MANDI JUM’AH
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Para Ulama sepakat bahwa mandi jum’at disyariatkan untuk dikerjakan menjelang shalat jum’at.
Hukum Mandi Jum’at
عن ابن عمر قال: (قال رسول اللَّهُ صلى اللَّهِ عليه وآله وسلم إذا جَاءَ أحَدُكُمْ إلى الْجُمْعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ).
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang diantara engkau semua mendatangi shalat Jum'at, maka hendaklah mandi dulu." (Muttafaq 'alaih)
Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على مشروعية غسل الجمعة
استدل الأولون على وجوبه بالأحاديث التي أوردها المصنف رحمه اللَّه تعالى في هذا الباب وفي بعضها التصريح بلفظ الوجوب وفي بعضها الأمر به وفي بعضها أنه حق على كل مسلم والوجوب يثبت بأقل من هذا.
واحتج الآخرون لعدم الوجوب بحديث (من توضأ فأحسن الوضوء ثم أتى الجمعة فاستمع وأنصت غفر له ما بين الجمعة إلى الجمعة وزيادة ثلاثة أيام) أخرجه مسلم من حديث أبي هريرة.
Hadits di atas menunjukkan disyariatkannya mandi jum’ah.
Golongan pertama yang berpendapat bahwa mandi jum’at itu wajib menggunakan hadits-hadits yang dibawakan oleh Al-Mushannif rahimahullah pada bab ini sebagai dalil. Sebagian hadits-hadits menegaskan wajibnya mandi, sebagian berbentuk perintah, sebagian menyatakan bahwa mandi itu hak bagi setiap muslim, dan sementara wajib itu tetap dengan bentuk-bentuk seperti itu.
Golongan lain berpendapat bagwa mandi itu tidak wajib beralasan dengan hadits yang berbunyi, ” Barangsiapa berwudhu' lalu memperbaguskan wudhu'nya, kemudian mendatangi shalat Jum'at terus mendengar -khatib- dan berdiam diri -tidak berbicara sama sekali-, maka diampunkanlah untuknya antara Jum'at itu dengan Jum'at yang berikutnya, dengan diberi tambahan tiga hari lagi" (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
[Nailul Authar 1/193 (1/523)].
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengomentari hadits Abu Hurairah di atas :
قال القرطبى فى تقرير الاستدلال بهذا الحديث عن الاستحباب: ذكر الوضوء وما معه مرتبا عليه الثواب المقتضى للصحة, يدل على أن الوضوء كاف.
وقال الحافظ ابن حجر فى التلخيص : إنه من أقوى ما استدل به على عدم فرضيى الغسل للجمعة
Qurthubi menetapkan hadits ini sebagai dalil sunnah mandi pada hari Jum’at katanya, "Penyebutan wudhu dan perkara-perkara lainnya hanyalah memberitahukan bahwa jika dikerjakan, maka si pelakunya pasti meraih ganjaran pahala. Di samping itu, shalat Jumat tetap dihukumkan sah meskipun tanpa mandi sebelumnya. Sebab hadits ini menegaskan bahwa wudhu sudah cukup
dan memadai."
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab at- Talkhis mengatakan", Hadits ini merupakan dalil terkuat tentang tidak wajibnya mandi Jum’at."
[Fiqih Sunnah 1/48 (1/89)].
وعن أبي سعيد الخدْرِيِّ رضي الله عنه: أنَّ رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم قال: "غُسْلُ الجُمُعةِ واجِبٌ على كُلِّ مُحْتَلمٍ" وَالسِّوَاكُ وَأَنْ يَمَسَّ مِنَ الطِّيْبِ مَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ
Dari Abu Said r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Mandi Jum'at itu adalah wajib bagi setiap orang yang sudah bermimpi, dan siwak dan memakai wangi-wangian sekedar kemampuannya" (HR. Bukhari 879,895; Muslim 846; Abu Dawud 341)
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
والمراد بالمُحْتَلمٍ البالغ, والمراد بالوجوب تأكيد استحبابه, بدليل مارواه البخارى عن ابن عمر : "أن عمر بن الخطاب بينما هو قائم فى الخطبة يوم الجمعة , إذا دخل رجل من الهاجرين الأولين من أصحاب النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم, وهو عثمان, فناداه عمر : أية ساعة هذه؟ قال : إنى شغلت فلم أنقلب إلى أهلى حتى سمعت التأذين فلم أزد أن توضأت, فقال : والوضوء أيضا وقد علمت أن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم, كان يأمر بالغسل"
قال : الشافعى : فلما لم يترك عثمان الصلاة للغسل, ولم تأمره عمر بالخروج للغسل, دل ذلك على أنهما قد علما أن الأمر بلغسل للا ختيار, ويدل على استحباب الغسل أيضا
Yang dimaksud dengan "orang yang sudah bermimpi' adalah orang yang telah mencapai usia balig, sementara yang dimaksudkan dengan kata "wajib" di sini adalah sunnah mu'akkad. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Bukhari dari lbnu Umar bahwa ketika Umar bin Khaththab sedang berdiri menyampaikan khotbah pada hari Jumat, tiba-tiba masuklah seorang laki-laki dari
kalangan Muhajirin pertama dari sahabat Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam, yaitu Utsman. Ia pun dipanggil Umar seraya bertanya kepadanya "Pukul berapakah sekarang ini?" Utsman menjawab, "Saya tadi bekerja. Sebelum pulang, saya mendengar suata azan dan saya pun tidak sempat lagi berbuat apa-apa selain berwudhu ." "Anda hanya berwudhu saja, padahal Anda telah mengetahui bahwa Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam menitahkan agar mandi terlebih dahulu sebelum datang ke masjid?" tanya Umar lagi.
Syafi'i mengatakan, "Disebabkan Utsman tidak sampai meninggalkan shalat demi mandi, begitu pun Umar tidak menyuruhnya keluar untuk mandi, maka yang demikian itu merupakan suatu bukti bahwa mereka sama-sama mengetahui bahwa perintah mandi tersebut boleh ditinggalkan."
[Fiqih Sunnah 1/48 (1/89)].
Asy-Syaukani berkata :
قال المصنف رحمه اللَّه تعالى: وهذا يدل على أنه أراد بلفظ الوجوب تأكيد استحبابه كما تقول حقك علي واجب والعدة دين بدليل أنه قرنه بما ليس بواجب بالإجماع وهو السواك والطيب انتهى.
Al-Mushannif mengatakan, hadits di atas menunjukkan bahwa dengan perkataan ”wajib” itu Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam menghendaki penekanan disunnahkannya mandi. Sebagaimana anda mangatakan, hakmu atasku adalah wajib, dan janji itu hutang berdasarkan dalil-dalil bahwa mandi diberi qarinah dengan suatu perbuatan yang tidak wajib menurut ujma’ yaitu siwak dan wangi-wangian, selesai.
[Nailul Authar 1/194 (1/528)].
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
هذا دليل داود في إيجابه غسل الجمعة، والجمهور يتأولونه بما عرفت قريباً، وقد قيل: إنه كان للإيجاب أول الأمر بالغسل؛ لما كانوا فيه من ضيق الحال، وغالب لباسهم الصوف، وهم في أرض حارة الهواء، فكانوا يعرقون عند الاجتماع لصلاة الجمعة، فأمرهم صلى الله عليه وآله وسلم ـــ بالغسل، فلما وسع الله عليهم، ولبسوا القطن، رخص لهم في ذلك
Hadits ini dijadikan dalil wajibnya mandi pada hari jum’at, sedangkan jumhur ulama mentakwilkan hadits tersebut, sebagaimana yang akan dijelaskan (penjelasan hadits Samurah bin Jundab, pen).
Ada yang berpendapat, ”Pada awal mulanya mandi diwajibkan, mengingat meeka hidup dalam kesulitan dan umumnya pakaian mereka dari bahan wol, sementara mereka tinggal di wilayah yang udaranya panas. Mereka berkeringat sewaktu pergi menuju shalat jum’at, maka Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam memerintahkan mereka untuk mandi, tetapi ketika Allah lapangkan kondisi mereka dan mereka sudah mengenakan bahan dari katun, Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam memberikan mereka keringanan untuk (tidak) mandi.
