YANG
BERHAK MENERIMA ZAKAT
FITRAH
Oleh
: Masnun Tholab
Hukum
Zakat Fitrah
Sayyid
Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahwa Zakat Fitrah adalah
zakat yang wajib dikeluarkan disebabkan berakhirnya puasa Ramadhan. Hukumnya
wajib bagi setiap muslim, baik kecil atau dewasa, laki-laki atau wanita, dan
budak atau merdeka.
Dari
Ibnu Umar Rhadiallaahu ‘anhu,
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ: { فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
زَكَاةَ اَلْفِطْرِ, صَاعًا مِنْ تَمْرٍ, أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ: عَلَى
اَلْعَبْدِ وَالْحُرِّ, وَالذَّكَرِ, وَالْأُنْثَى, وَالصَّغِيرِ, وَالْكَبِيرِ,
مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ, وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ اَلنَّاسِ
إِلَى اَلصَّلَاةِ
Rasulullah صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah mewajibkan zakat fitrah dari Ramadhan sebanyak satu sukat
korma atau satu sukat kepada hamba dan orang-orang merdeka, laki-laki dan
wanita, anak kecil dan orang dewasa dari kalangan kaum muslimin dan beliau
memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan sholat.” (Muttafaq
Alaihi)
Yang
Berhak Menerima Zakat Fitrah
Sayyid
Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahwa pihak yang berhak
menerima zakat fitrah itu sama halnya dengan yang boleh menerima zakat, artinya
fitrah itu hendaklah dibagikan kepada delapan golongan yang tersebut di dalam
ayat,
إنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنَ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ
قُلُوْ بُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ
السَّبِيْلِ فَرِيْضَةً مِنَ اللهِ واللهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah
9 : 60).
Berdasarkan
ayat di atas, yang berhak menerima zakat fitrah adalah :
- Fakir
- Miskin
- Amil (Panitia Zakat)
- Muallaf (golongan yang baru
masuk islam, atau orang islam yang lemah imannya).
- Budak
- Gharim (Orang yang berhutang)
- Fi Sabilillah (Orang yang berjihad di medan perang).
- Musafir (Orang yang melakukan perjalanan bukan untuk maksiat).
Fakir miskin merupakan golongan yang lebih utama menerimanya
berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas Rhadiallaahu ‘anhu, dia berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
زَكَاةَ اَلْفِطْرِ; طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اَللَّغْوِ, وَالرَّفَثِ,
وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ
“Rasulullah
صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah mewajibkan zakat fitrah
untuk menyucikan orang yang puasa dari perbuatan dan perkataan kosong dan keji,
serta untuk memberi makan orang-orang miskin”.
Juga berdasarkan hadits
dari Ibnu Umar Rhadiallaahu ‘anhu,
فرض
رسول الله صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زكاة
الفطر وقال: " أغنوهم
في هذا اليوم "
“Rasulullah صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah
mewajibkan zakat fitrah, sabda beliau, ‘Penuhilah kebutuhan mereka pada hari
ini!’” [Fiqih Sunnah 2, hal.
4]
Ibnu
Abbas Rhadiallaahu ‘anhu berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
زَكَاةَ اَلْفِطْرِ; طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اَللَّغْوِ, وَالرَّفَثِ,
وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ, فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ اَلصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ
مَقْبُولَةٌ, وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ اَلصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ
اَلصَّدَقَاتِ.
“Rasulullah صَلَّى اللّٰهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah
mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang puasa dari perbuatan dan
perkataan kosong dan keji, serta untuk memberi makan orang-orang miskin Siapa
yang membayarnya sebelum shalat, maka itu menjadi zakat, namun siapa yang
membayarnya sesudah salat, maka itu menjadi sedekah diantara bermacam-macam
jenis sedekah” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah , dan Hakim menyatakan shahih).
