Selasa, 04 Oktober 2022

HUKUM BERDZIKIR DI KAMAR MANDI

 

HUKUM BERDZIKIR DI KAMAR MANDI

Oleh : Masnun Tholab

 

Perintah Berdzikir

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا 

“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang.” (QS. al Ahzab : 41)

Imam Al-Qurthubi berkata :

قال ابن عباس: لم يعذرْ أحدٌ في تركِ ذكرِ اللهِ إلا من غلب على عقْلهِ

Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak berdzikir dan mengingat Allah, kecuali orang itu telah kehilangan akal” (Al-Jami’us Shaghir no. 1397)

[Tafsir Al-Qurtubhi 14/495]

 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang.” (QS. al Ahzab :42)

Imam Al-Qurthubi berkata :

أي اِشغَلُوا ألسنتَكم في مُعُظمِ أحوالِكم بالتسبيحِ والتهليلِ والتحميدِ والتكبيرِ. قال، مجاهدٌ: وهذه كلماتُ يقولهن الطاهرُ والْمُحْدِثُ والْجُنُبُ.

Makna ayat ini adalah, hiasilah llidahmu pada setiap saat dengan bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan takbir (Allahu akbar).

Mujahid berkata : “Semua bacaan tersebut dapat dibaca oleh siapapun dalam kondisi bagaimanapun, entah itu dalam keadaan suci, atau berhadats, atau dalam keadaan junub”

[Tafsir Al-Qurtubhi 14/496]

 

Larangan Berdzikir dan Berbicara Di dalam Toilet

Dari Ibnu Umar RA, dia berkata,

أَنَّ رَجُلًا مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ

Seorang laki-laki lewat, sedangkan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang kencing, lalu ia memberi salam kepada Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tetapi beliau tidak menjawabnya. (HR Jama’ah kecuali Bukhori, Nailul Authar Hadist No. 79)

 

Dan dari Abi Sa’id, ia berkata,

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَا يَخْرُجُ الرَّجُلَانِ يَضْرِبَانِ الْغَائِطَ كَاشِفَيْنِ عَوْرَتَهُمَا يَتَحَدَّثَانِ فَإِنَّ اللَّهَ يَمْقُتُ عَلَى ذَلِكَ

Aku mendengar Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Janganlah dua orang laki-laki keluar buang Air dengan membuka auratnya sambil berbicara, karena sesungguhnya Allah murka dengan yang demikian itu” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, Nailul Authar Hadist No. 80)

 

Ibnu Hajar berkata :

وَالْحَدِيث يَدُلّ عَلَى وُجُوبِ سَتْرِ الْعَوْرَةِ وَتَرْكِ الْكَلَامِ فَإِنَّ التَّعْلِيلَ بِمَقْتِ اللَّهِ تَعَالَى يَدُلُّ عَلَى حُرْمَةِ الْفِعْلِ

Dan hadist ini sebagai dalil atas wajibnya menutup aurat dan meningalakan pembicaraan, karena alasan-alasan akan mendapatkan kemurkaan Allah Ta’ala itu, menunjukan atas haramnya pekerjaan tersebut. [Fathul Baari, Maktabah Syamilah]

 

 

Dalam kitabnya Al adzkar, Imam Nawawi As Syafi’I mengatakan,

يكرهُ الذكرُ والكلامُ حالِ قضاءِ الحاجةِ ، سواءٌ كان في الصحراءِ أو في البنيانِ ، وسواءٌ في ذلك جميعُ الأذكارِ والكلامِ إلا كلامُ الضرورةِ حتى قال بعضُ أصحابِنا : إذا عطِسَ لا يَحْمَدِ اللهَ تعالى ، ولا يُشَمِّتْ عاطِساً ، ولا يَرُدُّ السلامَ ، ولا يُجيبُ المؤذنُ ، ويكون المُسَلِّمُ مُقَصِّراً لا يستحقُّ جواباً ، والكلامُ بهذا كلُّه مكروهٌ كراهةُ تنزيهِ ولا يَحْرُمُ ، فإن عَطَسَ فحمِد اللهَ تعالى بقلبهِ ولم يحرك لسانَه فلا بأسَ ، وكذلك يفعلُ حالَ الجماعِ .

 “Makruh hukumnya berdzikir dan berbicara di saat buang hajat, baik itu dilakukan di alam terbuka ataupun di dalam kamar kecil. Hal itu berlaku untuk semua jenis dzikir dan pembicaraan. Kecuali omongan yang diucapkan dalam keadaan dharurat. Bahkan sebagian ulama kita (kalangan Syafi’iyyah) mengatakan : Tidak diperkenankan bagi orang yang bersin untuk membaca Hamdalah, atau menjawab hamdalahnya orang yang bersin, tidak menjawab salam, dan tidak menjawab adzan. Orang yang memberi salam kepada yang sedang menunaikan hajat, adalah orang yang ngawur dan tidak berhak dijawab. Hukum mengenai ini semua adalahmakruh tanzih dan bukan haram. Jika dia bersin dan mengucapkan hamdalah dalam hatinya dan tidak melafadzkannya dengan lisannya maka tidaklah mengapa. Demikain jugalah yang perlu dilakukannya saat melakukan jima”

[Al-Adzkar hal. 49]

 

Dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah dikutip pendapat sebagai berikut :

قال ابن عابدين لو توضأَ في الخلاء فهل يأتي بالبسملة وغيرها من أدعية الوضوء مُراعاةً لسنته ؟ أو يتركها مراعاة للمحلِّ ؟ قال الذي يظهر الثاني لتصريحهم بتقديم النهي على الأمر

Berkata Imam Ibnu ‘Abidin : seandainya berwudhu dalam toilet apakah tetap mendatangkan Basmalah atau dzikir – dzikir lainnya dalam rangka menjaga kesunnahan dzikir tersebut…?, ataukah meninggalkan basmalah juga dzikir – dzikir tersebut karena alasan tempat yang tidak layak untuk berdzikir..?,maka Beliau berkata : pendapat yang kuat adalah pendapat yang ke-dua yaitu meninggalkan basmalah atau dzikir-dzikir wudhu tersebut ,hal ini menyesuaikan kaidah Mendahulukan larangan dari pada perintah.”. [Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah 34/12]

 

Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Tuhfatul Muhtaj berkata :

(وَلَا يَتَكَلَّمُ) أَيْ يُكْرَهُ لَهُ إلَّا لِمَصْلَحَةٍ تَكَلَّمَ حَالَ خُرُوجِ بَوْلٍ أَوْ غَائِطٍ وَلَوْ بِغَيْرِ ذِكْرٍ أَوْ رَدِّ سَلَامٍ لِلنَّهْيِ عَنْ التَّحَدُّثِ عَلَى الْغَائِطِ وَلَوْ عَطَسَ حَمِدَ بِقَلْبِهِ فَقَطْ كَمُجَامَعٍ، فَإِنْ تَكَلَّمَ وَلَمْ يُسْمِعْ نَفْسَهُ فَلَا كَرَاهَةَ

Tidak boleh  berbicara, yakni makruh kecuali karena danya maslahat yakni berbicara ketika keluarnya air kencing atau atau kotoran meskipun dengan dzikir yang lain atau menjawab salam, karena adanya larangan untuk berbicara ketika buang air besar. Seandainya dia bersin cukup membaca hamdalah (memuji Allah) dalam hatinya saja, sbagaimana juga orang yang bersetubuh. Jika ia berbicara tapi tidak terdengar oleh dirinya, maka tidak makruh.

[Tuhfatul Muhtaj. Maktabah Syamilah].

 

Al-Qolyubui dalam Kitab Qolyubi wa ‘umairoh berkata :

(ولا يحمل) في الخلاء (ذكر الله تعالى) أي مكتوب ذكر من قرآن أو غيره تعظيما له وحمله

“ dan dilarang (makruh) berdzikir di dalam toilet, baik dzikir itu yang terdapat dari ayat Al-qur’an ataupun dzikir- dzikir lainnya dengan tujuan penghormatan / ta’dzim pada keagungan Kalimat Dzikir tadi ”. [Qolyubi wa ‘umairoh juz 1 – 44].

Wallahu a’lam.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...