Rabu, 18 Agustus 2010

LAILATUL QADAR, MALAM KEMULIAAN

LAILATUL QADAR, MALAM KEMULIAAN
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Pendahuluan
Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya adalah karena pada bulan itu terdapat malam yang sangat agung yaitu malam Lailatul Qadar. Malam lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran, dimana pada pada malam tersebut Allah melimpahkan berkahNya.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, “ (QS. Ad Dukhaan: 3-5)
Allah ta’ala juga berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ -وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ -لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ -تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ -سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) keselamatan hingga terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5)
Alangkah agungnya (kedudukan) malam tersebut dibandingkan malam yang lain, alangkah mulia kebaikannya, dan alangkah melimpahnya keberkahan di malam tersebut.
Mengingat begitu besar keagungan dan keberkahan malam Lailatul Qadar itu, maka amat beruntunglah orang-orang yang mendapatkannya.


Pengertian Dan Keutamaan Lailatul Qadar
Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةُ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur'an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang paling utama sepanjang tahun, berdasarkan firman Allah ta’ala,
"Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
(QS. Al-Qadr [97] : 1-3)
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa beribadah di malam lailatul Qadar lebih baik dan lebih besar pahalanya dari pada beribadah selama seribu bulan (83 tahun) pada bulan-bulan lainnya.

Kapankah Lailatul Qadar itu?
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam menentukan malam ini. Hal itu disebabkan karena banyaknya hadits tentang malam datangnya Lailatul Qadar itu.
1. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang sah dari Ibnu Umar Rhadiallaahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam,

كَانَ مُتَحَرَّبَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
“Barangsiapa mencarinya, hendaklah dicari pada malam ke dua puluh tujuh” (HR. Ahmad).

2. Dari Muawiyah bin Abu Sufyan Rhadiallahu ‘anhuma,
عَنْ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Mengenai lailatul qadar, yaitu malam dua puluh tujuh”. (HR. Abu Daud).

3. Dari Sa’id Al-Khudri, ia berkata,
إَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ. ثُمَّ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ. فِي قُبَّةٍ تُرْكِيَّةٍ على سُدَّتِهَا حَصِيْرٌ. قال: فَأَخَذَ الْحَصِيْرَ بِيَدِهِ فَنَحَّاهَا فِي نَاحِيَةِ الْقُبَّةِ. ثُمَّ أَطْلَعَ رَأْسَهُ فَكَلَّمَ النَّاسَ. فَدَنَوْا مِنْهُ. فقال:
"إني اعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ. أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ. اعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ. ثم أُتِيْتُ. فَقِيْلَ لِي: إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ. فمن أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ" فاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ. قال: "وإِنِّي أُرِيْتُهَا لَيْلَةَ وِتْرٍ، وأني أَسْجُدُ صَبِيْحَتِهَا في طِيْنٍ وَمَاءٍ" فَأَصْبَحَ مِنْ لَيْلَةِ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ، وقد قام إلى الصُّبْحِ. فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ. فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ. فَأَبْصَرْتُ الطِّيْنَ والْمَاءَ. فَخَرَجَ حِيْنَ فَرَغَ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ، وَجَبِيْنُهُ وَرَوْثَةُ أَنْفِهِ فِيْهِمَا الطِّيْنُ والْمَاءُ. وإذا هي ليلةُ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ من الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ.
Bahwasanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf pada 10 hari pertama dari Ramadhan, kemudian beri’tikaf pada 10 hari pertengahan di Qutbah Turki (kemah kecil), sementara di pintunya terdapat tikar, lalu beliau mengambil tikar itu dengan tangannya, lantas memindahkannya ke sudut Qutbah tadi, kemudian beliau mengulurkan kepalanya sembari berbicara kepada manusia, merekapun mendekatinya. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku telah beri’tikaf pada sepuluh hari pertama untuk mencari malam itu (Lailatul Qadar). Kemudian aku beri’tikaf pada sepuluh hari pertengahannya, lalu aku di datangi oleh malaikat Jibril, lalu dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya ia ada pada sepuluh hari terakhir’. Karena itu siapa saja diantara kalian yang ingin beri’tikaf, maka beri’tikaflah”. Lalu orang-orangpun beri’tikaf bersama beliau. Beliau juga mengatakan, “Dan sungguh aku telah bermimpi (bahwa itu) pada malam ganjil, yang mana aku bersujud pada pagi harinya dalam keadaan berlumuran dengan tanah dan basah dengan air, ”Dan ternyata, pada malam ke dua puluh satu, di pagi harinya ketika aku melaksanakan shalat subuh, langit mengguyurkan hujan, masjidpun bocor sehingga aku melihat tanah dan air. Beliau keluar setelah shalat subuh, sementara kedua alis dan ujung hidungnya ada tanah dan air. Itu adalah malam kedua puluh satu dari sepuluh hari terakhir,” (Muttafaq ‘alaih).

4. Dari Abdullah bin Unais, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersabda,
رَأَيْتُ ليلةَ القدرِ ثم أُنْسِيْتُهَا. وَأَرَانِي صَبِيْحَتَهَا أَسْجُدُ في ماءٍ وطِّيْنٍ" قال: فَمُطِرْنَا ليلةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ فَصَلِّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَانْصَرَفَ وَإِنْ أَثَرَ الْمَاءِ وَالطِّيْنِ على جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ. قال: وكان عبدُاللهِ بْنُ أُنَيْسٍ يقول: ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ.

“Aku telah melihat Lailatul Qadar tapi kemudian aku lupa. Aku bermimpi sujud pada pagi harinya dengan air dan tanah”. Kemudian kami diguyur hujan pada malam ke dua puluh tiga, lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengimami kami salta, lalu berbalik, ternyata ada bekas air dan tanah pada dahi dan hidung beliau,”. Abdullah bin Unais mengatakan, ‘Dua puluh tiga’. (HR. Ahmad dan Muslim).

5. Dari Aisyah Rhadiallahu ‘anha, bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ في الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَاَنَ
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan”. (HR. Muslim).

6. Dari Ibnu Abbas Rhadiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersabda,

اَلْتَمِسُوْهَا في الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَاَنَ ، لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، في تَاسِعَةٍ تَبْقَى، في سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah itu pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, Lailatul Qadar (Sangat mungkin) pada malam kesembilan terakhir, malam ketujuh terakhir, malam ke lima terakhir” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Abu Daud).
[Nailul Authar 2, hal. 429-433}.

Dan hadits-hadits lainnya.

Pendapat Para Ulama
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab subulussalam berkata :
Dari berbagai pendapat, nampaknya yang kuat bahwa Lailatul Qadar terjadi pada tujuh hari terakhir. Ibnu Hajar menyebutkan di dalam kitab Fath Al-Bari, setelah menyebutkan pendapat-pendapat dia atas, “Dan pendapat yang paling kuat dari semuanya, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada hari-hari ganjil dari sepuluh hari terakhir, dan ia berpindah-pindah sebagaimana yang bisa dipahami dari hadits bab ini, dan menurut Asy-Syafi’iyah bilangan witir (ganjil) yang paling tepat yaitu 21, 23 sebagaimana disebutkan dalam hadits Said dan hadits Abdullah bin Unais, Sedangkan menurut jumhur ulama yang paling mungkin ialah pada tanggal 27.
[Subulussalam 2, hal. 274].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan: Kebanyakan mereka berpendapat bahwa jatuhnya adalah pada malam ke dua puluh tujuh.
[Fiqih Sunnah 2, hal. 83]



Imam Asy-Syaukani berkata : Asy-Syafi’i berkata, “Menurutku riwayat yang paling kuat tentang Lailatul Qadar adalah malam ke dua puluh satu”
[Nailul Authar 2, hal. 435}.

Zainudin Al-Malibari dalam kitab fathul Mu’in berkata : Menurut Imam Syafi’i malam ganjil yang paling dapat diharapkan ialah malam ke dua puluh satu dan ke dua puluh tiga, Imam Nawawi dan lainnya telah memilih bahwa (lailatul Qadar) berpindah-pindah.

Menurut hasil penelitian Imam Ghazali adalah sebagai berikut :
1. Kalau puasa dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 29 Ramadhan.
2. Kalau puasa dimulai hari Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan.
3. Kalau puasa dimulai hari Selasa atau Jum’at, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.
4. Kalau puasa dimulai hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadhan.
5. Kalau puasa dimulai hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadhan.
[Fathul Mu’in 1, hal. 658].

Tanda-tanda Lailatul Qadar
Dari Ubadah bin Shomit, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ، كَأَنَّ فِيْهَا قَمْرًا سَاطِعًا، سَاكِنَةً سَجِيَّةً، لَا بَرَدَ فِيْهَا وَلَا حَرَّ، ولا يَحِلُّ لِكَوْكَبَ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحُ. وأن أَمَارَتَهَا أن الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تُخْرِجُ مُسْتَوِيَةً، لَيْسَ لَهَا شَعَاعٌ مِثْلُ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَلَا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانَ أن يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ"
Tanda malam Lailatul Qadar suasana malam bersih bening terang seakan-akan ada bulan, tidak terasa dingin atau panas, dan tidak ada bintang yang dilemparkan kepada setan, hingga fajar, dan matahar terbit tiada bercahaya panas dan tajam, seakan-akan bagaikan bulan purnama.
[Tafsir Ibnu Katsir 8, hal. 407].

Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR Muslim 762).

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan." (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231).

Imam Ash-Shan’ani berkata :
Dikatakan, bahwa tanda-tanda Lailatul Qadar bagi yang mengetahuinya, ia melihat segala sesuatu bersujud. Ada yang mengatakan bahwa orang tersebut akan melihat cahaya-cahaya yang terang ingá ke tempat-tempat yang gelap. Ada yang mengatakan bahwa orang tersebut akan mendengar salam atau sapaan para malaikat. Ada juga yang mengatakan bahwa tandanya ialah terkabulnya doa bagi orang yang mendapatinya. Ath-Thabari berkata, ”Semua itu tidak bersifat pasti, karena terkadang seseorang itu (mendapat Lailatul Qadar), namun ia tidak melihat dan tidak pula mendengar apapun.
[Subulussalam 2, hal. 274].

Beribadah pada Malam Lailatul Qadar
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قاَمَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa shalat di malam Lailatul Qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia akan diampuni dosanya yang telah lampau” (HR. Jamaah, kecuali Ibnu Majah)
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anha bahwa dia bertanya:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ : أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا? قَالَ: " قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "bacalah (artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah
aku)." Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Hakim.
[Bulughul Maram ,hal. ; Al-Adzkar, hal. 314].

Penutup
Allah Subhanahu wata’ala dengan kemurahannya telah menganugerahkan malam yang begitu agung, yaitu malam Lailatil Qadar kepada kita. Dia memberi kesempatan kepada kita untuk melipatgandakan nilai ibadah kita dengan beribadah di malam itu. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkannya.


Sumber Rujukan :
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
-Zainuddin bin Abdul Aziz al-Maliabari al-Fanani , Fat-hul Mu’in, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2006.
-Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Puataka Imam Syafi’i, 2003.
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, As-Syifa, Semarang, 1994.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Imam Nawawi, Al-Adzkar, Darul Ihya’ Indonesia, 2008.



*Slawi, Ramadhan 1431 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...