IMAM BERUBAH MENJADI MAKMUM
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Para Ulama sepakat bahwa seorang imam dalam shalat berjamaah bisa berubah menjadi makmum, jika imam utamanya hadir dalam shalat jamaah tersebut.
Imam Syafi’i berkata :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَلسَّاعَدِيِّ؛ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه ذَهَبَ إِلٰى بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ لِيُصْلِحَ بَيْنَهُمْ. فَحَانَتِ الصَّلاَةُ. فَجَاءَ الْمُؤَذِّنُ إِلٰى أَبِي بَكْرٍ. فَقَالَ:
أَتُصَلِّي بِالنَّاسِ فَأُقِيْمَ؟ قاَلَ: نَعَمْ. قَالَ فَصَلَّى أَبُوْ بَكْرٍ. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالنَّاسُ فِي الصَّلاَةِ. فَتَخَلَّصَ حَتَّى وَقَفَ فِي الصَّفِّ. فَصَفَّقَ النَّاسُ. وَكَانَ أَبُوْ بَكْرٍ لاَ يَلْتَفِتُ فِي الصَّلاَةِ فَلَمَّا أَكْثَرَ النَّاسُ اَلتَّصْفِيْقَ اِلْتَفَتَ فَرَأَى رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم. فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ اَمْكَثَ مَكَانَكَ. فَرَفَعَ أَبُوْ بَكْرٍ يَدَيْهِ. فَحَمِدَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلٰى مَا أَمَرَهُ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ ذٰلِكَ. ثُمَّ اسْتَأْخَرَ أَبُوْ بَكْرٍ حَتَّى اِسْتَوَى فِي الصَّفِّ. وَتَقَدَّمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّى. ثُمَّ انْصَرَفَ فَقَالَ “ياَ أَباَ بَكْرٍ! مَا مَنَعَكَ أَنْ تَثْبُتَ إِذْ أَمَرْتُكَ” قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: مَا كَانَ ِلاِبْنِ أَبِي قُحَافَةَ أَنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم “مَالِي رَأَيْتُكُمْ أَكْثَرْتُمُ التَّصْفِيْقَ؟ مَنْ ناَبَهُ شَيْءٌ فِي صَلاَتِهِ فَلْيُسَبِّحْ. فَإِنَّهُ إِذَا سَبَّحَ اِلْتَفَتَ إِلَيْهِ. وَإِنَّمَا التَّصْفِيْحُ لِلنِّسَاءِ
Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pergi kepada Bani Amr bin ’Auf untuk mendamaikan mereka, lalu waktu shalat tiba. Kemudian Muadzin datang kepada Abu Bakar dan berkata, ”Apakah engkau shalat bersama-sama orang banyak?”
Abu Bakar menjawab, ”Ya”
Lalu Abu Bakar mulai mengerjakan shalat, kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang, dan orang-orang masih dalam shalat. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyela shaf sehingga beliau berdiri dalam shaf (pertama). Kemudian orang-orang bertepuk tangan, namun Abu Bakar tidak juga menoleh. Tatkala banyak orang yang bertepuk tangan, Abu Bakarpun menoleh dan melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengisyaratkan kepada Abu Bakar agar tetap di tempatnya. Abu Bakar kemudian mengangkat tangannya, lalu ia memuji Allah sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kepadanya. Kemudian ia mundur dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam maju ke depan, lalu beliau mengerjakan shalat dengan orang banyak. Tatkala telah selesai, beliau berkata,
”Wahai Abu Bakar, apakah yang menghalangimu untuk tetap di tempatmu ketika aku menyuruhmu?” Abu Bakar menjawab, ”Tidaklah pantas bagi Ibnu Abu Qahafiah mengerjakan shalat di hadapan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam” Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata, ”Mengapa aku melihat kalian memperbanyak bertepuk tangan? Bagi siapa saja yang terjadi kesalahan dalam shalatnya, maka hendaklah ia bertasbih (membaca subhanallah). Karena apabila ia telah bertasbih, maka ia akan diperhatikan, dan bertepuk tangan itu hanya untuk kaum wanita” (HR. Bukhari No. 83).
Dari Aisyah, ia menuturkan,
مَرِضَ رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم فقال: مروا أبا بكرٍ يصلي بالناس فخرج أبو بكرٍ يصلي فَوَجَدَ النبيُّ صلى اللَّه عليه وسلم في نفسهِ خِفَّةً فخرج يهادَيْ بين رجلينِ فَأَرَادَ أَبُوْ بكرٍ أن يَتَأَخَّرَ فَأَوْمَأَ إلَيْهِ النبيُّ صلى اللَّه عليه وسلم أن مَكَاَنَكَ ثم أَتَيَا بهِ حتى جلس إلى جَنْبِهِ عن يَسَارِ أبي بكرٍ وكان أبو بكرٍ يصلي قَائِمًا وكان رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يصلي قَاعِدًا يَقْتَدِي أبو بكر بصلاة رسولِ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم والناس بصلاة أبي بكر
”Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sakit, beliau berkata, ”Suruhlah Abu Bakar agar shalat mengimami orang-orang. Maka Abu Bakarpun keluar melaksanakan shalat (mengimami orang-orang). Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam merasa agak baikan, maka beliaupun keluar dipapah oleh dua laki-laki. Maka Abu Bakar hendak mundur, namun NabiShallallaahu 'alaihi wa Sallam mengisyaratkan agar ia tetap di tempatnya. Kemudian kedua laki-laki itu memapah beliau hingga duduk di sebelah kiri Abu Bakar. Saat itu Abu Bakar shalat sambil berdiri, sedangkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam shalat sambil duduk. Abu Bakar mengikuti shalatnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam , sementara orang-orang mengikuti shalatnya Abu Bakar” (HR. Bukhari 713, Muslim 418).
[Lihat Bulughul Maram, hadits no. 434.]
Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
والحديث يدل على ما بوب له المصنف من جواز انتقال الإمام مأمومًا إذا استخلف فحضر مستخلفه وادعى ابن عبد البر أن ذلك من خصائص النبي صلى اللَّه عليه وسلم وادعى الإجماع على عدم جواز ذلك لغيره ونوقض أن الخلاف
Hadits ini menunjukkan bolehnya imam berubah menjadi makmum bila ia sebagai imam pengganti, lalu orang yang telah menunjuknya datang. Ibnu Abdil Barr menyatakan bahwa hal ini merupakan kekhususan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, iapun menyatakan adanya ijma’. Namun menurut kami, bahwa dalam masalah ini masih ada perbedaan pendapat.
Selanjutnya Asy-Syaukani berkata :
Beberapa faidah yang dapat disimpulkan dari hadits di atas diantaranya : Berjalan dari satu shaf ke shaf berikutnya tidak membatalkan; Memuji Allah karena terjadinya suatu kejadian yang disyukuri dan mengingatkan imam dengan bacaan tasbih hukumnya boleh; Menunjuk pengganti untuk mengimami shalat hukumnya boleh, caranya dengan menunjuk berdasarkan keutamaan.
Faidah lainnya : Bolehnya melakukan sebagian shalat sebagai imam dan sebagian lainnya sebagai makmum; Bolehnya mengangkat kedua tangan di dalam shalat ketika berdoa memuji Allah; Bolehnya menoleh bila diperlukan; Bolehnya memberi isyarat kepada orang yang shalat; Bolehnya bertahmid dan bersyukur karena kenikmatan agama; Bolehnya orang yang kurang utama mengimami yang lebih utama; Bolehnya melakukan sedikit gerakan di dalam shalat bila diperluka.
[Nailul Authar 1, hal. 742].
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam menjelaskan hadits dari Aisyah di atas :
هكذا في رواية البخاري في "باب الرجل يأتم بالإمام" تعيين مكان جلوسه صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم وأنه عن يسار أبي بكر، وهذا هو مقام الإمام. ووقع في البخاري في "باب حد المريض أن يشهد الجماعة" بلفظ "جلس إلى جنبه" ولم يعين فيه محل جلوسه، لكن قال المصنف: إنه عين المحل في رواية بإسناد حسين "أنه عن يساره" قلت: حيث قد ثبت في الصحيح في بعض رواياته فهي تبين ما أجمل في أخرى، وبه يتضح أنه صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم كان إماماً
Demikian yang terdapat dalam riwayat Al-Bukhari pada bab ’Seseorang mengikuti imamnya’. Di dini dijelaskan tempat duduknya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yaitu disamping kiri Abu Bakar dan inilah tempat imam, dan terdapat dalam riwayat Al-Bukhari dalam bab ’Batasan orang yang sakit untuk menghadiri jamaah’ dengan lafadz, ”Beliau duduk di sisi Abu Bakar”, tidak dijelaskan tempat duduknya. Akan tetapi pengarang (Ibnu Hajar) berkata, ”Sesungguhnya telah dipastikan tempat duduk beliau di dalam riwayat dengan sanad yang hasan yaitu beliau duduk di samping kiri Abu Bakar” Aku berkata, ”Bahkan di dalam beberapa riwayat telah sampai kepada derajat yang shahih yaitu penentuan riwayat-riwayat yang saling membaguskan yang lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjadi imam.
[Subulussalam 1, hal. 635].
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
يجوز الإمام أن ينتقل مأموما إذا استحلف فحضر الإمام الراتب, لحديث الشيخين عن سهل بن سعد
Seorang imam diperbolehkan berpindah niat menjadi makmum apabila kedudukannya sebagai wakil imam tetap. Misalnya, ketika seorang wakil imam (imam pengganti) tengaj mengimami, tiba-tiba imam tetap datang, iapun boleh mundur dan mempersilahkan imam tetap untuk mengimami. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahal bin Said.
[Fiqih Sunnah 1, hal. 343].
Wallahu a’lam
Sumber Rujukan :
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Ebook.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Ebook.
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
*Slawi, Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...
-
MENGUSAP KEPALA DALAM BERWUDHU Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sha...
-
MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDHU? Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalia...
-
TALKIN (Sebelum Meninggal) Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ و...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar