ANAK KECIL MENJADI IMAM
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Para Ulama berbeda pendapat tentang bolehkan anak kecil yang belum balig menjadi imam shalat.
Ada yang membolehkan, ada juga yang menganggapnya makruh.
Dari Amru bin Salamah, dia berkata,
فَلَمَّا كَانَتْ وَقْعَةُ أَهْلِ الْفَتْحِ بَادَرَ كُلُّ قَوْمٍ بِإِسْلَامِهِمْ وَبَدَرَ أَبِي وَ قَوْمِي بِإِسْلَامِهِمْ فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ جِئْتُكُمْ وَاللَّهِ مِنْ عِنْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا فَقَالَ صَلُّوا صَلَاةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا وَصَلُّوا صَلَاةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّي لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنْ الرُّكْبَانِ فَقَدَّمُونِي بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ وكانت عليَّ بُرْدَةٌ كُنْتُ إذَا سَجَدْتُ تَقَلَّصَتْ عَنِّي فَقَالَتْ امرأةٌ من الْحَيِّ: ألَّا تُغَطُّوْنَ عَنَّا إِسْتَ قَارِئِكُمْ فَاشْتَرَوْا فَقَطَعُوْا لِيْ قَمِيْصًا فَمَا فَرِحْتُ بشيءٍ فَرَحِي بذلك القميصِ
“Ketika terjadi penaklukan penduduk kota Makkah, maka setiap kaum bersegera masuk Islam dan bapak dan kaumku segera masuk Islam. Ketika dating, ia berkata: “Demi Allah, aku membawa kepada kalian dari sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah kebenaran,” lalu ia berkata,”Lakukanlah shalat ini, pada waktu ini, dan shalat itu pada waktu itu. Apabila datang waktu shalat, hendaklah salah seorang kalian beradzan, dan yang mengimami shalat kalian adalah yang paling banyak hafalan al Qur’annya.” Lalu mereka melihat, dan tidak mendapati seorangpun yang lebih banyak hafalannya dariku, karena aku sering menemui orang yang datang. Maka mereka menunjukku sebagai imam shalat, padahal usiaku baru enam atau tujuh tahun. Sementara aku mengenakan burdah (baju kurung) pendek. Bila aku sujud, burdah itu tertarik ke atas. Lalu seorang wanita dari perkampungan berkata, ‘Sebaiknya kalian mencukupkan dari kita untuk menutupi aurat qari’ kalian’ Lalu mereka membeli dan membuatkan gamis untukku. Sungguh aku belum pernah merasa sangat senang seperti senangnya aku dengan gamis itu” [HR al Bukhari]
[lihat Bulughul Maram , hadits no. 436].
Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
قوله: (فقدموني) فيه جواز إمامة الصبي. ووجه الدلالة ما في قوله صلى اللَّه عليه وسلم: (ليؤمكم أكثركم قرآنًا) من العموم.
قال أحمد بن حنبل: ليس في إطلاع النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم . وأجيب بأن إمامته بهم كانت حال نزول الوحي ولا يقع حالة التقرير لأحد من الصحابة على الخطأ. ولذا استدل بحديث أبي سعيد وجابر: (كنا نعزل والقرآن ينزل) وأيضًا الذين قدموا عمرو بن سلمة كانوا كلهم صحابة.
Ucapan Amr (Maka mereka menunjukku) menunjukkan bolehnya anak kecil menjadi imam. Pangkal dalilnya adalah sabda Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam, ”Hendaklah mengimami kalian orang yang paling banyak hafalan Al-Qurannya” yang bersifat umum. Ahmad bin Hambal mengatakan, “Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam tidak mengetahui peristiwa ini” Namun dijawab, bahwa peristiwa ini terjadi ketika masa-masa masih turunnya wahyu, dan pada masa itu tidak ada bentuk persetujuan beliau yang salah terhadap perbuatan para sahabat, karena itu, mereka berdalih dengan hadits Abu Sa’id bin Jabir, ”Kami melakukan ‘azl sementara Al-Quran masih turun”.
Lain dari itu, orang-orang yang memajukan Amr bin Salamah, semuanya adalah sahabat.
وأما القدح في الحديث بأن فيه كشف العورة في الصلاة وهو لا يجوز كما في ضوء النهار فهو من الغرائب. وقد ثبت (أن الرجال كانوا يصلون عاقدي أزرهم ويقال للنساء لا ترفعن رؤوسكن حتى يستوي الرجال جلوسًا) زاد أبو داود: (من ضيق الإزار)
Adapun cacat pada kisah hadits ini yang menyebutkan tersingkapnya aurat di dalam shalat, yang mana hal itu tidak boleh, maka kisah ini termasuk riwayat yang janggal, karena telah diriwayatkan secara pasti : Bahwa kaum pria biasa melaksanakan shalat dengan mengikatkan kain, dan dikatakan kepada kaum wanita, “Janganlah kalian mengangkat kepala kalian hingga kaum laki-laki telah duduk tegak” Abu Daud menambahkan (dalam riwayatnya) “karena sempitnya kain”.
[Nailul Authar 1, hal. 762].
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
وفيه دلالة على أن الأحق بالإمامة الأكثر قرآناً ويأتي الحديث بذلك قريباً.
وفيه أن الإمامة أفضل من الأذان لأنه لم يشترط في المؤذن شرطاً.
