Selasa, 14 Oktober 2025

ISBAL

 ISBAL

Oleh : Masnun Tholab

 

DEFINISI ISBAL

Isbal secara bahasa adalah masdar dari “asbala”, “yusbilu-isbaalan”, yang bermakna “irkhaa-an”, yang artinya; menurunkan, melabuhkan atau memanjangkan. Sedangkan menurut istilah, sebagaimana diungkapkan oleh Imam Ibnul ‘Aroby rahimahullah dan selainnya adalah ; memanjangkan, melabuhkan dan menjulurkan pakaian hingga menutupi mata kaki dan menyentuh tanah, baik karena sombong ataupun tidak.

[Lihat Lisanul 'Arob, Ibnul Munzhir 11/321]

 

DALIL-DALIL TENTANG ISBAL

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أزَرَةُ الْمُسْلِم إِلَى نصفِ السَّاقِ وَلَاحَرَجَ أَوْ لَا جنَاح فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِي النَّارِ، مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَراً لَمْ يَنْظُر اللّهُ إلَيْهِ".

“Keadaan sarung seorang muslim hingga setengah betis, tidaklah berdosa bila memanjangkannya antara setengah betis hingga di atas mata kaki. Dan apa yang turun dibawah mata kaki maka bagiannya di neraka. Barangsiapa yang menarik pakaiannya karena sombong maka Alloh tidak akan melihatnya” [Hadits Riwayat Abu Dawud 4093, Ibnu Majah 3573, Ahmad 3/5, Malik 12]

[lihat Al-Jami’s Saghir 1, hal. 292 ; Lihat Riyadus Salihin 2, hal. 4]

 

dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُر اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلَاءَ

"Barangsiapa menjulurkan pakainnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat." Abu Bakar berkata, "Sungguh salah satu sisi pakaianku selalu turun kecuali jika aku terus menjaganya." Rasulullah saw. bersabda, "Kamu tidak melakukan itu karena sombong," (HR Bukhari [3665, 5784] dan Muslim [2085]).

 

Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud  radhiallahu anhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَسْبَلَ إِزَارَهُ فِي صَلَاتِهِ خُيَلَاءَ فَلَيْسَ مِنْ اللَّهِ فِي حِلٍّ وَلَا حَرَامٍ

 “Barangsiapa yang menjulurkan sarung dalam shalatnya karena angkuh/sombong maka orang itu tidaklah menuju Allah dan juga tidak menjalankan kewajiban-Nya." (HR. Abu Dawud)

 

dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى مَنْ يَجر إِزَارَهُ بَطَرٍ

 "Allah tidak akan melihat kepada orang yang menjulurkan kain sarungnya karena kesombongan," (HR Bukhari [5788] dan Muslim [2087]).

 

PENDAPAT ULAMA TENTANG ISBAL

Berkata Syaroful Haq Azhim Abadi rahimahullah :

قال بن عَبْد الْبَرِّ مَفْهُومُهُ أَنَّ الْجَارَّ لِغَيْرِ الْخُيَلَاءِ لَا يَلْحَقُهُ الْوَعِيدُ إِلَّا أَنَّهُ مَذْمُومٌ وَقَالَ النَّوَوِيُّ لَا يَجُوزُ الْإِسْبَالُ تَحْتَ الْكَعْبَيْنِ إِنْ كَانَ لِلْخُيَلَاءِ فَإِنْ كَانَ لِغَيْرِهَا فَهُوَ مَكْرُوهٌ

Ibnu Abd al-Barr berkata: orang yang membiarkan pakaiannya menjuntai di bawah mata kaki bukan karena kesombongan, maka ia tidak diancam, bahkan dicela. Al-Nawawi berkata: Tidak boleh membiarkan pakaiannya menjuntai di bawah mata kaki jika karena kesombongan, tetapi jika bukan karena kesombongan, maka ia makruh”. [Aunul Ma’bud 11/103]

Syekh Al-Qarafi menjelaskan:

   يَحْرُمُ عَلَى الرَّجُلِ أَنْ يُجَاوِزَ بِثَوْبَيْهِ الْكَعْبَيْنِ  

“Haram bagi laki-laki melebihkan kedua pakaiannya melewati kedua mata kaki” (Lihat: Al-Qarafi, Azzakhirah, juz 13, h. 265).


