Rabu, 09 April 2014

BACAAN KETIKA RUKU’



BACAAN KETIKA RUKU’
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com


Segala Puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Hukum Bacaan Dalam Ruku’
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar  1/79  berkata :
Ketahuilah bahwa zikir dalam rukuk sunat di sisi kami (Mazhab al-Syafi’e) dan di sisi jumhur ‘ulama’. Jikalau ditinggalkan secara sengaja atau terlupa tidaklah membatalkan solatnya, tidak berdosa dan tidak perlu sujud sahwi. Telah bermazhab al-Imam Ahmad bin Hambal dan sekumpulan (‘ulama’) bahawasanya (zikir ketika rukuk dan sujud itu) wajib. Maka hendaklah bagi orang yang bersolat menjaganya (sentiasa melakukannya) kerana adanya hadith-hadith yang jelas lagi sahih memerintahkan hal itu.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar, dan Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam.
[Al-Adzkar  1/79; Bustanul Ahyar Muhtashar Nailul Authar 1/514 ; Subulussalam 1/476 ].

Hadits-hadits Tentang Bacaan dalam ruku’
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda,
إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَقَالَ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَدْ تَمَّ رُكُوعُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ وَإِذَا سَجَدَ فَقَالَ فِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَدْ تَمَّ سُجُودُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ
"Jika salah seorang dari kalian rukuk lalu mengucapkan dalam rukuknya; (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung) tiga kali maka rukuknya telah sempurna. Dan itu adalah yang minimal. Kemudian ketika sujud mengucapkan; (Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi) tiga kali maka rukuknya telah sempurna. Dan itu adalah yang minimal." Dan telah diriwayatkan dari Abdullah bin Al Mubarak, ia berkata; "Aku lebih suka bagi imam untuk bertasbih lima kali agar orang yang berada di belakangnya sempat membaca tasbih tiga kali. Ishaq bin Ibrahim juga berpendapat seperti ini." (HR. Tirmidzi 242)

Dalam Riwayat Muslim, dengan lafadz sebagai berikut :
...ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيلًا قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ
…..Kemudian beliau ruku'. Dalam ruku', beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)." Dan lama beliau ruku' hampir sama dengan berdirinya. Kemudian beliau membaca: "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Maha Mendengar Allah akan orang yang memuji-Nya)." Kemudian beliau berdiri dan lamanya berdiri lebih kurang sama dengan lamanya ruku'. Sesudah itu beliau sujud, dan dalam sujud beliau membaca: "SUBHAANA RABBIYAL A'LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi)." Lama beliau sujud hampir sama dengan lamanya berdiri…
(HR.  Muslim 1291; Nasa’I 998; 
 
 
Dalam Riwayat Abu Dawud, dengan lafadz sebagai berikut :
فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا
"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ruku' beliau mengucapkan; "Subhaana rabbiyal 'azhiim wa bihamdihi (Maha suci Rabbku yang Maha Agung dengan pujian-Nya) " sebanyak tiga kali, dan apabila sujud beliau mengucapkan; "Subhaana rabbiyal a'la wa bihamdih (Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dengan segala pujian-Nya) " sebanyak tiga kali." 
Abu Daud mengatakan; "Saya khawatir tambahan ini tidak dari tambahan yang benar-benar terjaga (kebenarannya)." Abu Daud mengatakan; "Penduduk Mesir meriwayatkan dengan periwayatan tunggal mengenai dua isnad hadits ini yaitu hadits Rabi' dan hadits Ahmad bin Yunus.
(HR. Abu Dawud 736)
 
Dari 'Aisyah ia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: "SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '."
(HR. Bukhari  752; Muslim 746; Abu  Dawud 743)
 
Dari 'Aisyah ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dahulu berdoa dalam rukuk dan sujudnya, "Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh."
(HR. Muslim 487, 1119; Abu Dawud 872; Baihaqi 2664)
 
Dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata, 
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَكَعَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Apabila ruku' beliau membaca: " Ya Allah kepadaMu aku ruku' kepadaMu aku beriman, kepadaMu aku berserah diri, kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan ototku khusu' karena Allah Tuhan semesta Alam.
(HR. Ahmad 960; Ibnu Hibban 1901; Al-Baihaqi 2397; Al-Umm 1/172)
 
Dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i dia berkata;
قُمْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَقَامَ فَقَرَأَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ فَسَأَلَ وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ فَتَعَوَّذَ قَالَ ثُمَّ رَكَعَ بِقَدْرِ قِيَامِهِ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ثُمَّ سَجَدَ بِقَدْرِ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ فِي سُجُودِهِ مِثْلَ ذَلِكَ
"Di suatu malam, aku mengerjakan shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau kemudian berdiri dan membaca surat Al Baqarah, tidaklah beliau melewati ayat tentang rahmat, pasti beliau berhenti dan memohon kepada-Nya, dan tidaklah melewati ayat tentang adzab, melainkan beliau berhenti dan meminta perlindungan darinya." katanya melanjutkan; "Kemudian beliau ruku' yang lamanya seperti beliau berdiri, dalam ruku'nya beliau mengucapkan: "subahaana dzil jabaruuti wal malakuuti wal kibriyaa`i wal 'azhamati (Maha suci dzat yang memiliki sifat kekuasaan, kerajaan, kebesaran dan keagungan)." Kemudian beliau sujud yang lamanya seperti beliau berdiri, dalam sujudnya beliau mengucapkan seperti itu juga,…………..
(HR. Abu Dawud 739; Tirmidzi 2609; Nasa’I 1039).
 
Pendapat Para Ulama Tentang Bacaan Ruku’
Imam Syafi’I berkata :
Saya lebih menyukai orang yang ruku’ dengan membaca (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ) sebanyak tiga kali, dan membaca apa yang saya riwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam membacanya pula pada ruku’ dan sujud (Hadits Ali bin Abu Thalib)
[Ringkasan kitab Al-Umm 1/173]

Imam Nawawi berkata :
Sahabat-sahabat kami berkata, “Dianjurkan mengucapkan (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ ). Diantara yang menyatakan anjuran bacaan ini adalah Al-Qadhi Abu Ath-Thayib, Al-Qadhi Hussain, pemilik Asy-Syamil, Al-Ghazali dan lainnya. Pernyataan Ar-Rafi’I yang menyebutkan bahwa tambahan (وَبِحَمْدِهِ ) syadz, tidaklah benar karena tambahan ini masyhur bagi imam-imam tersebut.
Sahabat-sahabat kami berkata, dianjurkan mengucapkan,
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي

[Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab 3/797]


Imam Zaenuddin dalam kitab Fathul Mu’in berkata : Lutut dibuka oleh telapak tangan yang dibuka dan merenggangkan jari sambil membaca  (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِه ) tiga kali, sebab ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Paling sedikit satu kali membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud, sekalipun hanya mengucapkan (سُبْحَانَ الله ) dan paling banyak sebelas kali. Bagi yang munfarid dan Imam mahshur (biasa berjamaah) disunnatkan menambah bacaan do’a,
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
[Fathul Mu’in 1/193]

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata : Ketika ruku’ disunnahkan membaca (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ). Adapun Lafadz (وَبِحَمْدِه ) maka itu diriwayatkan dari beberapa sumber, tapi semuanya lemah. Syaukani mengatakan, “Tetapi sumber-sumber ini saling menguatkan satu sama lain”
Orang yang sedang ruku boleh membaca dzikir ini saja, atau menambah dengan do’a berikut :
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ ……. لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
[Fiqih Sunnah 1/226].

Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata : Diantara do’a-do’a (ketika ruku’) dijelaskan dalam hadits-hadits berikut ini :
Dari 'Aisyah ia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: "SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '."
(HR. Bukhari  752; Muslim 746; Abu  Dawud 743)
Aisyah RA berkata, “Setelah diturunkan surat An-Nashr, (إذا جاء نصر الله والفتح )
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengerjakan shalat kecuali beliau membaca :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

[Subulussalam 1/477]

Dalam kitab Fathul Baari dijelaskan : Hadits ini merupakan dalil tentang penggabungan antara tasbih, tahmid dan istighfar dalam ruku’ dan sujud.
[Fathul Baari 6/24]

Kesimpulan
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa bacaan dzikir dalam shalat hukumnya sunnah.
2. Para ulama berpendapat boleh memilih salah satu bacaan dzikir yang diajarkan dan diamalkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wallahu a’lam.







واعلم أن الذكر في الركوع سنة عندنا وعند جماهير العلماء ، فلو تركه عمداً أو سهواً لا تبطل صلاته ، ولا يأثم ولا يسجد للسهو. وذهب الإمام أحمد بن حنبل وجماعة إلى أنه واجب ، فينبغي للمصلي المحافظة عليه للأحاديث الصريحة الصحيحة في الأمر به ،

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...