Jumat, 18 Februari 2011

MELURUSKAN SHAF DAN KEUTAMAAN SHAF PERTAMA

MELURUSKAN SHAF DAN KEUTAMAAN SHAF PERTAMA
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Seorang imam disunahkan untuk memerintahkan para makmum agar meratakan shaf serta menutupi semua celah yang kosong sebelum memulai shalat.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
كان رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم يُقْبَلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ قَبْلَ أن يُّكَبِّرَ فيقول‏:‏ تَرَاصَّوْا وَاعْتَدِلُوْا
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menghadap ke arah kami sebelum bertakbir dan bersabda: ’Rapatkan barisanmu dan ratakan’” (Muttafaq ‘alih)
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ”.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Luruskanlah barisan kalian. Sesungguhnya kelurusan barisan shalat termasuk bagian dari kesempurnaan shalat (HR. Bukhari 2/174, Muslim 433)
Diriwayatkan juga dari Nu’man bin Basyir, ia berkata,
كان رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم يُسَوِّيْ صُفُوْفَنَا كَأَنَّمَا يُسَوِّيْ بها القِدَاحَ حتى رأى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عنه ثم خرج يَوْمًا فَقَامَ حتى كادَ أن يُّكَبِّرَ فرأى رجلًا بَادِيًا صَدْرُهُ من الصفِّ فقال‏:‏ عِبَادَ اللَّهِ لَتُسَوُّنَّ صفوفكم أو لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بين وُجُوْهِكُمْ‏
”Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam meratakan shaf kami sebagimana meratakan anak-anak panah hingga beliau merasa bahwa kami telah memenuhi perintahnya itu dan benar-benar melaksanakannya. Pada suatu hari tiba-tiba beliau menghadapkan mukanya ke arah kami dan melihat ada seorang yang menonjolkan dadanya ke bagian depan, maka beliaupun bersabda, ’Hendaklah kamu meratakan shafmu, atau kalau tidak, Allah akan menjadikan kalian dalam keadaan perselisihan dan persengketaan’” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan disahihkan oleh Tirmidzi)
Ahmad dan Thabrani meriwayatkan pula dengan sanad yang tidak ada cacat, Abu Umamah berkata, Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda,
سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ وَحَاذُوْا بين مَنَاكِبِكُمْ وَلِيْنُوْا في أيْدِي إخوانِكم وَسُدُّوا الْخَلَلَ فَإِنَّ الشيطانَ يَدْخُلُ فيما بينكم بِمَنْزِلَةِ الْحَذَفَ يعني أَوْلَادَ الضَّأْنِ الصِّغَارَ
”Ratakanlah shafmu, rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan jika berdampingan dengan saudara-saudaramu, dan tutplah celah-celah shaf itu, karena sesungguhnya setan itu memasuki celah-celah itu tak ubahnya anak kambing kecil”

Diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
أَتِمُّوا الصَّفَّ الْمُقّدَّمَ ثم الذي يَلَّيْهِ فإن كان مِنْ نُقْصٍ فَلْيَكُنْ في الصَّفِّ الْمُؤَخَّرَ
“Sempurnakanlah terlebih dahulu shaf yang pertama, kemudian shaf yang kedua dan seterusnya! Kalaupun ada barisan yang kosong, hendaklah ia hanya terjadi pada bagian belakang”

Bazzar yang meriwayatkan dengan sanad hasan dari Ibnu Umar, ia berkata,
”Tiada satu langkahpun yang lebih besar pahalanya di sisi Allah daripada langkah yang dilakukan seseorang menuju sela-sela shaf kosong kemudian dipenuhinya shaf itu”

Nasa’i, Hakim, Ibnu Huzaimah meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda,
”Barangsiapa yang menyambung shaf maka Allah akan menjalin hubungan dengannya dan baragsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskan jalinan hubungan dengannya”

Jamaah, selain Bukhari dan Tiemidzi juga meriwayatkan dari Jabir bin Sumirah, ia berkata,
خَرَجَ عَلَيْناَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم. فَقاَلَ “مَالِي أَرَاكُمْ رَافِعِي أَيْدِيْكُمْ كَأَنَّهَا أَذْناَبُ خَيْلٍ شُمُسٍ؟ اُسْكُنُوْا فِي الصَّلاَةِ” قَالَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْناَ فَرَآناَ حِلَقاً. فَقاَلَ “مَا لِي أَرَاكُمْ عِزِيْنَ؟” قاَلَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْناَ فَقَالَ “أَلاَ تَصُفُّوْنَ كَماَ تَصُفُّ الْمَلاَئِكَةُ عِنْدِ رَبِّهاَ؟” فَقُلْناَ: ياَ رَسُوْلَ اللهِ! وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلاَئِكَةُ عِنْدَ رَبِّهاَ؟ قَالَ “يَتِمُّوْنَ الصُّفُوْفَ اْلأُوَلَ. وَيَتَرَاصُّوْنِ فِي الصَّفِّ”.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam datang kepada kami, lalu beliau bersabda: “Mengapa kalian aku lihat mengangkat tangan bagai ekor kuda yang bertingkah? Tenanglah kalian di dalam shalat. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam datang pula kepada kami. Beliau melihat kami berbaris tidak teratur. Lalu beliau bersabda: “Mengapa kalian aku lihat terpisah-pisah?” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam datang pula kepada kami, lalu beliau bersabda: “Mengapa kalian tidak berbaris seperti malaikat berbaris disisi Tuhannya?” Kami bertanya: “Ya Rasululla! Bagaimana malaikat itu berbaris disisi Tuhannya?” Nabi menjawab: “Mereka memenuhi barisan yang di muka dan bersusun (rapi) dalam barisan.” (HR. Muslim 430)
[Fiqih Sunnah 1, hal 360-362].

