Jumat, 18 Februari 2011

MAKMUM BERDIRI DI BELAKANG SHAF

MAKMUM BERDIRI DI BELAKANG SHAF
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
أجمع العلماء على أن الصف الأول مرغب فيه، وكذلك تراص الصفوف وتسويتها لثبوت الأمر بذلك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، واختلفوا إذا صلى إنسان خلف الصف وحده، فالجمهور على أن صلاته تجزئ. وقال أحمد وأبو ثور وجماعة صلاته فاسدة.
Masalah mengutamakan shaf terdepan, merapatkan, menertibkan shaf-shaf berikutnya sudah menjadi ketetapan ulama. Ini sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Namun, kalangan fuqaha berbeda pendapat tentang seseorang yang berdiri di belakang shaf sendirian. Jumhur fuqaha berpendapat shalatnya cukup. Sedang menurut Ahmad, Abu Tsaur, dan sekelompok fuqaha shalatnya itu batal.
وسبب اختلافهم اختلافهم في تصحيح حديث وابصة ومخالفة العمل له، وحديث وابصة هو أنه قال عليه الصلاة والسلام "لا صلاة لقائم خلف الصف" وكان الشافعي يرى أن هذا يعارضه قيام العجوز وحدها خلف الصف في حديث أنس. وكان أحمد يقول: ليس في ذلك حجة، لأن سنة النساء هي القيام خلف الرجال. وكان أحمد كما قلنا يصحح حديث وابصة. وقال غيره: هو مضطرب الإسناد لا تقوم به حجة.
Persilangan pendapat ini disebabkan adanya beragam pendapat mengenai hadits riwayat Wabishah, sahih atau tidak? Disamping adanya perbedaan antara perbuatan (fi’il) dengan hadits tersebut. Hadits yang dimaksud adalah :
“Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda, ‘Tidak sah shalatnya bagi orang yang berdiri di belakang shaf’” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
Menurut Syafi’i hadits ini bertentangan dengan hadits Anas yang menerangkan, seorang wanita tua berdiri sendirian di belakang shaf.
Sedang menurut Ahmad, hadits di atas tidak bisa dihadikan alas an. Sebab, bagi wanita justru disunatkan berdiri di belakang shaf laki-laki. Ahmad menganggap sahih hadits Wabishah tersebut. Sedang fuqaha lain berpendapat bahwa hadits di atas sanadnya mudtharib al-isnad, yang tidak bisa dipakai sebagai dalil.
واحتج الجمهور بحديث أبي بكرة أنه ركع دون الصف فلم يأمره رسول الله صلى الله عليه وسلم بالإعادة وقال له "زادك الله حرصا ولا تعد" ولو حمل هذا على الندب لم يكن تعارض: أعني بين حديث وابصة وحديث أبي بكرة
Jumhur fuqaha menengahi alasan, berdasarkan hadits Abu Bakrah berikut ini :
”Abu Bakrah berrakaat (shalat) di belakang shaf, lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam tidak memerintahkannya untuk mengulangi. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda padanya, ‘Mudah-mudahan Allah memberi tambahan kebaikan, dan jangan kamu ulangi (berdiri) sendiri di belakng shaf’” (HR. Bukhari dan Abu Dawud).
Apabila hadits di atas ditafsirkan sebagai sunnat, berarti tidak akan ada pertentangan antara hadits Wabishah dan hadits Abu Bakrah.
[Bidayatul Mujtahid 1, hal. 334].

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
ـ وقد اختلف السلف ـ في صلاة المأموم خلف الصف وحده فقالت طائفة‏:‏ لا يجوز ولا يصح‏.‏ وممن قال فرأوا على الرجل الإعادة دون المرأة
وتمسك القائلون بالصحة بحديث أبي بكرة قالوا‏:‏ لأنه أتى ببعض الصلاة خلف الصف ولم يأمره النبي صلى اللَّه عليه وسلم بالإعادة فيحمل الأمر بالإعادة على جهة الندب مبالغة في المحافظة على الأولى‏.‏
Para salaf berbeda pendapat mengenai makmum yang shalat sendirian di belakang imam. Segolongan mereka menyatakan tidak boleh dan tidak sah. Yang lainnya mengatakan, bahwa bagi laki-laki harus mengulangi shalatnya sedangkan bagi wanita tidak perlu mengulang.
Mereka yang mengatakan sah berdalih dengan hadits Abu Bakrah. Mereka mengatakan, “Karena ia melakukan shalat di belakang shaf namun Nabi Shallallahu alaihi wassalam tidak menyuruhnya untuk mengulangi shalatnya”. Maka diperkirakan bahwa perintah untuk mengulangi itu hanya bersifat anjuran untuk mendapatkan yang lebih utama.
[Nailul Authar 1, hal. 787].

Kesimpulan
Para Ulama berbeda pendapat tentang hokum makmum yang shalat sendirian di belakang shaf, Jumhur ulama berpendapat shalatnya sah, sebagian ulama berpendapat shalatnya tidak sah.

Wallahu a’lam.

Sumber Rujukan :
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.

*Slawi, Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...