Selasa, 04 November 2025

SHALAT KETIKA MEMASUKI MASJID

 

SHALAT KETIKA MEMASUKI MASJID

Oleh : Masnun Tholab

 

 

DALIL-DALIL

Dari Qatadah, ia berkata,

قال رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم‏:‏ إذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتىَّ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ‏‏

Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian masuk ke dalam masjid, maka hendaklah ia tidak langsung duduk sebelum melaksanakan shalat dua rekaat” (HR. Bukhari, Muslim)

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  نَهَى عَنْ صَلاَتَيْنِ: نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَجْرِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ،

Sesungguhnya Rasûlullâh صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم melarang dari dua shalat; melarang dari shalat setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari dan setelah Ashar hingga terbenam matahari [HR. Al-Bukhâri]

 

Pertanyaan :

1.     Apakah nama shalat ketika memasuki masjid?

2.    Apakah hukum shalat ketika memasuki masjid?

3.    Bolehkah shalat tersebut dikerjakan sesudah shalat shubuh?

4.    Jika seseorang memasuki masjid berulang-ulang, apakah dia shalat berulang-ulang?

5.    Bolehkah shalat tersebut digabungkan niatnya dengan shalat sunnah yang lain?

6.    Jika seseorang masuk ke dalam masjid dan duduk, bolehkah dia melakukan shalat tersebut?

7.    Bolehkah shalat tersebut dikerjakan ketika memasuki Masjidil Haram?

 

 

PENJELASAN/PENDAPAT PARA ULAMA

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :

وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ التَّحِيَّةِ فِي جَمِيعِ الْأَوْقَاتِ، وَإِلَى ذَلِكَ ذَهَبَ جَمَاعَةٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ مِنْهُمْ الشَّافِعِيَّةُ وَكَرِهَهَا أَبُو حَنِيفَةَ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَاللَّيْثُ فِي وَقْتِ النَّهْي.

Hadits ini menunjukkan dianjurkannya shalat tahiyyatul masjid di semua waktu. Demikian pendapat segolongan ulama, termasuk diantaranya golongan Syafi’i. Namun Abu Hanifah, Al-Auza’I dan Al-Laits memakruhkannya pada waktu yang terlarang.

 قَالَ الْحَافِظُوَاتَّفَقَ أَئِمَّةُ الْفَتْوَى عَلَى أَنَّ الْأَمْرَ فِي ذَلِكَ لِلنَّدْبِقُلتُفَإِذَا كَانَ الْأَمْرُ لِلنَّدْبِ وَالنَّهْيُ عَنِ الصَّلاةِ فِي أَوْقَاتِ الْكَرَاهَةِ للتّحْرِيمِ فَالأَحْوَطُ تَرْك تَحِيَّة الْمَسْجِدِ فِيهَا

Al-Hafidz mengatakan,”Para ahli fatwa telah sepakat, bahwa perintah shalat tersebut bersifat sunnah”. Saya (Asy-Syaukani) katakan, “Karena perintah tersebut sunnah, sedangkan larangannya berstatus pengharaman, maka yang lebih berhati-hati adalah meninggalkan shalat tahiyatul masjid pada waktu terlarang. [Bustanul Ahbar Mukhtashar Nailul Author 3/60 (1/665)]

 

Imam Nawawi salam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :

وَمِنْهُ تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ بِرَكْعَتَيْنِ، وَلَوْ صَلَّى الدَّاخِلُ فَرِيضَةً، أَوْ وِرْدًا، أَوْ سُنَّةً، وَنَوَى التَّحِيَّةَ مَعَهَا، حَصَلَا جَمِيعًا. وَكَذَا إِنْ لَمْ يَنْوِهَا

Diantara shalat sunnah yang tidak disunahkan berjamaah adalah shalat dua rekaat Tahiyatul Masjid. Jika seseorang masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan shalat fardhu, atau melaksanakan shalau sunnah lainnya dan dia berniat dengan Tahiyatul Masjid sekaligus, maka berhasil penggabungan niatnya. Begitu juga jika dia tidak meniatkan untuk shalat Tahiyatul Masjid.

قُلْتُوَمَنْ تَكَرَّرَ دُخُولُهُ الْمَسْجِدَ فِي السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِرَارًا. قَالَ الْمَحَامِلِيُّ فِي كِتَابِهِ (اللُّبَابِ) : أَرْجُو أَنْ يُجْزِئَهُ التَّحِيَّةُ مَرَّةً. وَقَالَ صَاحِبُ (التَّتِمَّةِ) : لَوْ تَكَرَّرَ دُخُولُهُ، يُسْتَحَبُّ التَّحِيَّةُ كُلَّ مَرَّةٍ، وَهُوَ الْأَصَحُّ

Saya katakan, ”Jika seseorang memasuki masjid pada satu waktu itu berulang-ulang, menurut Al-Mahamali dalam kitab Al-Lubab, dia mengatakannya bahwa cukup dengan shalat Tahiyatul Masjid sekali saja. Penulis At-Tatimah berpendapat jika seseorang itu memasuki masjid dengan berulang kali, maka disunnahkan untuk melaksanakan shalat Tahiyatul Masjidnya dengan berulang-ulang pula. Inilah pendapat yang lebih sahih.

قَالَ الْمَحَامِلِيُّوَتُكْرَهُ التَّحِيَّةُ فِي حَالَيْنِأَحَدُهُمَاإِذَا دَخَلَ وَالْإِمَامُ فِي الْمَكْتُوبَةِوَالثَّانِيإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، فَلَا يَشْتَغِلُ بِهَا عَنِ الطَّوَافِ.

Menurut Al-Mahamili, dimakruhkan untuk melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid pada dua keadaan, yaitu :

  1. Jika dia masuk masjid dan imam sedang melaksanakan shalat berjamaah.
  2. Jika dia masuk Masjidil Haram, maka dia disunnahkan untuk mengerjakan Thawaf.

وَذَكَرَ الْإِمَامُ أَبُو الْفَضْلِ بْنُ عَبْدَانَ فِي كِتَابِهِ الْمُصَنَّفِ فِي الْعِبَادَاتِأَنَّهُ لَوْ نَسِيَ التَّحِيَّةَ وَجَلَسَ، فَذَكَرَ بَعْدَ سَاعَةٍ، صَلَّاهَا. وَهَذَا غَرِيبٌ. وَفِي (صَحِيحِ الْبُخَارِيِّوَ (مُسْلِمٍمَا يُؤَيِّدُهُ فِي حَدِيثِ الدَّاخِلِ يَوْمَ الْجُمُعَةَ. وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

Imam Al-Fadhal bin Abdan, dalam Al-Mushannaf mengatakan tentang permasalahan ibadah, “Jika seseorang lupa melaksanakan Tahiyatul Masjid dan dia duduk, beberapa saat kemudian dia teringat, maka dia disunnahkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid tersebut. Pendapat ini gharib (aneh). Dan pernyataan ini didukung oleh kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim tentang orang yang masuk kedalam masjid pada hari jumat. Wallahu a’lam. [Raudhatuth Thalibin 1/311 (1/675)]

Wllahu a’lam.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SHALAT ISTIKHARAH

  SHALAT ISTIKHARAH Oleh : Masnun Tholab   Manfaat Shalat Istikharah Shalat istikharah sangat penting untuk dilakukan karena pilihan...