Rabu, 18 Agustus 2010

SAHUR DAN KEUTAMAANNYA

SAHUR DAN KEUTAMAANNYA
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Pendahuluan
Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk mengikuti perintah-perintah dan contoh-contoh yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam, sebagai bukti kecintaan kita kepadaNya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
“Katakanlah (wahai Muhammd): ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang melakukan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk tuntunan kami, maka amalnya itu ditolak”
[Tafsir Ibnu Katsir 3, hal. 339]

Oleh karena itu, ketika kita hendak melakukan sesuatu, termasuk makan sahur, sudah seharusnya kalau kita mengikuti apa-apa yang diperintahkan oleh Raulullah dan dicontohkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam., sehingga sahur kita benar-benar sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pengertian Sahur
Dalam bahasa Arab, as-sahur (السَّحُوْرُ) dengan mem-fathah huruf sin adalah benda makanan dan minuman untuk sahur. Adapun as-suhur (السُّحُوْرُ) dengan men-dhommah huruf sin adalah mashdar yakni perbuatan makan sahur itu sendiri. (An-Nihayah, 2/347)

Hukum Sahur
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata : Umat islam telah berijma’ menyatakan sunnah untuk makan sahur, tetapi tidak berdosa bila ditinggalkan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
“Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (HR. Bukhari no. 1923, Muslim no. 1095).
[Fiqih Sunnah 2, hal. 61; Bulughul Maram, hal.273]]
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata : Secara nash, hadits ini mengisyaratkan bahwa bersahur hukumnya wajib. Akan tetapi riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah dan beberapa sahabat pernah meneruskan puasa tanpa bersahur membawa hokum ini kepada sunnah.
Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan ijma’ ulama atas sunnahnya hokum bersahur, dan berkah yang ada di dalamnya adalah karena mengikuti sunnah dan tidak menyerupai adapt ahli kitab, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam hadits marfu’,
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab ialah makanan sahur” (HR. Muslim)
Dan dengan makan sahur, bisa menguatkan fisik untuk beribadah, bertambahnya semangat, dan adanya sebab untuk bersedekah jika ada yang meminta-minta pada waktu sahur.
[subulussalam 2, hal. 120].

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Para ulama telah bersepakat tentang sunnahnya makan sahur dan bukan suatu kewajiban.” (Syarh Shahih Muslim 7, hal. 207)
Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong kita untuk tidak meninggalkan makan sahur meskipun hanya dengan seteguk air. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
السَّحُوْرُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ …
“Makan sahur adalah barakah maka janganlah kalian meninggalkannya meskipun salah seorang di antara kalian hanya minum seteguk air.” (HR. Ahmad)
[Fiqih Sunnah 2, hal. 61, Al-Jami’us saghir 2, hal. 348, hadits no. 3293]

Keutamaan Sahur
1. Dalam sahur terdapat barakah
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً
“Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih)
[Nailul Authar 2, hal. 372]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya: “Dan yang utama (dari tafsiran “barakah” yang terdapat dalam hadits) sesungguhnya barakah dalam sahur dapat diperoleh dari beberapa segi, yaitu:
a. Mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. Menyelisihi ahli kitab.
c. Menambah kemampuan untuk beribadah.
d. Menambah semangat.
e. Mencegah akhlak yang buruk yang timbul karena pengaruh lapar.
f. Mendorong bersedekah terhadap orang yang meminta pada waktu sahur atau berkumpul bersamanya untuk makan sahur.
g. Merupakan sebab untuk berdzikir dan berdoa pada waktu mustajab.
h. Menjumpai niat puasa bagi orang yang lupa niat puasa sebelum tidur.
(Fathul Bari 4, hal. 166)

2. Pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala dan doa para malaikat terhadap orang-orang yang sahur
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
السَّحُوْرُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَالْمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ
“Makan sahur adalah barakah. Maka janganlah kalian meninggalkannya meskipun salah satu di antara kalian hanya minum seteguk air. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang sahur.” (HR. Ahmad)

Waktu Sahur dan Keutamaan Mengakhirkan Sahur
Sayyid Sabiq berkata :
Waktu sahur adalah dari pertengahan malam hingga terbit fajar. Kita juga disunnahkan mengahirkannya.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, beliau bekata:
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلاَةِ. قُلْتُ: كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: خَمْسِيْنَ آيَةً
“Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian (setelah makan sahur) kami berdiri untuk melaksanakan shalat. Aku (Anas bin Malik) berkata: ‘Berapa perkiraan waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan shalat fajar)?’ Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘50 ayat’.” (Muttafaqun ‘alaih)

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau ditanya:
كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سُحُوْرِهِمَا وَدُخُوْلِهِمَا فِي الصَّلاَةِ؟ قَالَ: قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِيْنَ آيَةً
“Berapakah jarak waktu antara selesainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu makan sahur dengan permulaan mengerjakan shalat (subuh)? Beliau menjawab: ‘Seperti waktu yang dibutuhkan seseorang membaca 50 ayat (dari Al Qur`an)’.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam menyebutkan: “(Bacaan tersebut) bacaan yang sedang-sedang saja (ayat-ayat yang dibaca), tidak terlalu panjang dan tidak pula terlalu pendek, dan (membacanya) tidak cepat dan tidak pula lambat”.
[Fathul Bari 4, hal.164]

Syekh Muhammad Abid Al-Zindi dalam kitab Musnad Syafi’i berkata :
Sufyan telah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Bilal akan menyerukan azan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum menyerukan azan (subuh). Dia adalah seorang tuna netra, ia tidak menyerukan azan (subuh) sebelum dikatakan kepadanya, ‘Engkau memasuki waktu subuh, engkau memasuki waktu subuh”’
Dari hadits ini ditarik kesimpulan bahwa mereka (para sahabat) mengadakan dua kali azan. Azan pertama untuk mengingatkan dan membangunkan mereka yang tidur, sedang azan yang kedua ialah sesudah fajar subuh menyingsing, kegunaannya adalah untuk shalat dan puasa.
Ditarik kesimpulan pula bahwa boleh makan, minum dan jima’ hingga fajar terbit (subuh).
[Musnad Syafi’i 1, hal. 655].

Ibnu Ruyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata : Menurut Imam Malik sesuai dengan pendapat jumhur (mayoritas ulama), batasannya adalah eksistensi terbitnya fajar, bukan tampaknya fajar, bahkan sebagian ulama membatasi sebelum terbit fajar.
Dasar pendapat Malik dan jumhur adalah hadits dalam kitab Bukhari, saya kira dalam riwayatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan, sesungguhnya dia tidak menyeru hingga terbit fajar” (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).
Mereka yang menentukan batas sebelum fajar hanya sebagai tindakan hati-hati dan menghilangkan keraguan.
Pendapat yang pertama (Malik dan jumhur) lebih tepat dan pendapat yang kedua (sebelum terbit fajar) lebih berhati-hati. Wallahu a’lam.
[Bidayatul Mujtahid 1, hal. 649]

Imam Syafi’I berkata dalam kitab Al-Umm :
Disunahkan untuk mengakhirkan sahur selama tidak terlalu mendekati waktu fajar, karena dikhawatirkan fajar terbit sebelum selesai makan sahur. Tapi apabila di tengah makan sahur fajar telah terbit (subuh), saya lebih suka untuk memutuskan sahur tersebut.
Misalnya fajar sudah terbit dan ketika itu di mulutnya masih ada makanan yang sedang dikunyah, maka makanan tersebut harus dikeluarkan lagi. Namun hal ini tidak membatalkan puasa. Yang membatalkan puasa adalah memasukkan memasukkan makanan ke dalam rongga perut.
[Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 538].

Makanan Untuk Sahur
Sebaik-baik makanan untuk sahur adalah tamr (kurma), dan sahur dengan tamr merupakan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
نِعْمَ سَحُوْرِ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ
“Sebaik-baik makanan sahur seorang mukmin adalah tamr (kurma).” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)

Sumber rujukan :
-Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Puataka Imam Syafi’i, 2003.
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006.
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
-Imam Mawawi, Syarah Shahiih Muslim, Mustaqiim, Jakarta
-Imam As-Suyuti, Al-Jami’us Shaghir, Bina Ilmu, Surabaya, 1993
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, As-Syifa, Semarang, 1994.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Pustaka Azzam, Jakarta, 2002.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Syekh Muhammad Abid As-Sindi, Musnad Syafi’i, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2006.

*Slawi, Ramadhan 1431 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...