ADZAN DI TELINGA BAYI
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا من يهده اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Renungan
Imam Nawawi
dalam kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab berkata : Imam Syafi’I berkata :
إذَا
وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلَافَ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقُولُوا بِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَدَعُوا قَوْلِي
"Apabila kalian
mendapatkan di kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jadikanlah sunnah Rasulullah sebagai dasar
pendapat kalian dan tinggalkanlah apa yang aku katakan." (An-Nawawi dalam
kitab Al-Majmu’ 1/63; lihat Al-Harawi di kitab Dzammu Al-Kalam 3/47/1,)
Hadits-hadits Tentang
Adzan Di Telinga Bayi
Hadits pertama:
Dari
‘Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya (Abu Rofi’), beliau berkata,
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ
بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ
“Aku
telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumandangkan adzan di
telinga Al Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah melahirkannya dengan adzan shalat.”
[HR.
Abu Dawud (5105), At-Tirmidziy (4/1514), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro
(9/300), dan dalam Asy-Syu’ab (6/389-390), ]
Di dalam sanad hadits ini terdapat Hammad bin Syu’aib. Ibnu Ma’in telah men-dho’if-kannya.
Al-Al-Bukhariy
berkata, “Mungkar haditsnya”. Pada tempat lain, ia berkata: “Mereka
meninggalkan haditsnya”.Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma’ (4/60),
“Di
dalamnya terdapat Hammad bin Syu’aib, sedang ia itu lemah sekali”.
Adapun jalur kedua dari Sufyan, terdapat seorang yang bernama Ashim bin
Ubaidillah. Al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullah- berkata
dalam At-Taqrib, “Dia lemah”. Al-Hafizh juga menyebutkan dalam At-Tahdzib
(5/42),
Imam
As-Suyuti dalam kitab Al-Jami’us Saghir mengatakan bahwa hadits tersebut
dho’if - Al-Jami'us Saghir 5, hal. 339.
Hadits kedua:
Dari
Al Husain bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ الصَّلَاةَ
فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
“Setiap
bayi yang baru lahir, lalu diadzankan di telinga kanan dan dikumandangkan
iqomah di telinga kiri, maka ummu shibyan tidak akan membahayakannya.”
[HR. Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (6/390) , Ibnus Sunni dalam Amal Al-Yaum wa Al-Lailah(623).
Hadits ini dibawakan oleh Al-Haitsami dalam Al-Majma’’
(4/59) seraya berkata, “HR.Abu Ya’la(6780), di
dalamnya terdapat seorang rawi yang bernama Marwan bin Salim Al-Ghifary, sedang
ia itu matruk/ditinggalkan”.
Bahkan hadits Al-Husain bin Ali di atas adalah palsu, di dalamnya
terdapat seorang rawi yang bernama Yahya Ibnul Ala’ dan Marwan bin Salim,
keduanya memalsukan hadits sebagaimana hal ini disebutkan oleh Syaikh Al-Albany
dalamSilsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah (321).
Hadits ketiga:
Dari
Ibnu Abbas, beliau mengatakan,
أذن
في أذن الحسن بن علي يوم ولد ، فأذن في أذنه اليمنى ، وأقام في أذنه اليسرى
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali pada hari
beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga
kiri.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Al-Baihaqiy berkata: “Pada sanadnya
terdapat kelemahan”.Kami katakan, “Bahkan hadits
ini palsu”. Penyakitnya ada pada Al-Hasan bin Amer . Al-Hafizh berkata
dalam At-Taqrib, “Orangnya
matruk/ditinggalkan”. Adz-Dzahaby berkata dalam Al-Mizan,
“Al-Hasan
bin Amer dikatakan pendusta oleh Ibnul Madiny. Al-Bukhariy berkata, “Dia
pendusta”. Ar-Rozy berkata, “Dia ditinggalkan”.”.
Pendapat
Para Ulama Tentang Adzan Di Telinga Bayi
Imam
Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Author berkata :
قَوْلُهُ: (أَذَّنَ
فِي أُذُنِ الْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلَامُ) إلَى آخِرِهِ. فِيهِ اسْتِحْبَابُ
التَّأْذِينِ فِي أُذُنِ الصَّبِيِّ عِنْدَ وِلَادَتِهِ
Ucapan
perawi (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memperdengarkan azan shalat
di telinga Hasan bin Ali pada saat Fatimah melahirkannya), ini menunjukkan
dianjurkannya adzan pada ketika bayi ketika dilahirkan.
[Nailul
Author 4, hal. 1633.]
Zainudin
bin Abdul Aziz Al-Malibari berkata :
وأن يؤذن في أذنه
اليمنى ويقام في اليسرى
Sunat
diazani telinga kanan dan diiqamati telinga kirinya. [Fathul Mu’in 1, hal.
724]
Sayyid
Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
ومن السنة أن يؤذن في
أذن المولود اليمنى، ويقيم في الاذن اليسرى،
Memperdengarkan
adzan di telinga kanan dan iqamat di sebelah kiri pada anak yang baru lahir
adalah sunnah. [–Fiqih Sunnah 4, hal. 301.]
Ibnu
Qudamah sebagai salah satu icon ulama mazhab Al-Hanabilah menuliskan tentang
masalah ini di dalam kitab fiqihnya yang fenomenal, Al-Mughni.
قال بعض أهل العلم:
يستحب للوالد أن يؤذن في أذن ابنه حين يولد
Sebagian
ahli ilmu berpendapat hukumnya mustahab (disukai) bagi seorang ayah untuk
mengumandangkan adzan di telinga anaknya ketika baru dilahirkan.
[Al-Mughni,
jilid 11 hal, 120]
Kesimpulan
Mayoritas
ulama berpendapat disunnahkan adzan di telinga kanan bayi yang baru lahir dan
iqamat di telinga kirinya.
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar