Selasa, 04 Oktober 2022

MENJAMAK SHALAT

 

MENJAMAK SHALAT

Oleh : Masnun Tholab

 

Prinsip Kemudahan Dalam Islam

Firman Allah Ta’ala :

وما جعل عليكم في الدين من حرج

“....Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama....” (QS. Al-Hajj : 78)

 

Firman Allah Ta’ala :

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“...Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian....”

(QS. Al-Baqarah : 186)

 

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ

 Sesungguhnya agama ini mudah. Tidak ada seorangpun yang memberatkan diri dalam agama ini kecuali sikapnya tersebut akan mengalahkan dia. Maka bersikap luruslah, mendekatlah kepada kesempurnaan, berilah kabar gembira, dan manfaatkaanlah kesempatan pada pagi hari, sore hari dan sebagian waktu malam.” (HR. Bukhari)

 

DALIL-DALIL MENJAMAK SHALAT

Dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa:

جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ، فِي غَيْرِ خَوْفٍ، وَلَا مَطَرٍ

“Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menjamak shalat Dhuhur dan ‘Ashar, serta shalat Maghrib dan ‘Isyaa’ di Madiinah bukan karena ketakutan maupun hujan” [HR. Muslim  no. 705].

 

Dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa:

صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ، وَلَا سَفَرٍ "، قَالَ أَبُو الزُّبَيْرِ: فَسَأَلْتُ سَعِيدًا: لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، كَمَا سَأَلْتَنِي، فَقَالَ: أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِهِ

“Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menjamak shalat Dhuhur dan ‘Ashar di Madihah, bukan karena ketakutan maupun safar. Abuz-Zubair berkata : “Lalu aku bertanya kepada Sa’iid : ‘Mengapa beliau melakukannya ?’. Ia (Sa’id) berkata : ‘Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Abbaas sebagaimana yang engkau tanyakan kepadaku, lalu ia menjawab : ‘Beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ingin agar tidak menyusahkan seorang pun di kalangan umatnya” [HR. Muslim no. 705].

 

Pertanyaan :

1.     Bolehkah menjamak shalat karena bepergian?

2.    Bolehkah menjamak shalat karena ketakutan?

3.    Bolehkah menjamak shalat karena hujan?

4.    Bolehkah menjamak shalat karena sakit?

5.    Mengapa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjamak shalat ketika di Madinah?

6.    Bolehkan menjamak shalat tanpa udzur?

7.    Bolehkah menjamak shalat karena sibuk bekerja?

PENJELASAN/PENDAPAT ULAMA

Ibnu Rusyd berkata :

وَأَمَّا الْجَمْعُ فِي الْحَضَرِ لِغَيْرِ عُذْرٍ، فَإِنَّ مَالِكًا وَأَكْثَرَ الْفُقَهَاءِ لَا يُجِيزُونَهُ، وَأَجَازَ ذَلِكَ جَمَاعَةٌ مِنْ أَهْلِ الظَّاهِرِ وَأَشْهَبُ مِنْ أَصْحَابِ مَالِكٍ. وَسَبَبُ اخْتِلَافِهِمْاخْتِلَافُهُمْ فِي مَفْهُومِ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فَمِنْهُمْ مَنْ تَأَوَّلَهُ عَلَى أَنَّهُ كَانَ فِي مَطَرٍ كَمَا قَالَ مَالِكٌ. وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَ بِعُمُومِهِ مُطْلَقًا وَقَدْ خَرَّجَ مُسْلِمٌ زِيَادَةً فِي حَدِيثِهِ , وَبِهَذَا تَمَسَّكَ أَهْلُ الظَّاهِرِ

Adapun menjamak ketika hadir tanpa udzur, Malik dan mayoritas ahli fiqih tidak memperbolehkan. Sebagian pengikut Zhahiri dan Ash-hab (pengikut Malik) memperbolehkan.

Mereka berbeda pendapat karena perbedaan pemahaman terhadap hadits Ibnu Abbas.

Malik mentakwilkan hadits tersebut karena dalam kondisi hujan.

Mazhab Zhahiri memahami hadits tersebut secara mutlak dengan berdasar versi lain yang diriwayatkan oleh Muslim  [Bidayatul Mujtahid]

 

Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata:

وَحَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَمَلْنَاهُ عَلَى حَالَةِ الْمَرَضِ ، وَيَجُوزُ أَنْ يَتَنَاوَلَ مَنْ عَلَيْهِ مَشَقَّةٌ ، كَالْمُرْضِعِ ، وَالشَّيْخِ الضَّعِيفِ ، وَأَشْبَاهِهِمَا مِمَّنْ عَلَيْهِ مَشَقَّةٌ فِي تَرْكِ الْجَمْعِ

“Dan hadits Ibnu ‘Abbaas kami bawa maknanya pada keadaan beliau shallallaahu صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang sakit. Dan diperbolehkan pula bagi orang yang mengalami kesulitan seperti wanita yang menyusui, orang tua yang lemah, lainnya yang akan mengalami kesulitan jika ia meninggalkan jamak” [Al-Mughniy, 1/121].

 

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhus sunnah berkata :

قال ابن تيميةوأوسع المذاهب في الجمع مذهب أحمد فإنه جوز الجمع إذا كان شغل كما روى النسائي ذلك مرفوعا إلى النبي صلى الله عليه وسلم إلى أن قال: يجوز الجمع أيضا للطباخ والخباز ونحوهما ممن يخشى فساد ماله.

Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Mazhab yang paling luas dalam masalah jamak ini ialah mazhab Ahmad sebab ia membolehkan menjamak bagi seseorang yang sedang sibuk bekerja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Nasa’i dalam sebuah hadits marfu’ bersumber dari Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sampai-sampai dibolehkan pula menjamak bagi juru masak atau pembuat roti dan orang-orang yang takut hartanya menjadi rusak” [Fiqih Sunnah 1, hal. 440]

 

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

وَذَهَبَ جَمَاعَةٌ مِنْ الْأَئِمَّة إِلَى جَوَاز الْجَمْع فِي الْحَضَر لِلْحَاجَةِ لِمَنْ لَا يَتَّخِذهُ عَادَة ، وَهُوَ قَوْل اِبْن سِيرِينَ وَأَشْهَب مِنْ أَصْحَاب مَالِك ، وَاللَّهُ أَعْلَم

“Sekelompok para imam, membolehkan jamak ketika tidak bepergian apabila ia memiliki keperluan, namun hal itu tidak dijadikan sebagai kebiasaan. Demikianlah pendapat dari Ibnu Sirin, Asyhab dari golongan Malikiyah. Wallahu a’lam. (Syarh Shahih Muslim, 5/219)

 

Wallahu a’lam.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...