AURAT WANITA
Oleh :MasnunTholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا من يهده اللَّهُ فَلاَ
مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Pendahuluan
Dari Imran bin
Hushain , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
اطَّلَعْتُ فِي
الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ
فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Aku melihat surga,
ternyata kebanyakan penghuninya adalah fuqara. Aku pun melihat neraka dan
ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (HR. al-Bukhari no. 3241 dan
Muslim no. 2738)
Salah
satu yang menyebabkan wanita masuk neraka adalah cara mereka berpakaian yang
tidak sesuai dengan tuntunan syari’at.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ
مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ
كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا
لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki
cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk
unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
(HR. Muslim no. 2128)
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika
menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun
‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah,
namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun
kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan
melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian
anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud
wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun
sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Haditsdiatasmenunjukkanbetapabesarresikobagikaumwanita
yang tidakmenutupauratnya.Hal
itujugamenunjukkanbetapapentingnyamasalahmenutupauratbagiwanita.
Dalil-dalil Tentang Aurat Wanita
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ
يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ
زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى
جُيُوبِهِنَّ
“Dan katakanlah
kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur
(jilbab)nya ke dadanya”.
(QS. An-Nur :31)
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ
جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin
: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Aisyah ra telah menceritakan, bahwa
Asma binti Abu Bakar masuk ke ruangan wanita dengan berpakaian tipis, maka
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallampun berpaling seraya berkata;
يَا أَسْمَاءُ إِنَّ
الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا
هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
“Wahai Asma’ sesungguhnya perempuan
itu jika telah baligh tidak pantas menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini,
sambil menunjuk telapak tangan dan wajahnya.”[HR. Abu Dawud 4101. Abu
Dawudberkata, “Inihaditsmursal”]
Pendapat Para UlamaTentang Aurat Wanita
1. Imam Asy Syafi’i rahimahullah
dalam Al Ummberkata,
وَكُلُّ
الْمَرْأَةِ عَوْرَةٌ إلاَّ كَفَّيْهَا وَوَجْهَهَا
“Dan setiap wanita adalah aurat kecuali
telapak tangan dan wajahnya.”
[Al-Umm, MaktabahSyamilah 1/89]
2. Imam Nawawi rahimahullah
dalam Al Majmu’ mengatakan,
“Pendapat yang
masyhur di madzhab kami (Syafi’iyah) bahwa aurat pria adalah antara pusar
hingga lutut, begitu pula budak wanita. Sedangkan aurat wanita merdeka adalah
seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Demikian pula pendapat yang
dianut oleh Imam Malik dan sekelompok ulama serta menjadi salah satu pendapat
Imam Ahmad.”
[Al-Majmu’
Syarah Al-Muhadzdzab, MaktabahSyamilah 3/169]
3. Ibnul Mundzir dalam Al
Awsathberkata :
“Wajib bagi wanita
menutup seluruh badannya dalam shalat kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya”.[Al-Ausath, MaktabahSyamilah 5/75]
4. Abu Ishaq
al-Syairazidalamkitaal-Muhazzab mengatakan :
Adapun wanita
merdeka, maka seluruh tubuhnya merupakan aurat, kecuali wajah dan dua telapak
tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya”. Ibnu
‘Abbas berkata (mengomentari ayat ini), ‘yang dimaksud adalah wajah dan dua
telapak tangannya’. Dasar lainnya adalah karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang wanita ketika ihram
memakai sarung tangan dan cadar. Seandainya wajah dan telapak tangan merupakan
aurat, Rasulullah tidak akan mengharamkan menutupnya. Alasan lainnya adalah
karena adanya keperluan yang menuntut seorang wanita untuk menampakkan wajah
dalam jual beli, dan menampakkan telapak tangan ketika memberi dan menerima sesuatu.
Maka, tidak dijadikan wajah dan telapak tangan sebagai aurat.