Imam Ash-Shan’ani dalam
kitab Subulussalam berkata :
وَفِي قَوْلِهِ " طُعْمَةً
لِلْمَسَاكِينِ " دَلِيلٌ
عَلَى اخْتِصَاصِهِمْ بِهَا وَإِلَيْهِ ذَهَبَ جَمَاعَةٌ مِنْ الْآلِ وَذَهَبَ
آخَرُونَ إلَى أَنَّهَا كَالزَّكَاةِ تُصْرَفُ فِي الثَّمَانِيَةِ الْأَصْنَافِ
Sabda
beliau untuk
memberi makan kepada orang-orang miskin’ menunjukkan bahwa zakat fitrah hanya
dikhususkan untuk mereka saja, inilah orang dari Al-Aal. Sedangkan ulama yang lainnya berpendapat bahwa
zakat fitrah seperti zakat yang lainnya, ia dibagikan kepada delapan golongan
tersebut. [Subulussalam 2, hal.
65].
Apakah Zakat Wajib Diberikan Kepada Semua Golongan
Penerima Zakat?
Ibnu Katsir dalam
kitab Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan :
وَقَدِ اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي هَذِهِ
الْأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ هَلْ يَجِبُ استيعاب الدفع لها أَوْ إِلَى مَا
أَمْكَنَ مِنْهَا؟ عَلَى قَوْلَيْنِ ,أَحَدُهُمَا, أَنَّهُ
يَجِبُ ذَلِكَ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ وَجَمَاعَةٍ.
Para ulama berselisih
pendapat sehubungan dengan delapan golongan ini, apakah pembagian harta zakat
harus diberikan kepada delapan golongan itu secara penuh, ataukah hanya kepada
yang ada saja di antara kedelapan golongan itu? Ada dua pendapat mengenainya.
Pendapat pertama
mengatakan bahwa harta zakat harus dibagikan kepada semua golongan yang delapan
itu. Pendapat ini dikatakan oleh Imam Syafii dan sejumlah ulama.
وَالثَّانِي, أَنَّهُ لَا
يَجِبُ اسْتِيعَابُهَا بَلْ يَجُوزُ الدَّفْعُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهَا وَيُعْطَى
جَمِيعَ الصَّدَقَةِ مَعَ وُجُودِ الْبَاقِينَ وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَجَمَاعَةٍ
مِنَ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ مِنْهُمْ عُمَرُ وَحُذَيْفَةُ وَابْنُ عَبَّاسٍ
وَأَبُو الْعَالِيَةِ وَسَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ وَمَيْمُونُ بْنُ مِهْرَانَ،
Pendapat kedua mengatakan
bahwa tidak wajib membagikan harta zakat kepada semua golongan yang delapan
itu, melainkan boleh diberikan kepada satu golongan saja di antara mereka.
Semua harta zakat boleh diberikan kepadanya, sekalipun golongan yang lain ada.
Pendapat ini dikatakan oleh Imam Malik dan sejumlah ulama dari kalangan ulama
Salaf dan Khalaf, antara lain ialah Umar, Huzaifah, Ibnu Abbas, Abul Aliyah,
Sa'id ibnu Jubair dan Maimun ibnu Mahran.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَهُوَ قول
جماعة عامة من أَهْلِ الْعِلْمِ، وَعَلَى هَذَا فَإِنَّمَا ذَكَرْتُ الْأَصْنَافَ
هَاهُنَا لِبَيَانِ الْمَصْرَفِ لَا لِوُجُوبِ اسْتِيعَابِ الْإِعْطَاءِ
Ibnu Jarir memberikan
komentarnya, bahwa pendapat inilah yang dipegang oleh kebanyakan ahlul
'ilmi. Dengan demikian, penyebutan kedelapan golongan dalam ayat ini
hanyalah semata-mata untuk menerangkan pengalokasiannya saja, bukan wajib
memenuhi kesemuanya.
[Tafsir
Ibnu Katsir, surat At-Taubah ayat 60].
Wallahu
a’lam.