HUKUM MEMINTA-MINTA
Oleh : Masnun Tholab
DALIL-DALIL
Dari Abu
Hurairah RA, Rasulullah صلى الله عمليه وسلم bersabda :
مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا
فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ
“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk
memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah
kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya”
(HR. Muslim no. 1041).
Dari Abu
Hurairah RA, Rasulullah صلى الله عمليه وسلم bersabda:
لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ، فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ،
فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ
يَسْأَلَ رَجُلًا، أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا
أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ
“Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu
mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian
bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan orang
lain, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain,
baik mereka memberi ataupun tidak, karena tangan di atas lebih baik daripada
tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung”
(HR. Bukhari Muslim).
Dar Auf bin
Malik Al-Asyja’i beliau berkata,
قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَعَلَامَ
نُبَايِعُكَ؟ قَالَ: «عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا،
وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَتُطِيعُوا – وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً – وَلَا
تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا»
“Kami telah berbai’at kepadamu wahai Rasulullah, namun apa saja
perjanjian yang wajib kami pegang dalam bai’at ini? Rasulullah صلى الله عمليه وسلم
bersabda:
‘Wajib bagi kalian untuk menyembah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik
kepada Allah sedikitpun, mengerjakan shalat lima waktu, taat kepada pemimpin,
(lalu beliau melirihkan perkataannya) dan tidak meminta-meminta kepada orang
lain sedikit pun‘” (HR. Muslim no. 1043).
Dalam hadits lain:
يَا
قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ
تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ
يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ
الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ
عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي
الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ
الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً
مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا
يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.
“Wahai Qabiishah!
Sesungguhnya tidak halal meminta-minta, kecuali bagi salah satu dari tiga orang
ini:
(1) seseorang yang
menanggung hutang orang lain, dia boleh meminta-minta sampai lunas, kemudian
berhenti
(2) seseorang yang kena
musibah yang menghabiskan hartanya, dia boleh meminta-minta sampai dia dapat
sumber penghidupan,
(3) seseorang yang ditimpa
kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya
mengatakan, ‘Si fulan hidupnya sengsara.’ Dia boleh meminta-minta sampai dapat
pegangan bagi nafkahnya.
Meminta-minta selain untuk
ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah terlarang, dan orang yang memakannya
adalah memakan yang haram”. (HR. Muslim, Abu Daud,)
PENJELASAN /
PENDAPAT ULAMA
An-Nawawi
ketika menjelaskan bab “An-Nahyu ‘anil Mas’alah”
(larangan meminta-minta) beliau mengatakan:
مَقْصُودُ الْبَابِ وَأَحَادِيثِهِ النَّهْيُ عَنِ
السُّؤَالِ وَاتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَيْهِ إِذَا لَمْ تَكُنْ ضَرُورَةٌ
“Maksud dari
bab ini dan hadits-hadits yang ada di dalamnya adalah larangan meminta-minta.
Ulama sepakat hukumnya terlarang jika tidak dalam keadaan darurat”
Beliau juga
menjelaskan:
أَصْحَابُنَا فِي مَسْأَلَةِ الْقَادِرِ عَلَى الْكَسْبِ
عَلَى وَجْهَيْنِ أَصَحُّهُمَا أَنَّهَا حَرَامٌ لِظَاهِرِ الْأَحَادِيثِ
وَالثَّانِي حَلَالٌ مَعَ الْكَرَاهَةِ بِثَلَاثِ شُرُوطٍ أَنْ لَا يُذِلَّ
نَفْسَهُ وَلَا يُلِحَّ فِي السُّؤَالِ وَلَا يُؤْذِيَ المسؤول فَإِنْ فُقِدَ
أَحَدُ هَذِهِ الشُّرُوطِ فَهِيَ حَرَامٌ بِالِاتِّفَاقِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Para ulama
berselisih pendapat mengenai hukum meminta-minta bagi orang yang mampu bekerja,
dalam dua pendapat. Pendapat yang lebih tepat, hukumnya haram, berdasarkan
zahir hadits-hadits yang ada. Pendapat yang kedua, hukumnya boleh namun
disertai kemakruhan, jika memenuhi tiga syarat: [1] tidak menghinakan dirinya,
[2] tidak memaksa ketika meminta, dan [3] tidak memberikan gangguan kepada
orang yang dimintai. Jika salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka hukumnya
menjadi haram dengan sepakat ulama. Wallahu a’lam” (Syarah Shahih Muslim, 7/127).
Ibnu Bathal
dalam kitab Syarah Ibnu Bathal berkata :
وفهم البخارى، رحمه الله، أن الذى يأتى يوم القيامة لا لحم فى وجهه من
كثرة السؤال أنه السائل تكثرًا بغير ضرورة إلى السؤال، ومن سأل تكثرًا فهو غنى لا
تحل له الصدقة، فعوقب فى الآخرة
“Al-Bukhari memberikan pemahaman, sesungguhnya
yang datang pada hari kiamat yang wajahnya tidak ada dagingnya sama sekali
adalah orang yang banyak mengemis dalam rangka memperkaya diri tanpa ada unsur
darurat. Barangsiapa mengemis berdasarkan untuk memperkaya diri, ia termasuk
dikategorikan orang kaya yang tidak halal menerima shadaqah. Di akhirat kelak
akan disiksa. (Syarah Ibnu Bathal, juz 3, halaman 512).
Ibnu Hajar al-Haitami dalam
kitab Tuhfatul Muhtaj mengatakan :
وَآخِذُ مَالِ غَيْرِهِ بِالْحَيَاءِ لَهُ حُكْمُ الْغَاصِبِ
Artinya: “Dan
orang yang mengambil harta orang lain dengan motif malu, mempunyai hukum sama
dengan orang yang ghashab.”
Beliau
juga
mengatakan :
وَقَدْ قَالَ الْغَزَالِيُّ مَنْ طَلَبَ مِنْ غَيْرِهِ مَالًا فِي
الْمَلَأِ فَدَفَعَهُ إلَيْهِ لِبَاعِثِ الْحَيَاءِ فَقَطْ لَمْ يَمْلِكْهُ وَلَا
يَحِلُّ لَهُ التَّصَرُّفُ فِيهِ
“Seseungguhnya al-Ghazali mengatakan,
‘Barangsiapa yang meminta harta kepada orang lain di mata publik karena
semata-mata ingin membangkitkan rasa malunya orang yang diminta, kemudian orang
yang diminta memberikan hartanya, maka harta tersebut tidak bisa menjadi hak
milik peminta sehingga ia tidak halal untuk menggunakan harta tersebut.” (Tuhfatul
Muhtaj, juz 6, halaman 3).
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar