Rabu, 09 Februari 2011

MUNFARID BERUBAH MENJADI IMAM

MUNFARID BERUBAH MENJADI IMAM
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Para ulama sepakat bahwa seseorang yang shalat sendirian bisa berubah status menjadi imam jika ada makmum yang mengikutinya, baik makmumnya seorang atau beberapa orang.

Imam Syafi’i berkata dalam kitab Al-Umm :
وإذا افتتح الرجل الصلاة لنفسه لا ينوي أن يؤم أحدا فجاءت جماعة أو واحد فصلوا بصلاته فصلاته مجزئه عنهم وهو لهم إمام ولا فرق بينه وبين الرجل ينوي أن يصلى لهم ولو لم يجز هذا لرجل لم يجز أن ينوى إمامة رجل أو نفر قليل بأعيانهم لا ينوي إمامة غيرهم ويأتى قوم كثيرون فيصلون معهم ولكن كل هذا جائز إن شاء الله تعالى
Apabila seseorang memulai shalat untuk dirinya sendiri dimana ia tidak berniat mengimami orang lain, lalu datang suatu rombongan atau seseorang yang kemudian bermakmum pada orang tadi, maka shalat orang itu memadai (dianggap sah) bagi mereka, dan dia menjadi imam bagi mereka, tidak ada perbedaan antara dia dan seseorang yang sejak awal telah berniat untuk menjadi imam. Apabila hal ini tidak dianggap sah (mencukipi), maka tentu tidak sah pula shalat seseorang yang berniat menjadi imam bagi satu orang atau beberapa orang, lalu datang rombongan lain dan shalat bermakmum pada orang itu. Bahkan, semua itu dianggap sah, insya Allah.
[Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 225].

Hadits-hadits dalam kitab Al-Muntaqa :
Dari Anas, dia menuturkan,
‏‏كان رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يصلي في رمضان فَجِئْتُ فَقُمْتُ خَلْفَهُ وقام رجلٌ فقام إلى جَنْبِيْ ثم جاء آخَرُ حتى كُنَّا رَهْطًا فلما أَحَسَّ رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم أَنَّا خَلْفَهُ تَجَوَّزَ في صلاتهِ ثم قام فدخل مَنْزِلَهُ فصلَّى صلاة لم يُصَلَّهَا عندنا فلما أَصْبَحْنَا قلنا‏:‏ يا رسولَ اللَّه أَفَطِنْتَ بِنَا اللَّيْلَةَ قال‏:‏ نعم فذلك الذي حَمَلَنِي على الذى صَنَعْتُ
"Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, shalat di bulan Ramadhan, kemudian aku datang dan aku berdiri di sampingnya, kemudian datang yang lain, kemudian yang lain lagi, sehingga waktu itu kami menjadi kelompok (berjumlah lebih kurang 10 orang). Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merasa bahwasanya kami berada di belakangnya, beliau meringkas shalatnya, kemudian masuk rumahnya. Ketika beliau masuk rumahnya, beliau mengerjakan shalat yang tidak dikerjakannya bersama kami. Ketika kami masuk waktu pagi, kami bertanya : Ya Rasulullah ! Apakah engkau tidak mengetahui kami tadi malam?. Beliau menjawab: "Ya, justru itulah yang mendorongku untuk melakukan apa yang aku perbuat".
[Diriwayatkan oleh Ahmad III : 199, 212 dan 291, juga Ibnu Nashr halaman 89, keduanya dengan sanad yang SHAHIH. Demikian juga Thabrani meriwayatkan hadits ini dalam Al-Aushath dan Al-Jam'u III : 173]

