TAKBIRATUL IHRAM
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا من يهده اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Hukum Takbiratul Ihram
As-Sirozi
berkata :Takbiratul ihram merupakan salah satu fardhu shalat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ
الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kunci halat adalah bersuci, memulainya dengan takbir, dan mengakhirinya
dengan salam.” (HR. Abu Daud 61,
Turmudzi 3, & disahihkan al-Albani).
Imam
Nawawi berpendapat :
Takbiratul
Ihram merupakan salah satu rukun shalat dan tanpanya shalat tidak sah. Inilah
madzhab kami, madzhab Malik, Ahmad, serta jumhur ulama salaf dan khalaf.
[Al-Majmu’
Syarah Al-Muhadzdzab 3/543-544].
Sayyid
Sabiq berkata : Takbiratul Ihram ini hanya dapat dilakukan dengan membaca
lafadz “Allahu Akbar”. Hal ini berdasarkan hadits Abu Humaid,
اَنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كانَ اِذَا قَامَ اِلىَ الصَّلاةِ
اِعْتَدَلَ قَائِمًا وَرَفَعَ يَدَيْهِ
ثُمَّ قَالَ : الله اَكْبَرْ
"Apabila
Nabi Shallallahu ‘alihi wasallam berdiri hendak
mengerjakan shalat, beliau berdiri tegak lurus dan mengangkat kedua belah
lengannya, lalu mengucapkan 'Allahu Akbar'" (HR.Ibnu Majah, dan
dinyatakan sahih oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban) [lihat Fiqih Sunnah 1, hal. 188].
Mengangkat Kedua Tangan
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ
مَدًّا
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memulai shalat, beliau
mengangkat kedua tangannya dengan dibentangkan.” (HR. Abu Daud 753, Turmudzi 240, dan dishahihkan al-Albani)
Imam
Asy-Syaukani berkata : Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya mengangkat kedua
tangan ketika takbiratul Ihram. An-Nawawi mengatakan, “Ini sudah menjadi ijma’
umat, yaitu mengangkat kedua tangan ketika takbiratul Ihram”.
[Bustanul
Ahbar 1/457].
Ketika
Takbiratul Ihram telapak tangan dihadapkan ke kiblat dan diangkat setinggi
pundak atau telinga.
Dari
Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhu, beliau menceritakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ
“Bahwa
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengangkat
kedua tangannya setinggi pundak, ketika memulai shalat.” (HR. Bukhari 735 &
Muslim 390).
Dari
Malik bin al-Huwairits radhiyallahu
‘anhu,
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ، وَإِذَا
رَكَعَ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ حَتَّى بَلَغَتَا فُرُوعَ
أُذُنَيْهِ
“Saya
melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengangkat
kedua tangannya ketika takbiratul ihram, ketika rukuk, ketika i’tidal, hingga
setinggi daun telinga.” (HR. Nasai 1024, dan yang lainnya).
Juga hadits:
كانَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم
إذا افتتحَ الصلاةَ رفع َيدَيهِ حتى تكوناَ حَذْوَ أُذُنَيهِ
“Biasanya Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam ketika memulai shalat beliau mengangkat kedua
tangannya sampai setinggi kedua telinganya” (HR. Al Baihaqi 2/26)
Cara mengangkat
tangan ketika takbir ada 3:
a.
Mengangkat tangan sampai pundak lalu membaca takbir
Dari
Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhumma,
كان رسول الله صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا قام إلى الصلاة؛ رفع يديه حتى تكونا حذو منكبيه،
ثم كبَّر
Apabila
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memulai
shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga setinggi pundak, kemudian
beliau bertakbir. (HR. Muslim 390).
b.
Mengangkat tangan lalu sedekap bersamaan dengan takbir
Dari
Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma,
رأيت النبي صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افتتح التكبير في الصلاة، فرفع يديه حين يكبر
”Saya
melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memulai
takbiratul ihram ketika shalat, beliau mengangkat kedua tangannya ketika
takbir. (HR. Bukhari 738)
c.
Membaca takbir, lalu mengangkat tangan
Dari
Malik bin al-Huwairits,
كان رسول الله صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبر؛ رفع يديه
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika usai takbir, beliau mengangkat
tangan” (HR. Muslim 391).
Bersedekap
Setelah Takbiratul Ihram
Dari wa'il bin
Hujr dia berkata;
قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي قَالَ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا أُذُنَيْهِ ثُمَّ أَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَهُمَا مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ
"Sungguh aku benar-benar akan melihat shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan melihat bagaimana beliau tata cara beliau shalat." Wa'il berkata; asulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri menghadap kiblat, kemudian beliau bertakbir sambil mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya, kemudian tangan kanannya memegang tangan kirinya” (HR. Abu Daud)
Dari Ibnu
Mas'ud
أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي فَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى الْيُمْنَى فَرَآهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى
bahwa dia shalat dengan meletakkan tangan kirinya diatas tangan kanannya, ternyata dia dilihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kontan beliau meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya." (HR. Abu Daud)
Dari
Sahl bin Sa’ad radhiallahu’anhu:
كان
الناسُ يؤمَرون أن يضَع الرجلُ اليدَ اليُمنى على ذِراعِه اليُسرى في الصلاةِ
“Dahulu
orang-orang diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas lengan kirinya
ketika shalat” (HR. Al Bukhari 740)
Imam Nawawi menjelaskan : Sunnahnya
adalah meletakkan kedua tangan setelah takbir, tangan kanan diletakkan di atas
tangan kiri, sedangkan lengan tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri
dan sebagian lengan bawah”.
[Al-Majmu’ Syarah
Al-Muhadzdab 3/578]
Posisi Tangan Ketika
Sedekap
Imam
Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab (3/582) menjelaskan tentang
perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang letak bersedekap :
Madzhab
kami (Syafi’i) berpendapat, “Kedua tangan dianjurkan diletakkan di bawah dada,
di atas pusar”. Pendapat ini dikemukakan oleh Sa’id bin Jabir dan Abu Daud.
Dalilnya
adalah hadits Wa’il bin Hujr, ia berkata,
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى
يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
“Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya
kemudian mengencangkan keduanya di atas dadanya ketika beliau shalat” (HR,.
Abu Daud 759, Al Baihaqi 4/38, Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 3322).
Asy-Syaukani mengatakan :
Hadits ini menjelaskan bahwa meletakkan tangan itu di atas dada. Dalam masalah
ini tidak ada hadits yang lebih hsahih daripada hadits Wa’il.
[Bustanul
Ahbar 1/461].
Abu
Hanifah, Ats-Tsauri dan Ishaq berpendapat, “Kedua tangan diletakkan di bawah
pusar” Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Ishaq dan Al-Marudzi dari kalngan
sahabat.
Dalilnya
adalah hadits dari Ali RA, dia berkata,
مِنَ
السُّنَّةِ وَضْعُ الْكَفِّ عَلَى الْكَفِّ فِي الصَّلَاةِ تَحْتَ السُّرَّةِ
“Termasuk
sunnah, meletakkan telapak tangan di atas telapak tangan dalam shalat di bawah
pusar” (HR. Abu Daud 758, Al Baihaqi, 2/31)
Kesimpulan
1.
Para Ulama sepakat (ijma’) bahwa takbiratul Ihram
adalah merupakan salah satu rukun shalat.
2.
Para Ulama sepakat (ijma’) dianjurkan
mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul Ihram.
3.
Para Ulama sepakat (ijma’) dibolehkan mengangkat
telapak tangan setinggi pundak atau telinga.
4.
Para ulama berbeda pendapat tentang posisi tangan
ketika sedekap. Ada yang berpendapat di bawah pusar, di atas pusar, dan di atas
dada.
Wallahu a;lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar