DO’A
MAYAT PEREMPUAN
Oleh
: Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا من يهده اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Pendapat Ulama tentang Berdo’a untuk Mayat
Perempuan
Para ulama sepakat (ijma’) bahwa mendo’akan
jenazah laki-laki dalam shalat jenazah adalah dengan lafadz sebagaimana hadits
berikut :
Dari Jubair bin Nufair ia mendengarnya berkata,
saya mendengar Auf bin Malik berkata; Suatu ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menshalatkan jenazah, dan saya hafal do'a yang beliau ucapkan:
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ
الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا
مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ
مِنْ عَذَابِ النَّارِ . قَالَ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ
الْمَيِّتَ.
Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah istrinya dengan isri yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka. (HR. Muslim)
Pendapat Para Ulama Tentang Lafadz Do'a Untuk Mayat Perempuan
Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
وَالظَّاهِرُ
أَنَّهُ يَدْعُو بِهَذِهِ الْأَلْفَاظِ الْوَارِدَةِ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ
سَوَاءٌ كَانَ الْمَيِّتُ ذَكَرًا أَوْ أُنْثَى وَلَا يُحَوِّلُ الضَّمَائِرَ
الْمُذَكَّرَةِ إِلَى صِيغَةِ التَّأْنِيثِ إِذَا كَانَتْ الْمَيِّتُ أُنْثَى
لِأَنَّ مَرْجِعَهَا الْمَيِّتُ وَهُوَ يُقَالُ عَلَى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى
اِنْتَهَى .
Yang
dhahir adalah berdo’a dengan lafadz-lafadz yang bersumber dari hadits-hadits
ini baik untuk mayat laki-laki maupun mayat perempuan, tidak perlu mengubah
dhamir-dhamir mudzakkar menjadi dhamir-dhamir perempuan jika mayatnya
perempuan, karena hal itu mengacu kepada mayat, dan dia diucapkan untuk mayat
laki-laki dan mayat perempuan. SELESAI.
[Nailul Autar 7/143]
Pendapat
yang sama juga dinyatakan dalam kitab Aunul Ma’bud dan Tuhfatul Ahwadzi.
Zaenudin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, berkata
:
ويُؤَنَّثُ
الضمائرُ في الانثى، ويجوز تَذْكِيْرُها بإرادة الميت أو الشَّخْصِ،
Dhamir-dhamir itu harus di-muannats-kan bagi
mayat perempuan, namun boleh tetap di-mudzakar-kan dengan maksud kepada
mayat yang dishalatkan atau orangnya (dalam hati).
[Fathul Mu’in 2/146]
Al-Bakri Dimyati menjelaskan,
(قوله:
ويؤنث الضمائر في الانثى) كأن يقول: اللهم اغفر لها وارحمها إلخ،
(قوله: ويجوز
تذكيرها) أي الضمائر في الانثى.
Ucapan beliau, (Dhamir-dhamir itu harus di-muannats-kan
bagi mayat perempuan), maksudnya dengan mengucapkan “اللهم
اغفر لها وارحمها إلخ “
Ucapan beliau, (namun boleh tetap di-mudzakar-kan),
yakni untuk dhamir-dhamir mayat perempuan.
[I’anatuth Thalibin 2/146]
Ibnu Utsaimin dalam kitab Syarah Riyadush Shalihin berkata,
فإن
كان كانت امرأة فإنه يقول اللهم اغفر لها وارحمها وعافها واعف عنها ..
Apabila mayatnya perempuan maka do’anya : (اللهم
اغفر لها وارحمها وعافها واعف عنها .. ), “Ya Allah, ampunilah
dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia….”
[Syarah Riydush Shalihin Ibnu Utsaimin 1/1063]
Imam Nawawi dalam kitab Rhaudhatuth Thalibin berkata,
Apabila mayatnya perempuan, beliau berdo’a :
اللَّهُمَّ
هَذِهِ أَمَتُكَ وبِنْتُ عَبْدَيْكَ
“Ya Allah, ini hamba perempuan-Mu dan anak perempuan
dari kedua hamba-Mu”
[Rhaudhatuth tholibin 2/126; Hasyiah Qalyubi 4/375;
Fathul Aziz Syarah Al-Wajiz 11/180]
Kesimpulan
Para Ulama berbeda pendapat tentang lafadz do’a untuk
jenaxzah perempuan dalam shalat jenazah. Perbedaan tersebut ada tiga macam.
- Pendapat pertama, Tetap seperti lafadz aslinya, yaitu : (…..اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ )
- Pendapat kedua, berubah dhamirnya, menjadi : (…….اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا )
- Pendapat ketiga, dengan lafadz : (اللَّهُمَّ هَذِهِ أَمَتُكَ وبِنْتُ عَبْدَيْكَ)
Wallahu a’lam.
Terimakasih penjelasannya, saya pribadi cenderung ke pendapat yg merubah dhamir merujuk juga doa Nabi meruqyah Hasan Husein jg doa Nabi kpd Anas bin Malik, redaksinya banyak disesuaikan dhamirnya dalam buku2 doa dia.
BalasHapusJazaakallaahu khairan
hoebon