[Subulussalam 1/58 (1/215)].
وعن أبي هريرة: (عن النبيِّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم قال: حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَبْعَةٍ أيَّامٍ يَوْمًا يَغْسِلُ فِيْهِ رَأْسَهُ وَجَسَدَهُ
Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Wajib atas tiap-tiap muslim mandi sekali dalam tiap-tiap tujuh hari, (yaitu) dengan membasuh kepala dan tubuhnya” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Asy-Syaukani berkata :
الحديث من أدلة القائلين بوجوب غسل الجمعة وقد تقدم الكلام عليه في أول الباب وقد بين في الروايات الأخر أن هذا اليوم هو يوم الجمعة.
Hadits di atas termasuk dalil-dalil bagi golongan yang berpendapat wajibnya mandi jumat. Dan, masalah itu telah dibicarakan dahulu pada awal bab, dan telah dijelaskan bahwa yang dimaksud ’hari ini’ adalah hari jum’at sebagaimana di dalam riwayat-riwayat lain.
[Nailul Authar 1/195 (1/529)].
وعن ابن عمر أن عمر: (بينا هو قائم في الخطبة يوم الجمعة إذ دخل رجل من المهاجرين الأولين فناداه عمر: أية ساعة هذه فقال: إني شغلت فلم أنقلب إلى أهلي حتى سمعت التأذين فلم أزد على أن توضأت قال: والوضوء أيضًا وقد علمت أن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم كان يأمر بالغسل).
Dari Ibnu Umar, bahwa ketika Umar sedang berdiri dalam khutbah jum’at, tiba-tiba masuklah seorang lak-laki dari kaum muhajirin golongan pertama, lalu Umar memanggilnya, ’sudah waktu apa sekarang ini?’ Orang laki-laki itu menjawab, ’Sesungguhnya saya sibuk sampai-sampai saya tidak sempat pulang ke rumah sehingga terdengar suara adzan, lalu saya tidak bisa berbuat lebih daripada berwudhu”. Umar berkata (kepadanya), ’dan wudhu pula yang kau kerjakan, padahal engkau telah mengetahui bahwa Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam memerintahkan mandi?” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Asy-Syaukani berkata :
والحديث من أدلة القائلين بالوجوب لقوله: كان يأمر وقد تقدم الكلام على ذلك
Hadits di atas termasuk dalil-dalil bagi golongan yang berpendapat wajibnya mandi jumat. Berdasarkan perkataan ”pernah Nabi memerintah” dan telah dibicarakan dahulu.
[Nailul Authar 1/195 (1/530)].
وعن سَمُرَةَ بنِ جُنْدَبٍ رضي الله عنهُ قالَ: قالَ رسولُ الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم: "مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الجُمعَةِ فبهَا وَنِعْمَتْ، ومَنْ اغْتَسَلَ فالْغُسْلُ أَفْضَلُ".
Dari Samurah Ibnu Jundab Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang berwudlu pada hari Jum'at berarti telah menjalankan sunnah dan sudah baik, dan barangsiapa yang mandi maka itu lebih utama." (HR. Abu Dawud 354; Tirmidzi 497; Ibnu Majah 1091, hadits hasan)
Asy-Syaukani berkata :
والحديث دليل لمن قال بعدم وجوب غسل الجمعة وقد ذكرنا تقرير الاستدلال به على ذلك والجواب عليه في أول الباب.
Hadits di atas menjadi dalil bagi orang yang berpendapat tidak wajibnya mandi jumat, dan telah kami sebutkan ketetapan penggunaan dalil dengan hadits ini sebagai tidak wajibnya mandi jum’at, dan bantahannya ada di awal bab.
[Nailul Authar 1/196 (1/531)].
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
والحديث: دليل على عدم وجوب الغسل، وهو كما عرفت دليل الجمهور على ذلك، وعلى تأويل حديث الإيجاب، إلا أنّ فيه سؤالاً، وهو: أنه كيف يفضّل الغسل ــــ وهو سنة ــــ على الوضوء ــــ وهو فريضة ــــ والفريضة أفضل إجماعاً
Hadits tersebut adalah dalil tidak wajibnya mandi –sebagaimana yang anda ketahui- menjadi dalil jumhur ulama atas hal itu, juga sebagai dalil untuk mentakwilkan hadits yang mewajibkan mandi. Hanya saja muncul pertanyaan, bagaimana bisa mandi yang hukumnya sunnah, lebih utama dari pada wudhu yang hukumnya wajib menurut ijma’ ulama? Jawabannya adalah, maksudnya bukanlah keutamaan atas wudhu itu sendiri, tapi atas wudhu yang tidak disertai mandi, seakan-akan beliau bersabda, ”Barangsiapa berwudhu dan mandi, maka dia lebih utama dari orang yang hanya berwudhu saja,”
Dalil lain yang menunjukkan tidak wajibnya mandi adalah hadits Muslim,
”Barangsiapa yang berwudhu lalu ia membaguskan wudhunya, kemudian ia pergi shalat jum’at, dia mendengarkan khutbah dengan diam penuh perhatian, maka akan diampuni dosanya antara jum’at itu hingga jum’at berikutnya dan ditambah lagi tiga hari” (HR. Muslim 857)
[Subulussalam 1/58 (1/216)].
وعن عروة عن عائشة قالت: كان الناسُ يَتُنًاوَبُوْنَ الْجُمُعَةَ مِنْ مَنَازِلِهِمْ وَمِنَ الْعَوَالِي فَيَأْتُوْنَ فِي الْعَبَاءِ فَيُصِيْبُهُمُ الْغُبَارُ وَالْعَرَقُ فَتَخْرُجُ مِنْهُمُ الرِّيْحُ فَأَتَى النبيَّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم إنْسَانٌ مِنْهُمْ وَهُوَ عِنْدِي فقال النبيُّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم: لَوْ أنَّكُمْ تَطَهَّرْتُمْ لِيَوْمِكُمْ هَذَا).
Dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, ”Adalah orang-orang mendatangi shalat jum’at dari rumah-rumah mereka dan dari kampung-kampung. Mereka datang dengan memakai ’abaa (semacam jubah), yang penuh dengan debu dan keringat sehingga keluar bau dari mereka. Kemudian salah seorang diantara mereka datang kepada Nabi Shallallaahu ’alaihi wasallam, (ketika itu) Nabi berada di rumahnya, lalu beliau bersabda, ’Alangkah baiknya, kalau kamu bersih pada hari-mu ini!”
(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Asy-Syaukani berkata :
الحديث استدل به من قال بعدم وجوب غسل الجمعة وقد قدمنا تقرير الاستدلال به والجواب عليه في أول الباب.
Hadits di atas menjadi dalil bagi orang yang berpendapat tidak wajibnya mandi jumat. Ketetapan penggunaan hadits sebagai dalil telah dibicarakan dahulu. Juga bantahannya pada awal bab ini.
[Nailul Authar 1/196 (1/532)].
وعن أوس بن أوس الثقفي قال: سَمِعْتُ رسولَ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يقول: من غَسَلَ وَاغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنَ الإمَامِ فاسْتَمَعَ ولم يَلْغُ كان لهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
Dari Aus bin Al-Tsaqafi, ia berkata, pernah aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa membersihkan dan mandi pada hari jum’ah, segera pergi dan bercepat-cepat, dengan berjalan dan tidak berkenaraan, dan mendekati imam lalu ia memperhatikan khutbah dan tidak bercakap-cakap, maka setiap langkahnya itu (sama) dengan amal satu tahun, (yaitu) pahala puasa dan amal shalatnya,” (HR. Imam yang lima, tetapi At-Tirmidzi tidak menyebut perkataan “dengan berjalan dan tidak berkenaraan”).
Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على مشروعية الغسل يوم الجمعة وقد تقدم الخلاف فيه وعلى مشروعية التبكير والمشي والدنو من الإمام والاستماع وترك اللغو وأن الجمع بين هذه الأمور سبب لاستحقاق ذلك الثواب الجزيل.
Hadits di atas menunjukkan disyariatkannya mandi pada hari jum’at, dan selisih pendapat dalam soal itu telah dibicarakan dahulu. Dan menunjukkan disyari’atkannya menyegerakan, berjalan, mendekat kepada imam, mendengarkan (khutbah), dan meninggalkan omong-omong. Dan melaksanakan perintah-perintah tersebut menyebabkan adanya pahala yang banyak.
[Nailul Authar 1/196 (1/533)].
Waktu Mandi Jum’at
Sayyid Sabiq berkata :
ووقت الغسل يمتد من طلوع الفجر إلى صلاة الجمعة, وإن كان المستهب أن ينصل الغسل بالدهاب, وإذا أحدث بعد يكفية الغسل الوضوء.
ويحرج وقت الغسل بالفراغ من الصلاة فمن اغتسل بعد الصلاة لا يكون غسلا للجمعة, ولا يعتبر فاعله أتيا بما أمر به
Waktu mandi jum’at semenjak terbit fajar sampai sebelum shalat Jum’at, walaupun waktu yang lebih utama dalah mandi dan kemudian langsung sehera berangkat ke masjid untuk mengerjakan shalat jum’at. Jika seseorang berhadats setelah mandi Jum’at, maka cukuplah ia berwudhu saja.
Waktu mandi Jum’at berakhir jika shalat Jum’at sudah dilaksanakan. Jadi, seseorang yang mandi setelah shalat Jum’at, maka tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan mandi Jum’at dan tidak dianggap melaksanakan perintah syara’ yang menyuruh melaksanakannya.
[Fiqih Sunnah 1/48 (1/90)].
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :
أحدها الغسل يوم الجمعة سنة ووقته بعد الفجر على المذهب وانفرد في النهاية بحكاية وجه أنه يجزىء قبل الفجر كغسل العيد وهو شاذ منكر ويستحب تقريب الغسل من الرواح إلى الجمعة ثم الصحيح إنما يستحب لمن يحضر الجمعة والثاني يستحب لكل أحد كغسل العيد فإذا قلنا بالصحيح فهو مستحب لكل حاضر سواء من تجب عليه وغيره
Mandi pada hari Jum'at merupakan suatu yang disunahkan. Adapun waktunya adalah setelah fajar menurut pendapat pengikut madzhab Syafi’i. Tetapi dalam kitab An-Nihayah disebutkan satu pendapat dari pengikut madzhab Syafi’, “Bahwa mandi itu sah sebelum fajar seperti halnya mandi Hari Raya" pendapat ini aneh dan tidak dapat diterima Disunnahkan mandi sebelum pergi melaksanakan shalat Jum'at. Namun menurut pendapat yang –shahih adalah disunahkan bagi orang yang datang melaksanakan shalat Jum'at untuk mandi.
Disunahkan bagi setiap orang untuk mmdi seperti halnya mandi di Hari Raya. Jika kita mengatakan dengan pendapat shahih, maka ini menjadi sunah bagi setiap orang yang datang melaksanakan shalat Jum'at, baik bagi orang yang wajib melaksanakan shalat Jum’at atau lainnya.
[Raudhatuth Thalibin 2/55 (1/814)].
Kesimpulan
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa mandi jum’at hukumnya sunnah.
2. Mayoritas ulama berpendapat bahwa waktu mandi jum’at adalah mulai dari terbit fajar sampai menjelang shalat jum’at, tapi yang lebih afdhol adalah menjelang pelaksanaan shalat jum’at.
Wallahu a’lam.
Sumber Rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.
*Slawi, April 2011.
Kamis, 07 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH
YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...
-
MENGUSAP KEPALA DALAM BERWUDHU Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sha...
-
MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDHU? Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com Segala Puji bagi Allah, Tuhan seru sekalia...
-
TALKIN (Sebelum Meninggal) Oleh : Masnun Tholab www.masnuntholab.blogspot.com إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ و...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar