AKIKAH
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا من يهده
اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Renungan
Dari Amir al-Mukminin Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu , dia berkata : Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ
وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ
فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها
أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang
hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah
karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah
dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia
atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan
apa yang dia inginkan.” (HR. Bukhari no. 1, ; Muslim no. 1907])
Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan
وَاسْتُدِلَّ بِهَذَا
الْحَدِيث عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوز الْإِقْدَام عَلَى الْعَمَل قَبْل مَعْرِفَة
الْحُكْم ؛ لِأَنَّ فِيهِ أَنَّ الْعَمَل يَكُون مُنْتَفِيًا إِذَا خَلَا عَنْ
النِّيَّة ، وَلَا يَصِحّ نِيَّة فِعْل الشَّيْء إِلَّا بَعْد مَعْرِفَة الْحُكْم
Hadits ini
merupakan dalil yang menunjukkan tidak bolehnya melakukan suatu amalan sebelum
mengetahui hukumnya. Sebab di dalamnya ditegaskan bahwa amalan tidak akan
dinilai jika tidak disertai niat [yang benar]. Sementara niat [yang benar]
untuk melakukan sesuatu tidak akan benar kecuali setelah mengetahui hukumnya (Fath al-Bari [1/22]).
Pengertian
Aqiqah
Menurut Imam
Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus Salam :
الْعَقِيقَةُ هِيَ
الذَّبِيحَةُ الَّتِي تُذْبَحُ لِلْمَوْلُودِ. وَأَصْلُ الْعَقِّ الشَّقُّ
وَالْقَطْعُ وَقِيلَ لِلذَّبِيحَةِ عَقِيقَةٌ لِأَنَّهُ يَشُقُّ حَلْقَهَا
وَيُقَالُ عَقِيقَةٌ لِلشَّعْرِ الَّذِي يَخْرُجُ عَلَى رَأْسِ الْمَوْلُودِ مِنْ
بَطْنِ أُمِّهِ
Akikah secara
bahasa diambil dari kata aqqa, artinya menyembelih binatang. Dinamakan
aqiqah karena lehernya disembelih. Rambut yang tumbuh pada bayi yang baru lahir
juga dinamakan aqiqah.
[Subulus
Salam 3, hal. 585]
Menurut Sayyid
Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah Pengertian aqiqah adalah hewan sembelihan
untuk anak yang baru lahir. Dinamakan juga aqiqah sebagai hewan yang disembelih
untuk anak yang baru lahir pada hari ke-tujuhnya (seminggu). [Fiqih Sunnah
4, hal. 299]
Hukum Akikah
Ibnu
Rusyd berkata dalam kitab Bidayatul Mujtahid :
فذهبت
طائفة منهم الظاهرية إلى أنها واجبة، وذهب الجمهور إلى أنها سنة، وذهب أبو حنيفة
إلى أنها ليست فرضا ولا سنة؛ وقد قيل إن تحصيل مذهبه أنها عنده تطوع.
Menurut
mazhab Zhahiri aqiqah hukumnya wajib. Menurut jumhur ulama sunat. Menurut Abu
Hanifah tidak wajib dan tidak sunat, namun anjuran biasa atau bersifat mubah.
Ibnu Rusyd berkata :
Perbedaan
pendapat tersebut disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap hadits-hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Samurah, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ غُلَا مٍ مُرْتهَنٌ بعَقِيْقتِه تُذْ بَحُ عَنْهُ
يَوْمَ سَا بِعِهِ وَيُمَا طُ عَنهُ الْاَذَ ى
"Setiap
bayi tergadai dengan akikahnya. Akikah itu disembelih untuk bayi pada hari
ketujuh (dari hari kelahirannya) dan dicukur rambutnya". (HR. Tirmidzi-Abu Dawud).
Secara lahir,
hadits ini menunjukkan hukum wajib.
Hadits
lain adalah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang akikah,
beliau menjawab :
"لَا
أُحِبُّ الْعَقُوْقَ وَمَنْ وُلِدَ لَهُ وَلَدٌ فَأَحَبَّ أَنْ يَنْسُكَ عَنْ
وَلَدِهِ فَلْيَفْعَلْ"
Saya
tidak suka akikah, barangsiapa yang mempunyai anak lalu ingin menyembelih
akikah untuk anaknya, maka lakukanlah. (HR. Abu Dawud dan Nasai)
Hadits
ini secara lahir menunjukkan hukum sunat atau mubah.
[Bidayatul
Mujtahid 2, hal. 350].
Sayyid Sabiq berkata
:
والعقيقة سنة مؤكدة
ولو كان الاب معسرا، فعلها الرسول، صلى الله عليه وسلم، وفعلها أصحابه، …ويرى وجوبها الليث
وداود الظاهري.
Hukum akikah
adalah sunnah muakkad, walaupun orang tua bayi dalam keadaan kesusahan. Aqiqah
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau.
….Al-Laitis dan Abu Dawud berpendapat bahwa hukumnya wajib. [Fiqih Sunnah 4,
hal. 299]
Imam
Ash-Shan’ani berkata :
فَذَهَبَ أَحْمَدُ
بْنُ حَنْبَلٍ أَنَّهُ إذَا مَاتَ وَهُوَ طِفْلٌ لَمْ يُعَقَّ عَنْهُ أَنَّهُ لَا
يَشْفَعُ لِأَبَوَيْهِ
Imam Ahmad berpendapat : Apabila seorang bayi meninggal
sebelum diakikahi maka ia tidak memberikan syafaat untuk orang tuanya. [Subulus
Salam 3, hal. 585]
Akikah anak
Laki-laki dan Perempuan
Menurut
Sayyid Sabiq yang terbaik untuk anak laki-laki adalah dengan menyembelih dua
ekor kambing yang sama, begitu juga umurnya. Aqiqah untuk anak perempuan adalah
satu ekor. Sebagaimana riwayat dari Ummu Kurz al-Ka’biyah berkata, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عَنِ الْغُلَا مِ شَا تَا نِ مُتَكَا فِئَتَا نِ وَ عَنِ الْجَا رِيَةِ شَا ةٌ
Untuk anak
laki-laki dua ekor kambing yang mirip, sedangkan anak perempuan satu ekor. (HR.Ahmad, Tirmidzi)
Selain
itu’ dibolehkan untuk anak laki-laki dengan satu ekor domba. Rasulullah pernah
melakukan hal itu untuk aqiqah Hasan dan Husein. Dari Anas r.a.,
اَنََّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُِ عَلَيْهِ وَسَلّمَ عَقَّ عَنِ الْحَسَنِ
وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا
"Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih
akikah untuk Hasan dan Husen masing-masing satu ekor kambing kibas" (HR. Abu Dawud, Tirmidzi] [Fiqih
Sunnah 4, hal. 300].
Ibnu Rusyd
berkata :
فقال
مالك: يعق عن الذكر والأنثى بشاة شاة؛ وقال الشافعي وأبو ثور وأبو داود وأحمد: يعق
عن الجارية شاة وعن الغلام شاتان
Menurut
Malik, anak laki-laki dan perempuan sama saja, yaitu seekor kambing. Menurut Syafi'I,
Abu Tsur, Abu Dawud, dan Ahmad, seekor kambing untuk anak perempuan dan dua
ekor kambing untuk anak laki-laki. [Bidayatul Mujtahid 2, hal. 354]
Waktu
Pelaksanaan
Menurut
Sayyid Sabiq penyembelihan hewan aqiqah dilaksanakan pada hari ke tujuh sejak
kelahiran apabila dimungkinkan. Jika tidak, maka pada hari ke empat belas.
Apabila tidak mungkin juga, maka pada hari ke dua puluh satu sejak hari
kelahirannya. Dan jika tidak mungkin juga, maka di hari manapun. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
تُذْ بَحُ لِسَبْعِ وَلِاَ رْبَعَ عَشَرَوَلِاِحْدَ ى وَعِشْرِ
يْنَ
Aqiqah
disembelih pada hari ke tujuh, atau pada hari ke empat belas, atau pada hari ke
dua puluh satu (HR.
Baihaqi) [Fiqih Sunnah 4, hal.
300]
Ibnu Rusyd
berkata :
وأما
وقت هذا النسك فإن جمهور العلماء على أنه يوم سابع المولود ومالك لا يعد في
الأسبوع اليوم الذي ولد فيه إن ولد نهارا وقد
قيل يجوز في السابع الثاني والثالث
Menurut jumhur
ulama menyembelih akikah adalah pada hari ke tujuh dari kelahiran si bayi.
Menurut Malik, hitungan tujuh hari itu tidak termasuk hari lahir apabila bayi
dilahirkan di siang hari, yakni satu hari tersebut tidak dimasukkan hitungan.
Ada sebagian pendapat yang
mengatakan bahwa akikah boleh dilakukan pada tujuh hari kedua, yakni hari
ke-14, dan tujuh hari yang ke tiga yakni hari ke-21.
[Bidayatul
Mujtahid 2, hal. 356].
Imam
Asy-Syaukani mengutip pendapat Imam Syafi’I sebagi berikut :
لَا تُؤَخَّرُعَنْ
السَّابِعِ اخْتِيَارًا فَإِنْ تَأَخَّرَتْ إلَى الْبُلُوغِ سَقَطَتْ عَمَّنْ
كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَعُقَّ عَنْهُ لَكِنْ إنْ أَرَادَ هُوَ أَنْ يَعُقَّ عَنْ
نَفْسِهِ فَعَلَ
Aqiqah itu tidak
boleh lebih dari hari ke tujuh, ini sebagai pilihan. Bila ditangguhkan hingga
baligh maka gugurlah akikahnya. Tapi bila ingin mengakikahi dirinya sendiri,
maka boleh melakukannya.
[Nailul
Author 4, hal. 1636].
Zainudin bin
Abdul Aziz Al-Malibari berkata :
وأن يذبح سابع ولادته، ويسمى
فيه، وإن مات قبله
Sunat
menyembelihnya pada hari ke tujuh sejak kelahirannya. Sunat pula memberi nama
pada hari tersebut walaupun anaknya mati sebelum hari itu.
[Fathul Mu’in
1, hal. 722]
Imam
Ash-Shan’ani berkata : Menurut Imam Nawawi aqiqah boleh dilaksanakan sebelum
hari ke tujuh atau setelahnya atau bahkan setelah dewasa. Al-Baihaqi
meriwayatkan dari Anas r.a :
اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ
بَعْدَ مَا بُعِثَ بِالنُّبُوَّةِ
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam mengakikahi dirinya sendiri setelah beliau diutus menjadi Nabi. (HR.Baihaqi)
Tetapi hadits
ini mungkar, Imam Nawawi berkata, “Hadits ini bathil”
[Subulus
Salam 3, hal. 587 ; Bidayatul Mujtahid 2, hal. 354]
Umur Hewan
Akikah
Ibnu
Rusyd berkata :
وأما
سن هذا النسك وصفته فسن الضحايا وصفتها الجائزة، أعني أنه يتقي فيها من العيوب ما
يتقي في الضحايا، ولا أعلم في هذا خلافا في المذهب ولا خارجا منه
Usia
hewan akikah yang diperbolehkan sama dengan aturan yang berlaku pada hewan
kurban (umur 1-2 tahun). Sifat yang dimaksud di atas adalah tanpa cacat
sebagaimana hewan kurban yang tidak boleh cacat. [Bidayatul Mujtahid 2, hal.
357]
Pemberian
Nama Pencukuran Rambut
Sayid Sabiq
berkata : Apabila anak baru lahir, maka disunahkan untuk member nama yang bagus
dan mencukur rambutnya, serta bersedekah seberat timbangan rambutnya dengan
perak jika hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam mengaqiqahkan Hasan dengan seekor kambing dan bersabda,
يَا فا طِمَة اِ حْلقِى رَأسَه وَتصَدَّ قِيَ بوَزنِه فِضَّة عَلىَ المَسَا
كِيْنَ فوَزنا هُ فكا نَ وَزنه دِرْهَمًا اوْ بَعْضَ دِرْهَمٍ
“Wahai Fatimah, cukurkan
olehmu rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat timbangan rambutnya kepada
orang muskin. (HR.Ahmad-Tirmidzi)
[Fiqih Sunnah 4, hal. 300].
