Minggu, 27 Maret 2011

BERWUDHU SETELAH MAKAN

BERWUDHU SETELAH MAKAN
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata : Disunnatkan untuk berwudhu setelah makan makanan yang yang dimasak dengan panasnya api.
[Fiqih Sunnah 1, hal. 72].

Ibnu Rusyd dalam kitab bidayatul Mujtahid mengatakan :
اختلف الصدر الأول في إيجاب الوضوء من أكل ما مسته النار لاختلاف الآثار الواردة في ذلك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، واتفق جمهور فقهاء الأمصار بعد الصدر الأول على سقوطه، إذ صح عندهم أنه عمل الخلفاء الأربعة، ولما ورد من حديث جابر أنه قال: " كان آخِرُ الْأمْرَيْنِ من رسولِ الله صلى الله عليه وسلم تَرْكَ الوضوءِ مِمَّا مَسَّتْهُ النَّارُ" خرجه أبو داود. ولكن ذهب قوم من أهل الحديث أحمد وإسحاق وطائفة غيرهم أن الوضوء يجب فقط من أكل لحم الجزور لثبوت الحديث الوارد بذلك عنه عليه الصلاة والسلام
Pada era awal Islam terdapat perbedaan tentang wudhu seseorang itu batal lantaran makan makanan yang masak karena pi. Perbedaan itu terjadi karena banyaknya hadits yang membicarakan masalah ini.
Setelah era pertama Islam, mayoritas fuqaha Amshar sepakat bahwa itu tidak membatalkan wudhu. Sebab empat Khulafaur Rasyidin –menurut mereka- juga berpendapat tidak membatalkan. Pendapat ini juga diperkuat oleh hadits Jabir yang menyatakan :
كان آخِرُ الْأمْرَيْنِ من رسولِ الله صلى الله عليه وسلم تَرْكَ الوضوءِ مِمَّا مَسَّتْهُ النَّارُ
”Adalah yang terakhir dari dua perkara dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berwudhu karena makan (makanan) yang disentuh oleh api” (HR. Abu Dawud)
Tetapi sebagian ulama hadits, seperti Ahmad, Ishaq, dan yang lain, menyatakan bahwa yang membatalkan wudhu itu hanya karena makan daging kambing berdasarkan ketetapan dan hadits sahih.
[Bidayatul Mujtahid 1/29 (1/71)]

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar mengutip dan menjelaskan hadits-hadits berikut :
عن إبراهيمَ بن عبدِ اللَّه بن قَارِظٍ‏:‏ ‏(‏أنه وجد أبا هريرة يتوضأُ على المسجدِ فقال‏:‏ إنما أتوضأُ من أَثْوَارِ أَقِطٍ أكَلْتُهَا لِأَنِّي سمعتُ رسولَ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يقول‏:‏ توضئوا مما مَسَّتِ النَّارِ‏‏
Dari Ibrahim bin Abdillah bin Qaridh, bahwa ia menjumpai Abu Hurairah sedang berwudhu di masjid, lalu Abu Hurairah berkata, ’Sebenarnya aku berwudhu karena beberapa potong keju yang saya makan, karena aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Berwudulah karena makan (makanan) yang tersentuh api’” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)
وعن عائشة عن النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم قال‏:‏ ‏توضؤا مما مَسَّتِ النَّارِ ‏‏
Dari Aisyah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ia bersabda, ”Berwudhulah karena makan (makanan) yang tersentuh api” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)
وعن زيد بن ثابت‏:‏ ‏عن النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم مِثْلُهُ‏‏
Dari Zaid bin Tsabit, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti itu juga (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)

Asy-Syaukani berkata :
والأحاديث تدل على وجوب الوضوء مما مسته النار
Hadits-hadits di atas menunjukkan atas wajibnya wudhu karena makan (makanan) yang tersentuh api.


وعن ميمونة قالت‏:‏ ‏أكل النبيُّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم مَنْ كَتِفِ شاةٍ ثم قام فصلَّى ولم يتوضأ‏ُ‏
Dari Maimunah, ia berkata, ”Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah makan belikat kambing, kemudian ia berdiri dan shalat dengan tidak berwudhu” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

وعن عَمْرِو بن أُمَيَّةَ الضَّمَرِي قال‏:‏ ‏رأيتُ النبيَّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم يَحْتَزُّ مِنْ كَتِفِ شاةٍ فأكل منها فَدُعِيَ إلى الصلاةِ فقام وَطَرَحَ السِّكِيْنَ وصلَّى ولم يتوضأُ
Dari Amr bin Umayah Al-Dhamari, ia berkata, ”Aku pernah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memotong belikat kambing, lalu ia makan daripadanya, kemudian diseru adzan untuk shalat, lalu ia berdiri dan melemparkan pisaunya kemudian shalat dengan tidak berwudhu” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على عدم وجوب الوضوء مما مسته النار
Hadits-hadits di atas menunjukkan atas tidak wajibnya wudhu karena makan (makanan) yang tersentuh api.

وعن جابر قال‏:‏ ‏أكلتُ مع النبيِّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم ومع أبي بكرٍ وعُمَرَ خُبْزًا ولَحْمًا فصلوا ولم يتوضئوا‏‏
Dari Jabir, ia berkata, ”Aku pernah makan roti dan daging bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar, lalu mereka mengerjakan shalat dengan tidak berwudhu” (HR. Ahmad)

وعن جابر قال‏:‏ ‏ كان آخِرُ الْأمْرَيْنِ من رسولِ الله صلى الله عليه وسلم تَرْكَ الوضوءِ مِمَّا مَسَّتْهُ النَّارُ
Dari Jabir, ia berkata, ”Adalah yang terakhir dari dua perkara dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berwudhu karena makan (makanan) yang disentuh oleh api” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على عدم وجوب الوضوء مما مسته النار وقد تقدم الكلام على ذلك‏.‏
قال المصنف رحمه اللَّه‏:‏ وهذه النصوص إنما تنفي الإيجاب لا الاستحباب ولهذا قال للذي سأله‏:‏ ‏(‏أنتوضأ من لحوم الغنم قال‏:‏ إن شئت فتوضأ وإن شئت فلا تتوضأ‏)‏ ولولا أن الوضوء من ذلك مستحب لما أذن فيه لأنه إسراف وتضييع للماء بغير فائدة انتهى
Hadits-hadits di atas menunjukkan atas tidak wajibnya wudhu karena makan (makanan) yang tersentuh api dan masalah ini telah kita bicarakan dahulu.
Al-Musgannif rahimahullah mengatakan, nash-nash di atas meniadakan wajibnya wudhu dan tidak meniadakan sunnahnya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab orang yang menanyakannya dengan jawaban, ”Jika anda suka silahkan berwudhu dan jika tidak maka tidak usah berwudhu”. Sekiranya wudhu karena makan (makanan) yang disentuh api itu tidak disunnahkan niscaya ia tidak mengijinkannya, karena wudhu sesudah makan (makanan) yang disentuh api itu termasuk berlebih-lebihan dan menghabis-habiskan air dengan tiada manfaat, selesai.
[Nailul Authar 1/173-175 (1/470-474)]

Kesimpulan :
Mayoritas ulama berpendapat disunnatkan untuk berwudhu setelah makan makanan yang yang dimasak dengan panasnya api.
Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.


*Slawi, Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...