[Al-Majmu’ Syarah
Al-Muhadzdzab, Maktabah Syamilah 3/167]
3. Ibnu
Hajar al-Haitamy dalam Tuhfah
al-Muhtaj, berkata :
Aurat wanita
merdeka, meskipun dia itu belum mumayyiz dan aurat khuntsa merdeka adalah
selain wajah dan dua telapak tangan, zhahirnya dan bathinnya sehingga dua
persendiannya, berdasarkan firman Allah : “Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya”, yaitu kecuali wajah
dan dua telapak tangan. Alasan lain adalah karena ada keperluan membukanya.
Hanya haram menilik wajah dan kedua telapak tangan seperti halnya yang lebih
dari aurat hamba sahaya wanita, karena yang demikian itu berpotensi menimbulkan
fitnah.
[Tuhfah al-Muhtaj, MaktabahSyamilah
7/115]
5. Asy Syarwani
dalam Hawasyi Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtaj mengatakan :
Wanita memiliki tiga jenis aurat: (1)
aurat dalam shalat -sebagaimana telah dijelaskan (2) aurat terhadap pandangan
lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut
pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama
seperti laki-laki.
[Hawasyi Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtaj, MaktabahSyamilah
2/112]
6. Syaikh Taqiyuddin
al-Hushni,
penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:
Makruh hukumnya shalat dengan memakai
pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat, kecuali jika di masjid yang kondisinya sulit
terjaga dari pandangan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga
menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab.
[Kifaayatul Akhyaar, MaktabahSyamilah
1/138]
7. Abu Al-Hasan Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi Al-Kubro fi FiqhiMadzhab Al-Imam Syafi’Iberkata:
“Adapun wanita merdeka, seluruh tubuhnya
merupakan aurat di dalam shalat, kecuali wajah dan dua telapak tangannya hingga
persendian terakhir pergelangan tangan.”
[Al-Hawi
Al-Kubro fi FiqhiMadzhab Al-Imam Syafi’I, MaktabahSyamilah 24/41]
8. Syaikh
Sulaiman Al JamaldalamkitabHasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhaj berkata:
“Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak
di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan
di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan”
[Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh
Al Minhaj,
MaktabahSyamilah4/15]
9. Syaikh
Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi, penulis Fathul
Qaarib, berkata:
“Seluruh badan wanita selain wajah dan
telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat,
aurat wanita adalah seluruh badan”
[Fathul Qaarib, MaktabahSyamilah
1/84]
10. Ibnu
Qaasim Al Abadi dalam kitab Tuhfatul
Muhtaaj berkata:
“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh
selain wajah telapak tangan, walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup
wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena
secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah”
[Tuhfatul Muhtaaj, MaktabahSyamilah 10/478]
11. Al
Qurthubi dalamTafsir Al Qurthubiberkata:
“Ibnu Juwaiz Mandad – ia adalah ulama besar
Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan
telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia
wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya”
[Tafsir Al Qurthubi, MaktabahSyamilah
12/229]
Kesimpulan :
Berdasarkan dalil-dalil dan keterangan-keterangan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aurat wanita
merdeka dalam shalat adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
2.
Aurat wanita merdeka
di luar shalat jika bersama laki-laki ajnabi (bukan mahramnya) ada dua
pendapat. Pendapatpertama, seluruh tubuh tanpa kecuali, yaitu termasuk wajah
dan telapak tangan. Pendapatkedua,
seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (sepertiauratdalamshalat)
3. Untuk menghindari
pandangan laki-laki ajnabi (bukan mahram) wanita dianjurkan menutup seluruh tubuhnya, termasuk wajah dan telapak tangan.
Wallahua’lam.
AURAT WANITA
Oleh :MasnunTholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا من يهده اللَّهُ فَلاَ
مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Pendahuluan
RasulullahShallallahu
‘alaihiwasallampernahmengunjungineraka.
Ternyatasebagianbesarpenghuninerakaadalahkaumwanita.
Dari Imran bin
Hushain , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
اطَّلَعْتُ فِي
الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ
فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Aku melihat surga,
ternyata kebanyakan penghuninya adalah fuqara. Aku pun melihat neraka dan
ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (HR. al-Bukhari no. 3241 dan
Muslim no. 2738)
Salah satu yang
menyebabkanwanitamasuknerakaadalahbagaimanacaramerekaberpakaian.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ
مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ
كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا
لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki
cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk
unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan
mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
(HR. Muslim no. 2128)
An Nawawi dalam Syarh
Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa
makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah,
namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun
kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan
melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian
anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud
wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun
sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Haditsdiatasmenunjukkanbetapabesarresikobagikaumwanita
yang tidakmenutupauratnya.Hal itujugamenunjukkanbetapapentingnyamasalahmenutupauratbagiwanita.
Dalil-dalilTentangAuratWanita
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ
يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ
زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى
جُيُوبِهِنَّ
“Dan katakanlah
kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur
(jilbab)nya ke dadanya”.
(QS. An-Nur :31)
Allah Subhanahuwata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ
جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin
: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Aisyah ra telah menceritakan, bahwa
Asma binti Abu Bakar masuk ke ruangan wanita dengan berpakaian tipis, maka
Rasulullah saw. pun berpaling seraya berkata;
يَا أَسْمَاءُ إِنَّ
الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا
هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
“Wahai Asma’ sesungguhnya perempuan
itu jika telah baligh tidak pantas menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini,
sambil menunjuk telapak tangan dan wajahnya.”[HR. Muslim]
Pendapat Para UlamaTentangAuratWanita
12. Imam Asy Syafi’i rahimahullah
dalam Al Umm (1/109) berkata,
وَكُلُّ
الْمَرْأَةِ عَوْرَةٌ إلاَّ كَفَّيْهَا وَوَجْهَهَا
“Dan setiap wanita adalah aurat kecuali
telapak tangan dan wajahnya.”
[Al-Umm, MaktabahSyamilah 1/89]
13. Imam Nawawi rahimahullah
dalam Al Majmu’ (3/169) mengatakan,
أَنَّ
الْمَشْهُورَ مِنْ مَذْهَبِنَا أَنَّ عَوْرَةَ الرَّجُلِ مَا بَيْنَ سُرَّتِهِ
وَرُكْبَتِهِ وَكَذَلِكَ الْأَمَةُ وَعَوْرَةَ الْحُرَّةِ جَمِيعُ بَدَنِهَا إلَّا
الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ وَبِهَذَا كُلِّهِ قَالَ مَالِكٌ وَطَائِفَةٌ وَهِيَ
رِوَايَةٌ عَنْ أَحْمَدَ
“Pendapat yang masyhur di madzhab kami (Syafi’iyah) bahwa aurat
pria adalah antara pusar hingga lutut, begitu pula budak wanita. Sedangkan
aurat wanita merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan.
Demikian pula pendapat yang dianut oleh Imam Malik dan sekelompok ulama serta
menjadi salah satu pendapat Imam Ahmad.”
[Al-Majmu’
Syarah Al-Muhadzdzab, MaktabahSyamilah 3/169]
14. Ibnul Mundzir
menyandarkan pendapat ini kepada Imam Asy Syafi’i dalam Al Awsath (5/70),
beliau katakan dalam kitab yang sama (5/75),
على المرأة أن
تخمر في الصلاة جميع بدنها سوى وجهها وكفيها
“Wajib bagi wanita
menutup seluruh badannya dalam shalat kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya”.
[Al-Ausath, MaktabahSyamilah
5/75]
15. Abu Ishaq
al-Syairazidalamkitaal-Muhazzab mengatakan :
وَأَمَّا
الْحُرَّةُ فَجَمِيعُ بَدَنِهَا عَوْرَةٌ إلَّا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ
لِقَوْلِهِ تَعَالَى (وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ منها) قَالَ
ابْنُ عَبَّاسٍ وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا وَلِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " نَهَى الْمَرْأَةَ الْحَرَامَ عَنْ لُبْسِ
الْقُفَّازَيْنِ وَالنِّقَابِ " وَلَوْ كَانَ الْوَجْهُ وَالْكَفُّ عَوْرَةً
لَمَا حَرَّمَ سَتْرَهُمَا وَلِأَنَّ الْحَاجَةَ تَدْعُو إلَى إبْرَازِ الْوَجْهِ
لِلْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ وَإِلَى إبراز الكلف لِلْأَخْذِ وَالْعَطَاءِ فَلَمْ
يَجْعَلْ ذَلِكَ عَوْرَة
Artinya: Adapun
wanita merdeka, maka seluruh tubuhnya merupakan aurat, kecuali wajah dan dua
telapak tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya”. Ibnu
‘Abbas berkata (mengomentari ayat ini), ‘yang dimaksud adalah wajah dan dua
telapak tangannya’. Dasar lainnya adalah karena Nabi SAW melarang wanita ketika
ihram memakai sarung tangan dan cadar. Seandainya wajah dan telapak tangan
merupakan aurat, Rasulullah tidak akan mengharamkan menutupnya. Alasan lainnya
adalah karena adanya keperluan yang menuntut seorang wanita untuk menampakkan
wajah dalam jual beli, dan menampakkan telapak tangan ketika memberi dan
menerima sesuatu. Maka, tidak dijadikan wajah dan telapak tangan sebagai aurat.
[Al-Majmu’ Syarah
Al-Muhadzdzab, MaktabahSyamilah 3/167]
3. Ibnu Hajar al-Haitamydalam Tuhfah al-Muhtaj, berkata :
(وَ)
عَوْرَةُ (الْحُرَّةِ) وَلَوْ غَيْرَ مُمَيِّزَةٍ وَالْخُنْثَى الْحُرِّ (مَا
سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ) ظَهْرُهُمَا وَبَطْنُهُمَا إلَى الْكُوعَيْنِ
لِقَوْلِهِ تَعَالَى وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا أَيْ
إلَّا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ وَلِلْحَاجَةِ لِكَشْفِهِمَا وَإِنَّمَا حَرُمَ
نَظَرُهُمَا كَالزَّائِدِ عَلَى عَوْرَةِ الْأَمَةِ لِأَنَّ ذَلِكَ مَظِنَّةٌ
لِلْفِتْنَةِ
Artinya : Aurat
wanita merdeka, meskipun dia itu belum mumayyiz dan aurat khuntsa merdeka
adalah selain wajah dan dua telapak tangan, zhahirnya dan bathinnya sehingga
dua persendiannya, berdasarkan firman Allah : “Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya”, yaitu kecuali wajah
dan dua telapak tangan. Alasan lain adalah karena ada keperluan membukanya.
Hanya haram menilik wajah dan kedua telapak tangan seperti halnya yang lebih
dari aurat hamba sahaya wanita, karena yang demikian itu berpotensi menimbulkan
fitnah.
[Tuhfah al-Muhtaj, MaktabahSyamilah
7/115]
16. Asy Syarwanidalam
Hawasyi Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtajmengatakan :
أَنَّ لَهَا ثَلَاثَ عَوْرَاتٍ عَوْرَةٌ فِي الصَّلَاةِ
وَهُوَ مَا تَقَدَّمَ وَعَوْرَةٌ بِالنِّسْبَةِ لِنَظَرِ الْأَجَانِبِ إلَيْهَا
جَمِيعُ بَدَنِهَا حَتَّى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ
وَعَوْرَةٌ فِي الْخَلْوَةِ وَعِنْدَ الْمَحَارِمِ كَعَوْرَةِ الرَّجُلِ
Artinya : Wanita memiliki tiga jenis
aurat: (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah dijelaskan (2) aurat terhadap
pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut
pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama
seperti laki-laki.
