Senin, 13 Oktober 2025

MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDHU?

 

MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDHU?

Oleh : Masnun Tholab

 

DALIL-DALIL

Dari Busrah binti Shofwan, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bersabda,     

من مَسَّ ذكرهُ فلا يصلِّي حتى يَتَوَضَّأَ‏

”Barangsiapa menyentuh kemaluannya, maka hendaknya ia tidak shalat sehingga ia berwudhu” (HR. Imam yang lima dan disyahkan oleh Tirmidzi. Al-Bukari berkata, “Ini adalah hadits yang paling sahih yang membicarakan masalah ini).

 

Dari Thalq bin Ali RA, ia berkata,

"قدمنا على رسول الله صلى الله عليه وسلم وعنده رجل كأنه بدوي، فقال: يا رسول الله ما ترى في مس الرجل ذكره بعد أن يتوضأ؟ فقال: وَهَلْ هُوِ إلَّا بَضْعَةٌ مِنْكَ؟"

”Saya menghadap kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Disamping beliau ada seorang yang tampaknya orang Badui. Lalu badui itu bertanya, ’Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda mengenai seseorang yang menyentuh kemaluannya setelah ia berwudhu? Maka beliau menjawab : ’Itu tidak lain hanya kelebihan dagingmu juga’” (HR. Ahmad: 4/23, Abu Daud no. 182 dan 183, At-Tirmidzi no. 85, An-Nasa`i no. 165, dan Ibnu Majah no. 483)

 

Berdasarkan hadits-hadits di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :

1.     Apakah menyentuh kemaluan membatalkan wudhu?

2.    Apakah menyentuh kemaluan dengan penghalang membatalkan wudhu?

3.    Apakah menyentuh kemaluan orang lain membatalkan wudhu?

4.    Apakah menyentuh kemaluan anak kecil membatalkan wudhu?

5.    Apakah menyentuh kemaluan tidak sengaja membatalkan wudhu?

6.    Apakah menyentuh kemaluan orang mati membatalkan wudhu?

7.    Apakah menyentuh kemaluan yang terpotong membatalkan wudhu?

8.   Apakah menyentuh kemaluan hewan membatalkan wudhu?

 

PENDAPAT/PENJELASAN ULAMA

Imam Ash-Shan’ani dlam kitab Subulussalam berkata :

وَبِهِ اسْتَدَلَّ مَنْ سَمِعْت مِنْ الصَّحَابَةِ، وَالتَّابِعِينَ، وَأَحْمَدُ، وَالشَّافِعِيُّ، عَلَى نَقْضِ مَسِّ الذَّكَرِ لِلْوُضُوءِ. ، وَالْمُرَادُ مَسُّهُ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ؛

Hadits ini ( hadits Busrah binti Shofwan ) dijadikan dalil oleh sekelompok sahabat dan tabi’in, Imam Ahmad, dan Imam Asy-Syafi’i bahwa menyentuh kemaluan membatalkan wudhu. Maksudnya adalah menyentuh tanpa penghalang,

لِأَنَّهُ أَخْرَجَ ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ مِنْ حَدِيثِ " أَبِي هُرَيْرَةَ " «إذَا أَفْضَى أَحَدُكُمْ بِيَدِهِ إلَى فَرْجِهِ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ ولا سِتْرٌ فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ» وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ، وَابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ؛ قَالَ ابْنُ السَّكَنِ: هُوَ أَجْوَدُ مَا رُوِيَ فِي هَذَا الْبَابِ

karena diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya dari hadits Abu Hurairah, ”Apabila salah seorang diantara kalian menyentuhkan tangannya kepada kemaluannya yang tidak terdapat penghalang dan penutup diantaranya, maka wajib baginya wudhu” Dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Abdil Bar. Ibnu As-Sakan berkata, ”Hadits ini paling baik yang diriwayatkan dalam bab ini,” [Subulussalam 1/159-160].

 Imam Asy-Syaukani berkata :

وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ لَمْسَ الذَّكَرِ يَنْقُضُ الْوُضُوءَ. وَكَذَلِكَ مَسُّ فَرْجِ الْمَرْأَةِ. ‏.‏ وقد ذهب إلى ذلك عمر وابنه عبد اللَّه وأبو هريرة وابن عباس وعائشة وسعد ابن أبي وقاص وعطاء والزهري وابن المسيب ومجاهد وأبان بن عثمان وسليمان بن يسار والشافعي وأحمد وإسحاق ومالك في المشهور وغير هؤلاء‏.‏

Hadits di atas ( hadits Busrah binti Shofwan ) menunjukkan bahwa menyentuh kemaluan membatalkan wudhu, demikian juga menyentuh kemaluan wanita. Demikian menurut pendapat Umar dan putranya, Abdullah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Aisyah, Sa’ad bin Abi Waqash, Atha’, Az-Zuhri, Ibnu Al-Musayyab, Mujahid, Aban bin Utsman, Sulaiman bin Yasar, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishak, Malik dan lain-lainnya di dalam kitab Masyhur. [Nailul Authar 1/443)]

 

Beliau juga berkata :

وذهب علي عليه السلام وابن مسعود وعمار والحسن البصري وربيعة والعترة والثوري وأبو حنيفة وأصحابه وغيرهم إلى أنه غير ناقض‏.‏ واحتج الآخرون بحديث طلق بن علي عند أبي داود والترمذي والنسائي وابن ماجه وأحمد والدارقطني مرفوعًا بلفظ

Ali RA, Ibnu Mas’ud, Ammar, Al-Hasan Al-Bashri, Rubai’ah, Al-’Athrah, At-Tsauri, Abu Hanifah dan para pengikutnya berpendapat bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu. Golongan yang berpendapat bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu beralasan dengan hdits Thalq bin Ali menurut Abu Daud, A-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, secara marfu’ dengan lafadz (seperti di atas, pen.) [Nailul Authar 1/448)]

 

Imam Nawawi dakam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :

فَيَنْتَقِضُ الْوُضُوءُ إِذَا مَسَّ بِبَطْنِ كَفِّهِ فَرْجَ آدَمِيٍّ، مِنْ نَفْسِهِ، أَوْ غَيْرِهِ، ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى، صَغِيرٍ أَوْ كَبِيرٍ، حَيٍّ أَوْ مَيِّتٍ، قُبُلًا كَانَ الْمَمْسُوسُ، أَوْ دُبُرًا.

Wudhu menjadi batal sebab seseorang menyentuh alat kelamin manusia dengan tangan bagian dalamnya, baik alat kelaminnya sendiri maupun milik orang lain, laki-laki maupun perempuan, masih anak-anak atau sudah dewasa, sudah mati atau masih hidup, dan yang disentuh bagian alat kelamin maupun anus.

وَفِي فَرْجِ الصَّغِيرِ، وَالْمَيِّتِ، وَجْهٌ ضَعِيفٌ، وَفِي الدُّبُرِ قَوْلٌ شَاذٌّأَنَّهُ لَا يَنْتَقِضُوَالْمُرَادُ بِالدُّبُرِمُلْتَقَى الْمَنْفَذِ،

Mengenai menyentuh vagina anak kecil dan orang yang meninggal terdapat Wajh yang dho’if. Sedang sentuhan di bagian anus juga terdapat Qaul yang aneh, yaitu tidak membatalkan wudhu. Maksud anus di sini adalah lubang keluarnya fases (tinja).

وَمَسُّ مَحَلِّ الْجَبِّ يَنْقُضُ قَطْعًا إِنْ بَقِيَ شَيْءٌ شَاخِصٌ، فَإِنْ لَمْ يَبْقَ شَيْءٌ، نَقَضَ أَيْضًا عَلَى الصَّحِيحِ،

Apabila seseorang menyentuh lobang anus karena sesuatu yang tertinggal, maka secara pasti wudhunya batal. Dan jika tidak ada sesuatu yang tertinggal, maka menurut Qaul yang shahih wudhunya juga batal.

وَمَسُّ الذَّكَرِ الْمَقْطُوعِ وَالْأَشَلِّ، وَالْمَسُّ بِالْيَدِ الشَّلَّاءِ، وَنَاسِيًا، نَاقِضٌ عَلَى الصَّحِيحِ.

Menyentuh dzakar yang terpotong dan impoten, atau menyentuh dengan tangan yang lumpuh atau melakukannya karena lupa juga membatalkan wudhu menurut Qaul yang shahih.

وَلَا يَنْقُضُ مَسُّ دُبُرِ الْبَهِيمَةِ قَطْعًا، وَلَا قُبُلِهَا، عَلَى الْجَدِيدِ الْمَشْهُورِ

Menyentuh anus binatang secara pasti tidak membatalkan wudhu, begitu pula menyentuh alat kelaminnya menurut pendapat Imam Asy-Syafi’i yang beru (Qaul Jadid) yang masyhur. [Raudhatuth Thalibin 1/215)].

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAJISNYA AIR LIUR ANJING

  NAJISNYA AIR LIUR ANJING Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Air Liur Anjing Dari Abu Hurairah RA ia berkata, قَا...