Senin, 14 Februari 2011

RUKU’ BERSAMA IMAM

RUKU’ BERSAMA IMAM
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Para ulama sepakat bahwa seseorang yang mendatangi shalat jamaah yang sedang berlangsung, ia bertakbiratul ihram dan kemudian mengikuti keadaan imam pada saat itu. Mereka juga sepakat, seorang yang sempat ruku’ bersama imam, ia terhitung telah mendapatkan satu rekaat.

Dari Ali Ibnu Abu Tholib Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"إذا أَتى أَحَدُكمُ الصَّلاةَ والإمَامُ عَلى حَالٍ فَلْيَصْنعْ كما يَصْنَعُ الإمامُ"
"Apabila seorang di antara kamu datang untuk melakukan sholat sedang imam berada dalam suatu keadaan, maka hendaklah ia mengerjakan sebagaimana yang tengah dikerjakan oleh imam." Riwayat Tirmidzi dengan sanad yang lemah.

Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
وفي الحديث دلالة على أنه يجب على من لحق بالإمام أن ينضم إليه في أي جزء كان من أجزاء الصلاة: فإذا كان الإمام قائماً أو راكعاً، فإنه يعتد بما أدركه معه كما سلف، فإذا كان قاعداً أو ساجداً قعد بقعود وسجد بسجوده ولا يعتد بذلك، وتقدم ما يؤيده من حديث ابن أبي شيبة. "ومن وجدني قائماً أو راكعاً أو ساجداً فليكن معي على حالتي التي أنا عليها".وأخرج ابن خزيمة مرفوعاً عن أبي هريرة "إذا جئتم ونحن سجود فاسجدوا ولا تعدّوها شيئاً ومن أدرك الركعة فقد أدرك الصلاة"
Dalam hadits ini ada dalil yang menunjukkan wajibnya bagi orang yang menjumpai imam untuk bergabung kepadanya pada bagian manapun dari bagian shalatnya. Jika imam sedang ruku’ atau berdiri maka ia mengikutinya dengan apa yang ia temui bersama imam sebagaimana yang telah dijelaskan. Jika imam duduk atau sujud maka ia duduk seperti duduknya imam dan sujud sebagaimana sujudnya imam. Dan telah lalu apa yang menguatkan hadits ini dari hadits Ibnu Abi Syaibah, “Barangsiapa yang menjumpaiku sedang dalam keadaan berdiri atau sujud, hendaknya ia mengikuti sebagaimana yang saya lakukan” Ibnu Khuzaimah meriwayatkan secara marfu’ dari Abu Hurairah, “Jika kalian datang, sedang kami dalam keadaan sujud, maka bersujudlah, dan jangan perhitungkan sujudnya, barangsiapa yang mendapatkan rekaat maka mendapatkan shalat”
[Subulusssalam 1, hal. 109/620]

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
قوله‏:‏ ‏(‏فليصنع كما يصنع الإمام‏)‏ فيه مشروعية دخول اللاحق مع الإمام في أي جزء من أجزاء الصلاة أدركه من غير فرق بين الركوع والسجود والقعود
Sabda beliau (maka hendaklah ia mengerjakan sebagaimana yang tengah dikerjakan oleh imam), ini menunjukkan disyariatkan bagi yang baru datang (masbuq), agar langsung mengikuti posisi imam, di bagian manapun imam saat itu, tanpa membedakan ruku’, sujud maupun duduk.
[Nailul Authar 1, hal. 745].

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا جِئْتُمْ إلى الصلاةِ ونحن سجودٌ فَاسْجُدُوْا, وَلاَ تَعْتَدُّوْها شيئًا ومن أدرك الرَّكْعَةَ فقد أدرك الصلاةَ
"Jika kalian mendatangu shalat, dan mendapati kami sedang sujud, maka bersujudlah, dan jangan dihitung apa-apa (yakni tidak dihitung satu rekaat) dan barangsiapa yang mendapatkan ruku’ berarti dia telah mendapatkan shalat (satu rekaat)” (HR. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
من أدرك رَكْعَةٌ من الصلاةِ مع الإمامِ فقد أدرك الصلاةَ‏
“Barangsiapa yang mendapatkan ruku’ dari shalat bersama imam berarti dia telah mendapatkan shalat tersebut” (HR. Bukhari, Muslim)