[Hawasyi Syarwani ‘ala Tuhfah al-Muhtaj,
MaktabahSyamilah2/112]
17. Syaikh Taqiyuddin
al-Hushni,
penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:
وَيُكْرَهُ أَنْ يُصَلِّي فِي ثَوْبٍ فِيهِ صُورَة وتمثيل ، والمرأة متنقّبة إلا أن
تكون في مسجد وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر
إلى الفساد حرم عليها رفع النقاب
Artinya :Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar atau
lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat, kecuali jika di masjid yang kondisinya sulit
terjaga dari pandangan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga
menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab.
[Kifaayatul Akhyaar, MaktabahSyamilah1/138]
18. Al-BakriDimyatidalam I’anah al-Thalibin disebutkan
:
قال في فتح الجواد: ولا ينافيه، أي ما حكاه الإمام من اتفاق
المسلمين على المنع، ما نقله القاضي عياض عن العلماء أنه لا يجب على المرأة ستر
وجهها في طريقها، وإنما ذلك سنة، وعلى الرجال غض البصر لأن منعهن من ذلك ليس لوجوب
الستر عليهن، بل لأن فيه مصلحة عامة بسد باب الفتنة. نعم، الوجه وجوبه عليها إذا
علمت نظر أجنبي إليها أخذا من قولهم يلزمها ستر وجهها عن الذمية، ولأن في بقاء
كشفه إعانة على الحرام.اه.
Artinya : Pengarang
Fath al-Jawad mengatakan, “Apa yang diceritakan oleh al-Imam bahwa sepakat kaum
muslimin atas terlarang (terlarang wanita keluar dengan terbuka wajah) tidak
berlawanan dengan yang dikutip oleh Qadhi ‘Iyadh dari ulama bahwa tidak wajib
atas wanita menutup wajahnya pada jalan, yang demikian itu hanya sunnah dan
hanyasanya atas laki-laki wajib memicing pandangannya, karena terlarang wanita
yang demikian itu bukan karena wajib menutup wajah atas mereka, tetapi karena
di situ ada maslahah yang umum dengan menutup pintu fitnah. Namun menurut
pendapat yang kuat wajib menutupnya atas wanita apabila diketahuinya ada
pandangan laki-laki ajnabi kepadanya, karena memahami dari perkataan ulama
“wanita wajib menutup wajahnya dari kafir zimmi” dan juga karena membiarkan
terbuka wajah membantu atas sesuatu yang haram.
[I’anah al-Thalibin,
MaktabahSyamilah3/258]
19. Syamsudin Ar-Romli dalam
kitab Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj berkata :
(
وَ ) عَوْرَةُ ( الْحُرَّةِ ) ( مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ ) فِيهَا ظَهْرًا
وَبَطْنًا إلَى الْكُوعَيْنِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
إلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَعَائِشَةُ : هُوَ الْوَجْهُ
وَالْكَفَّانِ وَلِأَنَّهُمَا لَوْ كَانَا عَوْرَةً فِي الْعِبَادَاتِ لَمَا
وَجَبَ كَشْفُهُمَا فِي الْإِحْرَام
Artinya: “Dan aurat wanita merdeka adalah
selain wajah dan dua telapak tangan, depan dan belakangnya, hingga tulang
pergelangan tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala: {Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya}
[an-Nuur ayat 31]. Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah (ridhwanullahi ‘alaihim)
mengomentari ayat ini, ‘yaitu wajah dan dua telapak tangan’. Alasan lainnya
adalah seandainya wajah dan dua telapak tangan merupakan aurat dalam ibadah,
maka Rasulullah tak akan mewajibkan dibukanya keduanya ketika ihram.”
[Nihayatul Muhtaj
Ila Syarhil Minhaj,MaktabahSyamilah4/424]
20. Abu Al-Hasan Al-Mawardidalam kitab Al-Hawi Al-Kubro fi FiqhiMadzhab Al-Imam Syafi’Iberkata:
فَالْمَرْأَةُ
كُلُّهَا عَوْرَةٌ فِي الصَّلَاةِ إِلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا إِلَى آخِرِ
مَفْصِلِ الْكُوع
Artinya: “Adapun wanita merdeka, seluruh
tubuhnya merupakan aurat di dalam shalat, kecuali wajah dan dua telapak
tangannya hingga persendian terakhir pergelangan tangan.”
[Al-Hawi Al-Kubro
fi FiqhiMadzhab Al-Imam Syafi’I, MaktabahSyamilah24/41]
21. Syaikh
Sulaiman Al JamaldalamkitabHasyiatul Jamal Ala’ Syarh Al Minhajberkata:
وَأَمَّا
عَوْرَتُهَا عِنْدَ النِّسَاءِ الْمُسْلِمَاتِ مُطْلَقًا وَعِنْدَ الرِّجَالِ
الْمَحَارِمِ فَمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ ، وَأَمَّا عِنْدَ الرِّجَالِ
الْأَجَانِبِ فَجَمِيعُ الْبَدَنِ
“Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak
di hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan
di hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan”
[Hasyiatul Jamal Ala’ Syarh
Al Minhaj,
MaktabahSyamilah4/15]
22. Syaikh
Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi, penulis Fathul
Qaarib, berkata:
وجميع بدن
المرأة الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وهذه عورتها في الصلاة ، أما خارج الصلاة
فعورتها جميع بدنها
“Seluruh badan wanita selain wajah dan
telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat,
aurat wanita adalah seluruh badan”
[Fathul Qaarib, MaktabahSyamilah1/84]
23. Ibnu
Qaasim Al Abadidalam kitabTuhfatul
Muhtaajberkata:
فَيَجِبُ مَا
سَتَرَ مِنْ الْأُنْثَى وَلَوْ رَقِيقَةً مَا عَدَا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ
وَوُجُوبُ سَتْرِهِمَا فِي الْحَيَاةِ لَيْسَ لِكَوْنِهِمَا عَوْرَةً بَلْ
لِخَوْفِ الْفِتْنَةِ غَالِبًا
“Wajib bagi wanita menutup seluruh tubuh
selain wajah telapak tangan, walaupun penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup
wajah dan telapak tangan, bukan karena keduanya adalah aurat, namun karena
secara umum keduanya cenderung menimbulkan fitnah”
[Tuhfatul Muhtaaj, MaktabahSyamilah 10/478]
24. Al
Qurthubi berkata:
وَقَدْ قَالَ ابْنُ
خُوَيْزِ مَنْدَادَ مِنْ عُلَمَائِنَا : إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا كَانَتْ
جَمِيلَةً ، وَخِيفَ مِنْ وَجْهِهَا وَكَفَّيْهَا الْفِتْنَةُ ، فَعَلَيْهَا
سَتْرُ ذَلِكَ ، وَإِنْ كَانَتْ عَجُوزًا أَوْ مُقَبَّحَةً جَازَ أَنْ تَكْشِفَ
وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا
“Ibnu Juwaiz Mandad – ia adalah ulama besar
Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik dan khawatir wajahnya dan
telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia menutup wajahnya. Jika ia
wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya menampakkan wajahnya”
[Tafsir Al Qurthubi, MaktabahSyamilah
12/229]
Kesimpulan :
Berdasarkan
keterangan-keterangan di atas, dapatdisimpulkan sebagai berikut :
1.
Aurat wanita merdeka dalam shalat dalam artian wajib ditutupinya adalah seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
2.
Aurat wanita merdeka di luar shalat dalam artian haram memandangnya oleh
laki-laki ajnabi (bukan mahramnya) adalah seluruh tubuh tanpa kecuali, yaitu
termasuk wajah dan telapak tangan.
3.
Aurat wanita merdeka di luar shalat dalam artian wajib menutupinya sama dengan
aurat dalam shalat, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
4.
wajib menutup wajah dan telapak tangan di dalam dan diluar shalat atas wanita
apabila diketahuinya ada pandangan laki-laki ajnabi kepadanya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar