BERDO’A KETIKA SUJUD
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا من يهده اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Renungan
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلًا قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِيَ
ثُمَّ قُتِلَ ثُمَّ أُحْيِيَ ثُمَّ قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ
الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ
"Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya!
Seandainya ada seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian ia
dihidupkan lagi, lalu terbunuh lagi, kemudian dihidupkan lagi dan terbunuh
lagi, sedang ia memiliki utang, sungguh ia tidak akan masuk surga sampai
utangnya dibayarkan." (HR. Baihaqi no. 11282, An-Nasa'I no. 4684, hadits
hasan).
Dari
Anas RA, Rasululah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa memperbanyak do'a,
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ
وَالْكَسْلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
"Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan
kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil serta dari tidak mampu membayar utang
dan dari penguasaan orang lain." (HR. Bukhari no. 2679 ; Abu Dawud no.
1330 dari Abu Sa’id Al-Khudri).
Anjuran Berdo’a ketika
Sujud
Sujud adalah kondisi
sedekat-dekat seorang hamba terhadap TuhanNya, oleh karena itulah kondisi
ketika sujud merupakan salah satu kondisi yang mustajab untuk berdo’a.
Dari Abu Hurairah ra,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ
مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Yang paling dekat seorang
hamba pada Rabbnya ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah kalianlah
berdoa. (HR. Muslim 1111, Abu Daud 875, Nasa’i 1137)
Dari Ibnu Abbas ra,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ
أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا
فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ
فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
Sesungguhnya aku dilarang
untuk membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud, adapun ketika ruku’, agungkan
kamulah Rabb dan adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa
sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (HR. Muslim 1102, Nasa’I 1045,
Abu Dawud 576)
Do’a Yang Dibaca Ketika
Sujud
Terdapat
perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang Bolehkan berdo’a di dalam shalat
dengan bahasa sendiri, diluar bacaan yang sudah ditentukan.
- Badarudin Al-Aini dalam kitab ‘Umdatul Qari, berkata,
وقال الشافعي ومالك يجوز أن يدعو فيها بكل ما يجوز
الدعاء به في خارِجِ الصلاة من أمور الدنيا والدين مما يُشْبِهُ كلامِ الناسِ ولا
تَبْطُلُ صلاته بشيءٍ من ذلك عندهما
Asy-Syafi’I dan
Malik berkata, boleh berdo’a di dalam shalat dengan setiap do’a yang diperbolehkan
diluar shalat, baik tentang urusan dunia maupun agama yang
menyerupai perkataan manusia, dan menurut mereka shalatnya tidak batal dengan
sesuatu dari hal tersebut.
[‘Umdatul
Qari Syarah Shahih Bukhari
6/118, hadits no. 833]
- Dalam Fiqih Ibadah Madzhab Hanafi disebutkan :
يُفْسِدُ الصلاةَ الدعاءُ بِمَا يُشْبِهِ كلامَ الناسِ
مِمَّا ليس في قرآن ولا سنة ويُمْكِنُ طَلَبُهُ من الناس فعن معاويةَ بنَ الحكمِ
السُّلَمِي قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم:(إن هذه الصلاة لا يصلح فيها
شيء من كلام الناس إنما هو التسبيح والتكبير وقراءة القرآن)
Akan merusak
shalat do’a yang menyerupai perkataan manusia, yang tidak terdapat dalam
Al-Qur’an dan Sunnah dan bisa diminta dari manusia, karena Mu’awiyah bin
Al-Hakim As-Salami berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya
shalat ini tidak boleh ada di dalamnya sesuatu dari perkataan manusia.
Sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan al-Qur’an.” [HR. Muslim
1227; Abu Dawud 931; Ibnu Hibban 2248].
3. Imam
An Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab mengatakan :
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَلَهُ أَنْ
يَدْعُوَ بِمَا شَاءَ مِنْ أُمُورِ الْآخِرَةِ وَالدُّنْيَا وَلَكِنَّ أُمُورَ
الْآخِرَةِ أَفْضَلُ وَلَهُ الدُّعَاءُ بِالدَّعَوَاتِ الْمَأْثُورَةِ فِي هَذَا
الْمَوْطِنِ وَالْمَأْثُورَةِ فِي غَيْرِهِ وَلَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِغَيْرِ
الْمَأْثُورِ ومما يُرِيدُهُ مِنْ أُمُورِ الْآخِرَةِ وَالدُّنْيَا
وَلَا فَرْقَ فِي اسْتِحْبَابِ هَذَا الدُّعَاءِ
بَيْنَ الْإِمَامِ وَالْمَأْمُومِ وَالْمُنْفَرِدِ وَهَكَذَا نَصَّ عَلَيْهِ
الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ وَبِهِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ
Asy-Syafi’i dan
sahabat-sahabat kami berkata, “Boleh berdo’a apa saja yang dikehendaki baik urusan akhirat maupun urusan dunia,
tetapi urusan akhirat lebih utama. Boleh berdo’a dengan do’a-do’a ma’tsur di
tempat ini dan do’a ma’tsur di tempat lain. Boleh berdo’a dengan do’a yang
bukan ma’tsur atau apapun yang dikehendaki, baik urusan akhirat maupun urusan
dunia.
Anjuran do’a ini berlaku sama bagi imam, makmum, dan orang
yang shalat sendirian.
Demikian pernyataan
Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dan telah dipastikan oleh mayoritas ulama.
[Al-Majmu’ Syarah
Al-Muhadzdzab 3/934]
- Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :
قوله ( ما شاء ) في أكثر الروايات بما شاء يعني من
خير الدنيا والآخرة وفيه الأِذْنُ في الصلاة بِمُطْلَقِ الدعاءِ من غير تَقْيِيْدِ
بِمَحَلٍ مَخْصُوْصٍ
Ucapan beliau
(apa yang disukainya) yakni do’a urusan dunia dan akhirat. Di dalamnya
mengizinkan berdo’a di dalam shalat secara mutlak, tanpa dibatasi tempat
tertentu.
[Nailul
Authar, Maktabah Syamilah]
5. Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i menjelaskan dalam
kitab Fathul Baari (Syarah Shahih Bukhari) :
وَالْأَمْر بِإِكْثَارِ الدُّعَاء فِي
السُّجُود يَشْمَل الْحَثّ عَلَى تَكْثِير الطَّلَب لِكُلِّ حَاجَة كَمَا جَاءَ
فِي حَدِيث أَنَس " لِيَسْأَلْ أَحَدكُمْ رَبّه حَاجَته كُلّهَا حَتَّى شِسْع
نَعْله "
Perintah memperbanyak
doa saat sujud mencakup pula anjuran meminta apa yang dibutuhkan, seperti
disebutkan dalam hadits Anas yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi,
لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبّه حَاجَتَهُ كُلُّهَا حَتَّى شِسْعَ نَعْلِهِ
”Hendaklah salah seorang
diantara kalian memiminta kepada Tuhannya akan kebutuhannya semuanya hingga
jepitan tali sandalnya”
(HR. Tirmidzi no. 3536)
[Fathul Baari 4/640]
6. Fatawa
Al Lajnah Ad Daimah Saudi Arabia berpendapat :
ويدعو الله تعالى في صلاته وفي غير صلاته باللغة العربية
وبغيرها من اللغات على حسب ما يَتَيَسَّرَ لهُ ، ولا تَبْطَلُ صلاتَه إذا دعا فيها
بغير اللغة العربية ، وينبغي له إذا دعا في صلاته أن يَتَحَرَّى ما ثبت عن النبي
صلى الله عليه وسلم من أدعيةِ في الصلاةِ
“…
Seseorang diperbolehkan berdoa kepada Allah di dalam shalatnya dan di luar
shalatnya dengan menggunakan bahasa Arab atau selain bahasa Arab, sesuai dengan
keadaan yang paling mudah menurut dia. Ini tidaklah membatalkan shalatnya,
ketika dia berdoa dengan selain bahasa Arab. Namun, ketika dia hendak berdoa
dalam shalat, selayaknya dia memilih doa yang terdapat dalam hadis yang sahih
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dalam rangka mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ….” [Fatwa Lajnah Daimah, volume 24, nomor 5782]
Kesimpulan
1.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan untuk berdo’a di dalam sujud diluar bacaan tasbih.
2.
Para
Ulama bersepakat (ijma’) boleh berdo’a di dalam sujud dengan do’a-do’a ma’tsur
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan do’a-do’a dari Al-Qur’an.
3.
Mayoritas ulama membolehkan berdo’a dengan
bahasa sendiri di dalam shalat (ketika sujud) dan di luar shalat, sedangkan
madzhab Hanafi melarangnya.
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar