuh kedua tangan sebelum berwudhu hukumnya sunnah.
2. Mayoritas ulama berpendapat bahwa membasuh kedua tangan sesudah bangun tidur humkumnya sunnah.

Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.



*Slawi, Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...