Imam Asy-Syaukani berkata :
قوله‏:‏ ‏(‏ومن أدرك الركعة‏)‏ قيل المراد بها هنا الركوع وكذلك قوله في حديث أبي هريرة‏:‏ ‏(‏من أدرك ركعة من الصلاة‏)‏ فيكون مدرك الإمام راكعًا مدركًا لتلك الركعة وإلى ذلك ذهب الجمهور
Sabda beliau (dan barangsiapa yang mendapatkan ruku’) maksudnya adalah ruku, demikian juga pada hadits Abu Hurairah : (dan barangsiapa yang mendapatkan ruku’ dari shalat), maka orang sempat mengikuti imam ketika ruku’ berarti ia mendapatkan rekaat itu. Demikian menurut pendapat jumhur.
[Nailul Authar 1, hal. 745].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
من أدرك الإمام كبر تكبرة الإحرام قائما ودخل معه على الحالة التى هو عليها. ولا يعتمد بركعة حتى يدرك ركوعها سواء أدرك الركوع بتمامه مع الإمام او أنحنى فوصلت يداه إلى ركبتيه قبل رفع الإمام فعن أبي هريرة‏:‏ ‏(‏أن النبي صلى اللَّه عليه وسلم قال: إِذَا جِئْتُمْ إلى الصلاةِ ونحن سجودٌ فَاسْجُدُوْا, وَلاَ تَعْتَدُّوْها شيئًا ومن أدرك الرَّكْعَةَ فقد أدرك الصلاةَ
Barangsiapa yang sempat mengejar imam dalam shalatnya, hendaklah ia langsung bertakbiratul ihram sambil berdiri lalu mengikuti keadaan apa saja yang dilakukan imam pada waktu itu.
Seseorang dianggap sempat mengerjakan satu rekaat jika ia sempat mengerjakan ruku’ bersama imam, baik ruku’ secara sempurna bersama imam maupun hanya dengan membungkuk hingga kedua tangannya sempat memegang kedua lututnya sebelum imam mengangkat kepalanya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Jika kalian mendatangu shalat, dan mendapati kami sedang sujud, maka bersujudlah, dan jangan dihitung apa-apa (yakni tidak dihitung satu rekaat) dan barangsiapa yang mendapatkan ruku’ berarti dia telah mendapatkan shalat (satu rekaat)” (HR. Abu Daud)
والمسبوق يصنع مثل ما يصنع الإمام فيقعد معه القعود الأخير, ويدعو ولا يقوم حتى يسلم, و يكبر إذا قام لإتمام ما عليه
Adapun makmum yang masbuq, hendaklah ia mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan oleh imam. Jadi, ia harus duduk yang akhir dan berdo’a. Iapun tidak berdiri hingga imam mengucapkan salam. Jika imam telah mengucapkan salam, hendaklah ia bertakbir pada saat berdiri untuk menyelesaikan dan menyempurnakan sisa-sisa shalat yang tertinggal.
[Fiqih Sunnah 1, hal. 166/345].

Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm berkata :
ولو أن رجلا أدرك الإمام راكعا فركع قبل أن يرفع الإمام ظهره من الركوع اعتد بتلك الركعة ولو لم يركع حتى رفع الإمام ظهره من الركوع لم يعتد بتلك الركعة ولا يعتد بها حتى يصير راكعا والإمام راكع بحاله
ولو ركع الإمام فاطمأن راكعا ثم رفع رأسه من الركوع فاستوى قائما أو لم يستو إلا أنه قد زايل الركوع إلى حال لا يكون فيها تام الركوع ثم عاد فركع ليسبح فأدركه رجل في هذه الحال راكعا فركع معه لم يعتد بهذه الركعة لأن الإمام قد أكمل الركوع أولا
Apabila seseorang mendapati imam sedang ruku’, lalu ia ruku’ sebelum imam mengangkat punggungnya dari ruku’, maka rekaat makmum itu terhitung sebagai satu rekaat. Namun apabila ia belum ruku’ sedangkan imam telah mengangkat punggungnya dari ruku’, maka shalatnya tidak dihitung satu rekaat. Tidaklah dianggap mendapat satu rekaat kecuali jika ia sempat ruku’ saat imam masih dalam keadaan ruku’.
Apabila imam itu ruku’ dengan tenang (thuma’ninah) kemudian ia mengangkat kepalanya dari ruku’, baik telah berdiri lurus atau belum berdiri lurus, namun ia telah meninggalkan posisi ruku’, kemudian ia kembali ruku’ dan membaca tasbih, lalu orang yang terlambat mendapatinya dalam keadaan seperti ini dan langsung ikut ruku’, maka ia tidak dianggap mendapat satu rekaat, karena imam telah menyempurnakan ruku’ pada kali pertama.
ومن أدرك الإمام راكعا فكبر ولم يركع حتى رفع الإمام رأسه سجد مع الإمام ولم يعتد بذلك السجود لأنه لم يدرك ركوعه
ولو ركع بعد رفع الإمام رأسه لم يعتد بتلك الركعة لأنه لم يدركها مع الإمام ولم يقرأ لها فيكون صلى لنفسه بقراءة ولا صلى مع الإمام فيما أدرك مع الإمام
Apabila seseorang mendapati imam sedang ruku’, kaku ia bertakbir dan tidak ruku’ sehingga imam itu mengangkat kepalanya, maka orang itu boleh ikut sujud bersama imam. Akan tetapi sujudnya itu tidak terhitung mendapat satu rekaat, karena ia tidak mendapati ruku’ imam.
Apabila ia ruku’ setelah imam mengangkat kepalanya, maka rekaat itu tidak terhitung baginya, karena ia tidak melakukannya bersama imam dan juga tidak membaca bacaan pada ruku’. Maka, dalam hal ini ia telah mengerjakan sendiri tanpa mengikuti imam.
[Al-Umm 1, 259 , Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 251].

Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif berkata ,
أَبُوْ أُمَامَةَ ابْنُ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ : أَنَّهُ رَأَى زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ دَخَلَ الْمَسْجِدَ وَاْلإِمَامُ رَاكِعٌ , فَمَشَى حَتَّى أَمْكَنَهُ أَنْ يَصِلَ الصَّفَّ وَهُوَ رَاكِعٌ , كَبَّرَ فَرَكَعَ ثُمَّ دَبَّ وَهُوَ رَاكِعٌ حَتَّى وَصَلَ الصَّفَّ
"Bahwa ia pernah melihat Zaid bin Tsabit masuk ke dalam masjid , sedang imam ruku’. Maka beliau berjalan sehingga memungkinkan dirinya sampai ke shaff, sedang ia ruku’. Kemudian beliau ruku’ lalu berjalan, sedang beliau ruku’ sehingga beliau sampai ke shaff". [HR. Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (2417)]
Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy Asy-Syafi’iy-rahimahullah- berkata saat mengomentari hadits di atas, dan hadits Abu Bakroh yang telah lewat di awal pembahasan, "Dalam hal itu terdapat dalil tentang didapatkannya satu raka’at (dengan mendapatkan ruku’nya imam, pen.). Andaikan tak demikian, maka mereka tak mungkin akan memaksakan diri melakukan hal itu". [Lihat Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (2/90)]
Abdullah bin Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: مَنْ أَدْرَكَ اْلإِمَامَ رَاكِعًا فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَرْفَعَ اْلإِمَامَ رَأْسَهُ, فَقَدْ أَدْرَكَ تِلْكَ الرَّكْعَةَ
"Barangsiapa yang mendapati imam dalam keadaan ruku’, lalu ia ruku’ sebelum imam mengangkat kepalanya, maka sungguh ia telah mendapatkan raka’at tersebut". [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (2520), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (2/90/no. 2413)]
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy-rahimahullah- berkata seusai membawakan beberapa hadits, dan atsar di atas, "Atsar-atsar ini menunjukkan tentang perkara lain, selain yang ditunjukkan oleh hadits ini (Hadits Abdullah bin Az-Zubair) bahwa barangsiapa yang mendapati ruku’nya imam, maka ia sungguh ia telah mendapatkan raka’at". [Lihat Ash-Shohihah (1/1/456)]
[http://almakassari.com/artikel-islam/fiqh/dapat-ruku-dapat-rakaat.html]

Kesimpulan
1. Para ulama sepakat bahwa seseorang yang mendatangi shalat jamaah yang sedang berlangsung, ia bertakbiratul ihram dan kemudian mengikuti keadaan imam pada saat itu.
2. Para ulama sepakat, seorang yang sempat ruku’ bersama imam, ia terhitung telah mendapatkan satu rekaat.
3. Seorang makmum yang tertinggal dari imam (masbuq) tidak berdiri untuk menyelesaikan rekaat yang tertinggal sebelum imam mengucapkan salam

Wallahu a’lam

Sumber Rujukan :
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Ebook.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Ebook.
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-[http://almakassari.com/artikel-islam/fiqh/dapat-ruku-dapat-rakaat.html]

*Slawi, Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...