Pemberian
Nama dan Tahnik
Imam
Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Athar berkata :
قَالَ النَّوَوِيُّ:
اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِ تَحْنِيكِ الْمَوْلُودِ عِنْدَ
وِلَادَتِهِ بِتَمْرٍ فَإِنْ تَعَذَّرَ فَمَا فِي مَعْنَاهُ أَوْ قَرِيبٍ مِنْهُ
مِنْ الْحُلْوِ. قَالَ: وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَكُونَ مِنْ الصَّالِحِينَ وَمِمَّنْ
يُتَبَرَّكُ بِهِ رَجُلًا كَانَ أَوْ امْرَأَةً
An-Nawawi
mengatakan, “Ulama telah sepakat dianjurkannya mentahnik (mengolesi
langit-langit mulut) bayi dengan kurma setelah ia dilahirkan. Bila tidak ada kurma,
maka dengan yang lainnya yang setara atau yang rasa manisnya mendekatinya”. Ia
juga mengatakan, “Dan dianjurkan agar mentahnik adalah orang yang shalih dan
diharapkan keberkahannya, baik laki-laki maupun perempuan”
[Bustanul Ahyar
Mukhtashar Nailul Authar 2/680]
Imam Shan’ani
dalam kitab Subulussalam berkata :
وَيُسْتَحَبُّ
تَحْنِيكُهُ بِتَمْرٍ لِمَا فِي الصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ «أَبِي مُوسَى قَالَ:
وُلِدَ لِي غُلَامٌ فَأَتَيْت النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -
فَسَمَّاهُ إبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ»
وَالتَّحْنِيكُ أَنْ يَضَعَ التَّمْرَ وَنَحْوَهُ فِي حَنَكِ الْمَوْلُودِ حَتَّى
يَنْزِلَ إلَى جَوْفِهِ مِنْهُ شَيْءٌ وَيَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ الْمُحَنِّكُ مِنْ
أَهْلِ الْخَيْرِ مِمَّنْ يُرْجَى بَرَكَتُهُ
Dan disunahkan
untuk ditahnik sebagaimana dalam sahih Al-Bukhari dan sahih Muslim dari Abu
Musa berkata, “Saya dikaruniai seorang anak, kemudian saya membawanya kehadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim
dan mentahniknya serta mendo’akan untuknya keberkahan” (HR. Bukhari 5467;Muslim
2145).
Tahnik ialah
menaruh kurma atau yang semisalnya di langit-langit mulut bayi yang lahir
sampai bayi merasakannya, di mulut bagian atas. Yang mentahnik haruslah orang
baik yang diharapkan keberkahannya. [Subulussalam 3/593].
Kurban Dan
Akikah Secara Bersamaan
Sayid Sabiq
berkata :
قالت الحنابلة: وإذا
اجتمع يوم النحر مع يوم العقيقة فإنه يمكن الاكتفاء بذبيحة واحدة عنهما، كما إذا
اجتمع يوم عيد ويوم جمعة واغتسل لاحدهما
Kalangan madzhab
Hanbali berpendapat, “Apabila hari Kurban dan hari Akikah adalah pada hari yang
sama, maka cukup dengan satu hewan sembelihan. Seperti halnya bila Hari Raya
Ied jatuth pada hari Jum’at, maka disunahkan untuk mandi salah satunya. [Fiqih
Sunnah 4, hal. 300].
Kesimpulan
- Mayoritas ulama berpendapat bahwa Akikah hukumnya sunnah muakkadah.
- Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang paling afdhol adalah menyembelihnya pada hari ketujuh dari kelahiran anak, namun dibolehkan menyembelihnya pada hari ke empat belas dan ke dua puluh satu, bahkan sampai anak tersebut baligh.
- Sebagian ulama berpendapat bolehnya mengakikahi dirinya ketika sudah dewasa.
- Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang paling afdhol adalah menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan.
- Para ulama berpendapat dianjurkan untuk mencukur rambut anak yang baru lahir dan mentahnik, ketika memberikan nama pada anak tersebut.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar