Selasa, 12 April 2011

ORANG JUNUB DAN WANITA HAID MASUK MASJID

ORANG JUNUB DAN WANITA HAID MASUK MASJID
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.


وعن عائشة رضي الله عنها قالتْ: قالَ رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم: "إني لا أُحِلُّ المَسْجِدَ لحائض ولا جُنُبٍ". رواه أبو داود. وصحّحه ابنُ خزيمةَ.
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub." Riwayat bu Dawud dan hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
[Bulughul Maram/52].

Ibnu Ruyd berkata :
Hadits ini menurut penelitian ahli hadits tidak sahih. Perlu diketahui di sini bahwa perbedaan fuqaha dalam masalah orang junub ini juga mengakibatkan perbedaan mereka dalam masalah haid.
[Bidayatul Mujtahid 1/ (1/94)].

Imam Ash-Shan’ani berkata :
والحديث دليل على أنه لا يجوز للحائض والجنب دخول المسجد، وهو قول الجمهور، وقال داود، وغيره: يجوز، وكأنه بني على البراءة الأصلية، وأن هذا الحديث لا يرفعها.
وأما عبورهما المسجد، فقيل: يجوز لقوله تعالى:
{… إلا عابري سبيل …}
في الجنب، وتقاس الحائض عليه، والمراد به: مواضع الصلاة.
وأجيب: بأن الآية فيمن أجنب في المسجد فإنه يخرج منه للغسل، وهو خلاف الظاهر، وفيها تأويل اخر
Hadits tersebut adalah dalil tidak bolehnya perempuan yang sedang haidh dan junub masuk ke dalam masjid, demikianlah menurut pendapat jumhur ulama. Sementara Dawud dan ulama lainnya mengatakan boleh, sepertinya pendapatnya ini berdasarkan al-bara'ah al-ashliah (hukum asalnya, terlepasd ari kewajiban),dan hadits ini iidak dapat mengangkat hukum asal tersebut.
Adapun melewati masjid bagi yang haidh dan junub, ada yang mengatakan boleh, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "..terkecuali sekedar berlalu saja.(.Q" S. An-Nisa': 43) Mengenai yang junub, sedangkan perempuan haidh diqiaskan padanya. Yang dimaksud dalam ayat itu adalah tempat-tempat shalat.
Pendapat tersebut dapat dijawab, bahwa ayat itu berkenaan dengan orang yang junubnya terjadi di dalam masjid, maka dia harus keluar untuk mandi, ini berbeda dengan zhahirnya ayat tersebut. Dan terdapat penafsiran yang lain mengenai ayatini.
[Subulussalam 1/ (1/229)].

عن عائشة قالت‏:‏ ‏قال لي رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم نَاوِلْيِنِي الْخُمْرَةَ من المسجدِ فقلت‏:‏ إني حائضٌ فقال‏:‏ إن حَيْضَتَكَ لَيْسَتْ في يَدِكَ‏
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anha bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambilkanlah aku sajadahku dari masjid’. Lalu aku berkata, 'Sesungguhnya aku sedang haidh, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya haidh itu tidak berada di tanganmu.,' (HR. Jama'ah keccuali Al-Bukkhari)

Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على جواز دخول الحائض المسجد للحاجة ولكنه يتوقف على تعلق الجار والمجرور أعني قوله‏:‏ من المسجد بقوله‏:‏ ناوليني وقد قال بذلك طائفة من العلماء واستدلوا به على جواز دخول الحائض المسجد للحاجة تعرض لها إذا لم يكن على جسدها نجاسة وأنها لا تمنع من المسجد إلا مخافة ما يكون منها وعلقته طائفة أخرى بقوله‏:‏ ‏(‏قال لي رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم من المسجد ناوليني الخمرة‏)‏ على التقديم والتأخير‏.‏
وعليه المشهور من مذاهب العلماء أنها لا تدخل لا مقيمة ولا عابرة لقوله‏:‏ صلى اللَّه عليه وآله وسلم ‏(‏لا أحل المسجد لحائض ولا جنب‏)‏
Hadits di atas menunjukkan bolehnya masuk masjid,bagi orang orang yang haidh dengan adanya hajat . Tetapi pendapati ni tergantung pada hubungan jar dan majrur, yakni pada perkataan "minalinasjidi" berdasarkan perkataan" naawillini". Mereka yang berpendapau demikian adalah segolongan Ulama. Mereka menggunakan hadits ini sebagai dalil bolehnya masuk masjid bagi orang yang haidh karena adanya hajat, jika badannya tidak terkena najis maka tidak ada halangan baginya masuk masiid kecuali khawatir adanya najis. Golongan lain menggantungkan perkataan,
"Rasulullah mengatakan kepada kami dari masjid, ambilkanlah aku kerudung" pada taqdim dan ta’khir (lafadz yang terdahulu dan yang terkemudian).
Madzhab Ulama yang masyhur berpendapat bahwa orang yang haidh tidak masuk masjid, tidak tinggal, dan tidak melewati berdasarkan sabda Nabi yang berbunyi, Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub."
[Nailul Authar 1/ 189 (1/514)].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Haram bagi orang junub menetap di masjid karena hadits Aisyah r.a.,
وعن عائشة قالت‏:‏ ‏جاء رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم وَوُجُوْهُ بُيُوْتِ أَصْحَابِهِ شَارِعَةٌ في المسجدِ فقال‏:‏ وَجِّهُوْا هَذِهِ الْبُيُوْتَ عن المسجدِ ثم دخل رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم ولم يَصْنَعِ الْقَوْمُ شيئًا رَجَاءَ أن يَنْزِلَ فيهم رُخْصَةٌ فخرج إليهم فقال‏:‏ وِجِّهُوْا هذه البُيُوْتَ عن المسجدِ فَإِنِّي لا أُحِلُ المسجدَ لِحَائِضٍ ولا جُنُبٍ
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke masjid, sementara bagian depan rumah para sahabatnya ada menjorok ke dalam masjid. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun bersabda, 'Pindahkan bagian depan rumah-rumah ini dari masjid! Kemudian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun masuk sedangkan orang-orang itu belum berbuat apa-apa karena mengharapkan keringanan dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam . Akhirnya, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun keluar menjumpai para pemilik rumah itu, katanya, ’palingkan rumah-rumah ini dari masjid karena aku tiada membolehkan pertempuan haid dan orang junub memasuki masjid” (HR. Abu Dawud)
وعن أم سلمة قالت‏:‏ ‏دخل رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم صَرْحَةَ هذا المسجدِ فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ أن المسجدَ لا يحلُّ لِحَائِضٍ ولا جُنُبٍ
Dari Ummu Salamah ra, " Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke halaman masjid dan berseru sekeras suaranya, ’Sesungguhnay masjid ini tidak boleh dimasuki orang haid dan orang junub!"'(HR Ibnu Majah dan Thabrani)

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa orang haid dan orang junub tidak boleh tinggal atau menetap di dalam masjid, tetapi keduanya diberi keringanan untuk melintasnya saja, karena firman Allah ta'ala,
يا أيها الذين آمنوا لا تقربوا الصلاةَ وأنتم سكارى حتى تعلموا ما تقولون ولا جُنُبًا إلا عابري سبيلٍ حتى تغتسلوا
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.. ” (an-Nisaa' [4]: 43)

وعن جابر قال‏:‏ ‏كان أحدنا يَمُرُّ في المسجدِ جُنُبًا مَجْتَازًا‏‏
Dan diterima pula dari Jabir ra. Yang berkata, "Masing-masing kami biasa melewatl masjid dalam keadaan janabat, tetapi hanya melintas." (HR Ibnu Abu Syaibah dan Sa'id bin Manshur dalam buku Sunan-nya)

وعن زيد بن أسلم قال‏:‏ ‏كان أصحابُ رسولِ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يَمْشُوْنَ في المسجدِ وهم جُنُبٌ‏
Zaid bin Aslam berkata, "Para sahabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasa berjalan di masjid, sedangkan mereka dalam keadaan junub." (HR Ibnu Mundzir)
Dari Yazid bin Habib bahwa ada beberapa orang di antara laki-aki Anshar; pintu rumah mereka
menghadap masjid. Mereka sering dalam keadaan junub dan tidak mendapatkan air. Mereka tidak
menemukan jalan lain untuk keluar tumah melainkan melalui pintu masjid. Lalu Allah menurunkan ayat, " (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecual sekadar
berlalu saja ." (HR. Ibnu Jarir)


وعن ميمونة قالت‏:‏ ‏‏كان رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يدخلُ على إِحْدَانَا وهي حائضٌ فَيَضَعُ رَأْسَهُ في حِجْرِهَا فَيَقْرَأُ القرآنَ وهي حائضٌ ثم تَقُوْمُ إحدانا بِخُمْرَتِهِ فَتَضَعُهَا في المسجدِ وهي حائضٌ
"Dari Maimunah, ia berkata, “Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kepada salah seorang di antara kami –padahal ia sedang haidh- lalu ia meletakkan kepalanya di pangkuannya (istrinya itu), kemudian ia membaca Al-Quran –sedang ia dalam keadaan haidh- lalu salah seorang diantara kami membasakan sajadah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian ia letakkan di masjid, padahal ia sedang haidh." (HR. Ahmad dan Al-Nasa'i)
[Fiqih Sunnah 1/87-88].

Kesimpulan :
Mayoritas ulama berpendapat bahwa orang junub dan wanita haid dilarang masuk dan menetap dalam masjid, kecuali hanya sekedar lewat saja.

Wallahu a’lam.

Sumber rujukan :
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002.
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006

*Slawi, April 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...