Dari Busr bin Sa’id dari Zaid bin Tsabit :
أنَّ رسولَ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم اِتَّخَذَ حُجْرَةً قال‏:‏ حَسِبْتُ أنه قال مِنْ حَصِيْرٍ في رمضانَ فصلَّى فيها لَيَالِيَ فصلَّى بصلاتهِ ناسٌ مِنْ أصحابهِ فلما عَلِمَ بِهِمْ جعل يَقْعُدُ فخرج إليهم فقال‏:‏ قد عَرَفْتُ الذي رأيتُ من صَنِيْعِكُمْ فصلوا أيها الناسُ في بيوتكم فإنَّ أفضلَ الصلاةِ صلاةُ الْمَرْءِ في بيتهِ إِلَّا الْمَكْتُوْبَةَ
Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membuat suatu kamar –Ia mengatakan, ’Aku kira ia mengatakan, ’dari tikar’” – pada malam Ramadhan, lalu beliau shalat di dalamnya selama beberapa malam, maka beberapa orang sahabatnya mengikuti shalat beliau. Ketika beliaun tahu mereka mengikutinya, beliau duduk, kemudian keluar menemui mereka, lalu bersabda, ”Aku mengerti apa yang telah aku lihat dari perbuatan kalian. Eahai manusia, shalatlah di rumah kalian. Karena sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang di rumahnya kecuali shalat fardhu’” (HR. Al-Bukhari).

Dari Aisyah :
‏‏أن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم كان يصلي في حجرته وجدار الحجرة قصير فرأى الناس شخص رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم فقام ناس يصلون بصلاته فأصبحوا فتحدثوا فقام رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يصلي الليلة الثانية فقام ناس يصلون بصلاته
Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di dalam kamarnya, sementara dinding kamar beliau pendek. Maka orang-orang bisa melihat beliau. Keesokan harinya mereka sama membicarakan hal itu, kemudian pada malam keduanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun shalat, lalu orang-orang pun mengikuti shalat beliau” (HR. Bukhari)

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
والأحاديث المذكورة تدل على ما بوب له المصنف رحمه اللَّه من جواز انتقال المنفرد إمامًا في النوافل وكذلك في غيرها لعدم الفارق‏.‏ وقد قدمنا الخلاف في ذلك في باب انعقاد الجماعة باثنين‏.‏ وقد استدل البخاري في صحيحه بحديث عائشة المذكور على جواز أن يكون بين الإمام وبين القوم المؤتمين به حائط أو سترة
Hadits-hadits di atas menunjukkan bolehnya orang yang shalat sendirian berubah niat menjadi imam dalam shalat sunnah. Demikian juga dalam shalat lainnya, karena tidak adanya yang membedakan.
Sementara itu, Al-Bukhari di dalam kitab Shahihnya berdalih dengan hadits Aisyah mengenai bolehnya ada dinding atau pembatas antara imam dan para makmumnya.
[Nailul Authar 1, hal. 738].

Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani dalam kitab Fathul Mu’in berkata :
فإن لم ينو، ولو لعدم علمه بالمقتدين، حصل لهم الفضل دونه، وإن نواه في الاثناء، حصل له الفضل من حينئذ، أما في الجمعة فتلزمه مع التحرم
Apabila seseorang tidak berniat menjadi imam, karena ia tidak mengetahui ada orang yang bermakmum kepadanya, maka makmum mendapat pahala, namun imam tidak mendapat pahala (sebab tidak berniat). Apabila seseorang berniat menjadi imam pada pertengahan shalatnya, ia mendapat pahala sejak niatnya itu. Adapun berniat menjadi imam pada shalat jum’at, wajib beserta takbiratul ihram.
[Fathul Mu’in 1, hal. 382].

Catatan : Pada uraian di atas tidak ada keterangan bahwa orang yang mau bermakmum pada orang yang shalat sendirian (munfarid) menepuk punggungnya terlebih dahulu.

Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Ebook.
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Zainuddin bin Abdul Aziz al-Maliabari al-Fanani , Fat-hul Mu’in, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2006

*Slawi, Februari 2011

2 komentar:

  1. kebanyakan orang yang bermakmum pada munfarid mencolek atau menjawil punggung munfarid itu terlebih dahulu sebagai isyarat bahwa ada orang lain ikut berjamaah.bagaimana ini bisa terjadi kalau tidak ada syariatnya?

    BalasHapus
  2. Belum tentu ada dan juga belum tentu tidak ada. Kewajiban kita untuk mencari apakah hal itu disyari'atkan atau tidak. Kalau memang disyari'atkan kita ikuti. Kalau tidak disyari'atkan tidak perlu kita ikuti.

    BalasHapus

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...