Ibnu Qudamah juga menulis:

   وَيُكْرَهُ إسْبَالُ الْقَمِيصِ وَالْإِزَارِ وَالسَّرَاوِيلِ   

“Dimakruhkan memanjangkan gamis (baju kurung), sarung, dan celana” (Lihat: Ibnu Qudamah, Al-Mughni, juz 2, h. 298).


Syekh Ibnu Muflih menyebutkan:

   وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا حَنِيفَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ ارْتَدَى بِرِدَاءٍ ثَمِينٍ قِيمَتُهُ أَرْبَعُمِائَةِ دِينَارٍ وَكَانَ يَجُرُّهُ عَلَى الْأَرْضِ، فَقِيلَ لَهُ أَوَلَسْنَا نُهِينَا عَنْ هَذَا ؟ فَقَالَ إنَّمَا ذَلِكَ لِذَوِي الْخُيَلَاءِ وَلَسْنَا مِنْهُمْ  

“Diriwayatkan bahwa Abu Hanifah rahimahullah mengenakan jubah mahal berharga empat ratus dinar, dan beliau menjulurkannya di atas (mendekati) tanah. Dikatakan kepadanya: Bukankah kita dilarang melakukan hal itu? Beliau berkata: Larangan itu untuk orang sombong, dan kita bukan bagian dari mereka” (Al-Adab Al-Syariyyah, juz 3, h. 521).  

 Sedangkan Syekh Al-Munawi dari mazhab Syafi’i menuturkan:

(وَالْمُسَبِّلُ إِزَارَهُ) الَّذِي يُطَوِّلُ ثَوْبَهُ وَيُرْسِلَهُ (خُيَلَاءَ) أَيْ بِقَصْدِ الْخُيَلَاءِ بِخِلَافِهِ لَا بِقَصْدِهَا  

“Dan orang yang memanjangkan sarungnya, yaitu orang yang memanjangkan pakaiannya dan melepaskannya karena tujuan kesombongan. Berbeda (hukumnya) bagi orang yang memanjangkannya bukan karena tujuan sombong” Faidhul Qadir, juz 3, h. 436).  

 Senada dengan para ulama di atas, seorang ulama mazhab Hanbali bernama Ibnu Muflih menuliskan:

جَرُّ الْإِزَارِ إذَا لَمْ يُرِدْ الْخُيَلَاءَ فَلَا بَأْسَ بِهِ، وَهَذَا ظَاهِرُ كَلَامِ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ الْأَصْحَابِ  

“Memanjangkan sarung, jika bukan bertujuan sombong, hukumnya tidak apa-apa. Dan pendapat ini merupakan dzahir pendapat lebih dari satu ulama mazhab Hanbali” (Al-Adab Al-Syariyyah, juz 3, h. 521).

 

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata:

   وَقَالَ الطَّبَرِيُّ : إِنَّمَا وَرَدَ الْخَبَر بِلَفْظِ الْإِزَار لِأَنَّ أَكْثَر النَّاس فِي عَهْده كَانُوا يَلْبَسُونَ الْإِزَار وَالْأَرْدِيَة ، فَلَمَّا لَبِسَ النَّاس الْقَمِيص وَالدَّرَارِيع كَانَ حُكْمهَا حُكْم الْإِزَار فِي النَّهْي . قَالَ اِبْن بَطَّال : هَذَا قِيَاس صَحِيح لَوْ لَمْ يَأْتِ النَّصّ بِالثَّوْبِ ، فَإِنَّهُ يَشْمَل جَمِيع ذَلِكَ   

Ath-Thabari berkata: Hadis hanya menjelaskan berupa izar sebab kebanyakan Sahabat di masa Nabi memakai izar dan selendang. Ketika umat Islam memakai gamis dan baju perang maka hukumnya sama dengan izar dalam hal larangan isbal. Ibnu Bathal berkata: "Ini adalah Qiyas yang sahih, andaikan tidak ada nash (dalil Qur'an dan Sunnah) yang menyebutkan pakaian. Sebab pakaian itu mencakup keseluruhan (Fath Al-Bari 16/331). Wallahu a’lam.

 

 

 

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAJISNYA AIR LIUR ANJING

  NAJISNYA AIR LIUR ANJING Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Air Liur Anjing Dari Abu Hurairah RA ia berkata, قَا...