Imam Asy-Syaukani berkata tentang hadits Abu Umamah :
أي إذا جاء المصلي ووضع يده على منكب المصلي فليكن له بمنكبه وكذا إذا أمره من يسوي الصفوف بالإشارة بيده أن يستوي في الصف أو وضع يده على منكبه فليستو‏.‏ وكذا إذا أراد أن يدخل في الصف فليوسع له
Sabda beliau (lunakkan tangan jika berdampingan dengan saudara-saudaramu) yakni, bila ada orang lain menempelkan tangannya di bahunya, maka hendaklah ia melemaskan bahunya sehingga lebih mudah untuk diluruskan barisannya. Begitu juga bila diperintahkan untuk meluruskan shaf dengan isyarat tangannya agar meluruskan shaf atau meletakkan tangannya pada bahunya agar meluruskan. Dan begitu juga bila ia hendak masuk ke dalam shaf, maka hendaklah melapangkan tempat untuknya jika masih memungkinkan.
[Nailul Authar 1, hal. 733].

Dari Abu Mas'ud r.a., katanya:
كَانَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا في الصلاةِ ويقول اِسْتَوُوْا وَلَا تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ لِيَلِيَنِيْ مِنْكُمْ أُولُوا الْأَحْلَامِ وَالنَّهَى ثُمَّ الذينَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الذينَ يَلُوْنَهُمْ
"Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pernah mengusap bahu-bahu kita dalam shalat lalu bersabda: "Ratakanlah olehmu semua - saf-saf itu - dan jangan berselisih - seperti ada yang lebih maju atau lebih mundur, sebab hati-hatimu pun akan berselisih pula. Hendaknya mendampingi saya orang-orang yang dewasa dan yang berakal cukup di antara engkau semua itu, kemudian orang-orang yang mendekati mereka - yakni yang tarafnya ada di bawah-nya, kemudian orang-orang yang mendekati mereka - yakni yang tarafnya di bawah mereka lagi." (Riwayat Muslim 432)
[Riyadus Shalihin 2, hal. , hadits 1083].
Mustafa Dib al-Bugha dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin berkata :
Hadits di atas mengandung pengertian :
1. Anjuran kepada imam untuk menyuruh orang-orang yang hendak shalat untuk meluruskan barisannya, bila perlu imam sendiri yang mengatur mereka bila jamaah shalat itu tidak melakukan hal itu.
2. Dianjurkan oeang yang berada di shaf pertama di belakang imam adalah orang yang paling mengerti dan paham tentang ilmu agama, lalu orang-orang awam, kemudian anak-anak, dan yang terakhir adalah para wanita.
[Syarah Riyadhus Shalihin 2, hal. 685].

Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ ما في النِّدَاءِ والصفِّ الْأَوَّلِ ثم لم يجدوا إلا أن يَسْتَهِمُوْا عليه لَاَسْتَهِمُوْا
"Andaikata para manusia itu mengetahui betapa besarnya pahala azan dan menempati saf pertama, kemudian tidak dapat memperolehi jalan untuk itu melainkan dengan mengadakan undian, nescayalah mereka itu akan mengadakan undian." (Muttafaq 'alaih)

Mustafa Dib al-Bugha berkata :
Penjelasan tentang keutamaan shaf pertama dalam shalat, karena shaf itu paling dekat dengan imam, dimana orang yang shalat dapat mendengarkan ucapan imam dan dapat menyaksikan gerakan imam, sehingga ia mengikuti petunjuk imam dan mendapatkan rahmat sebelum orang lain mendapatkannya.
[Syarah Riyadhus Shalihin 2, hal. 682].

Kesimpulan
1. Sebelum memulai shalat berjamaah imam dianjurkan untuk mengatur shaf makmumnya agar lurus dan rapat.
2. Shaf yang paling utama dalam shalat berjamaah adalah shaf yang terdepan.

Wallahu a’lam.

Sumber Rujukan :
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Ebook.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Ebook.
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.
- Mustafa Dib al-Bugha, Syarah Riyadhus Shalihin, Gema Insani, Jakarta, 2010.

*Slawi, Februari 2011

2 komentar:

  1. mohon utk rujukan al umm jilid dan halaman berapa ya sob

    BalasHapus
  2. mohon utk rujukan al umm jilid dan halaman berapa ya sob

    BalasHapus

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...