وتقديمه وهو ابن سبع سنين دليل لما قاله الحسن البصري والشافعي وإسحاق من أنه لا كراهة في إمامة المميز. وكرهها مالك والثوري. وعن أحمد وأبي حنيفة روايتان والمشهور عنهما الإجزاء في النوافل دون الفرائض وقال بعدم صحتها الهادي والناصر وغيرهما قياساً على المجنون قالوا: ولا حجة في قصة عمرو هذه لأنه لم يرو أن ذلك كان من أمره صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم ولا تقريره
وأجيب بأن دليل الجواز وقوع ذلك في زمن الوحي ولا يقرر فيه على فعل ما لا يجوز، سيما في الصلاة التي هي أعظم أركان الإسلام، وقد نبه صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم بالوحي على القذى الذي كان في نعله، فلو كان إمامة الصبي لا تصح لنزل الوحي بذلك، وقد استدل أبو سعيد وجابر بأنهم كانوا يعزلون والقرآن ينزل.
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang paling berhak untuk menjadi imam adalah orang yang paling banyak hafalan Al-Qurannya. Hadits tentang masalah ini akan dibahaw pada bab mendatang.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa imam lebih utama daripada orang yang adzan, karena orang yang adzan tidak disyaratkan baginya syarat-syarat tertentu.
Dipersilahkannya Amr bin Salamah untuk menjadi imam sedangkan ia adalah seorang anak yang bebrumur enam atau tujuh tahun –sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Bashri, Asy-Syafi’i, dan Ishak menunjukkan bahwa tidak dimakruhkan menjadikan anak kecil sebagai imam. Malik dan Atz-Tzauri memakruhkannya. Dari Ahmad dan Abu Hanifah ada dua riwayat, yang masyhur adalah bahwa diperbolehkan bagi anak kecil untuk menjadi imam pada shalat sunnah tidak pada shalat wajib. Al-Hadi dan An-Nasir juga yang lainnya mengatakan bahwa tidak sah anak kecil menjadi imam, dalam hal ini anak kecil diqiyaskan dengan orang gila. Mereka mengatakan, “Kisah Amr tidak dapat dijadikakn hujjah, karena ia meriwayatkan ini tidak atas perintah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam atau penetapan dari beliau”.
Hal ini dijawab, “Sesungguhnya dalil pembolehan ini terjadi pada masa turunnya wahyu sehingga tidak mungkin menetapkan sesuatu yang tidak boleh apalagi dalam shalat yang merupakan rukun islam yang paling agung, padahal Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam diingatkan dengan wahyu atas kotoran yang di bawah sandalnya”.
Jikalau imam anak kecil tidak sah, maka akan turun wahyu menjelaskan hal tersebut. Abu Said dan Jabir berdalil bahwa mereka (sahabat) melakukan azl (mengeluarkan sperma di luar farj saat melakukan hubungan seks dengan isteri) sedangkan Al-Quran turun.
[Subulussalam 1, hal. 102/639].
Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
اختلف الناس في إمامة الصبي الذي لم يبلغ الحلم إذا كان قارئا، فأجاز ذلك لعموم (هذا الأثر) {ما بين القوسين زائدة في النسخة المصرية مع أنه لم يذكر أثرا، فلهذا نبهنا على زيادته} ولحديث عمرو بن سلمة أنه كان يؤم قومه وهو صبي.
ومنع ذلك قوم مطلقا، وأجازه قوم في النفل، ولم يجيزوه في الفريضة، وهو مروي عن مالك. وسبب الخلاف في ذلك هل يؤم أحد في صلاة غير واجبة عليه من وجبت عليه؟، وذلك لاختلاف نية الإمام والمأموم؟
Seorang anak yang belum dewasa, jika pandai membaca Kitabullah boleh menjadi imam menurut sebagian fuqaha, karena anak termasuk dalam aamnya hadits sub a, disamping hadits Amru bin Salamah, “Sesungguhnya Amir bin Salamah mengimami kaumnya, sedang ia masih anak kecil”
Tetapi ada pula fuqaga yang melarang sama sekali anak yang belum dewasa menjadi imam. Sedang fuqaha lain membolehkan hanya terbatas pada shalat sunnah dan tidak boleh untuk shalat fardhu. Inilah opendirian yang diriwayatkan dari Malik. Yang menjadi sebab persoalan apakah seseorang yang belum baligh shalat boleh mengimami seorang yang sudah wajib shalat? Permasalahannya, antara niat makmum dan imam saling berbeda.
[Bidayatul Mujtahid 1, hal. 103/323].
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
تصح إمامة الصبي المميز, والأعمى, والقائم بالقاعد, والقاعد بالقائم....
فقد صلى عمروبن سلمة بقومه وله من العمر ست أوسبع سنين
Anak yang sudah mumayiz dan orang buta diperbolehkan menjadi imam. Begitu juga orang yang berdiri diperbolehkan mengimami orang yang duduk. Sebaliknya orang yang duduk sah mengimami orang yang berdiri dst….
Amr bin Samurah pernah mengimami kaumnya sedangkan ia masih berumur enam atau juh tahun.
[Fiqih Sunnah 1, hal. 168/348]
Kesimpulan
1. Para ulama berbeda pendapat tentang bolehkan anak kecil yang belum balig menjadi imam shalat.Ada yang membolehkan, ada juga yang menganggapnya makruh.
2. Sebagian ulama membolehkan anak kecil menjadi imam dalam shalat sunnah dan shalat wajib. Sebagian ulama membolehkan anak kecil menjadi imam hanya dalam shalat sunnah , bukan shalat wajib
Wallahu a’lam
Sumber rujukan :
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
*Slawi, Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...
-
MENGUSAP KEPALA DALAM BERWUDHU Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sha...
-
MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDHU? Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalia...
-
TALKIN (Sebelum Meninggal) Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ و...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar