Selasa, 04 November 2025

SHALAT ISTIKHARAH

 

SHALAT ISTIKHARAH

Oleh : Masnun Tholab

 

Manfaat Shalat Istikharah

Shalat istikharah sangat penting untuk dilakukan karena pilihan manusia acapkali bersifat subjektif dan terkadang tak terlepas dari dorongan nafsu. Dapat dipahami jika manusia kadang membenci sesuatu yang baik dan sebaliknya mencintai sesuatu yang buruk. Dalam hal ini, al-Qur an mensitirnya dalam surat Al-Baqarah ayat 216:

وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وأنتم لا تعلمون

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetauhi, sedangkan kamu tidak mengetauhi”.

Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi mengutip perkataan Al-Hasan tentang pengertian ayat ini :

لَا تَكْرَهُوا الْمُلِمَّاتِ الْوَاقِعَةَ، فَلَرُبَّ أَمْرٍ تَكْرَهُهُ فِيهِ نَجَاتُكَ، وَلَرُبَّ أَمْرٍ تُحِبُّهُ فِيهِ عَطَبُكَ

Janganlah kalian membenci penderitaan yang terjadi, sebab berapa banyak perkara yang engkau benci, namun disitulah keselamatanmu. Berapa banyak perkara yang engkau sukai, namun justru disitulah kehancuranmu” [Tafsir Al-Qurthubi 3, hal. 91].

 

Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Quran. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunnah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:  

 اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ ... خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini ……. lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau di dunia atau akhirat sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.” [HR. Al-Bukhari 7/162]

 

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata :

قال العلماء‏:‏ تستحبّ الاستخارة بالصلاة والدعاء المذكور، وتكون الصلاة ركعتين من النافلة،

Para ulama berkata : Dianjurkan istikharah dengan shalat dan doa tersebut. Shalat itu berjumlah dua rekaat sebagai shalat nafilah. [Al-Adzkar , hal. 206]

 

 

 

 

 

 

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan :

ثم إن الاستخارة مستحبّة في جميع الأمور كما صرَّح به نصُّ هذا الحديث الصحيح، وإذا استخار مضى بعدها لما ينشرحُ له صدره‏.‏ واللّه أعلم

“Perlu diketahu bahwa istikharoh itu dianjurkan dalam segala urusan, sebagaimana dijelaskan oleh nash dan hadits yang sahih itu. Apabila selesai beristikharah, iapun melakukan apa yang melapangkan dadanya. [Al-Adzkar , hal. 206]

 

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :

Ucapan perawi (segala perkara) menunjukkan keumuman, dan bahwa seseorang itu tidak boleh menyepelekan atau tidak mempedulikan suatu perkara karena kecilnya perkara tersebut sehingga tidak beristikharah. Tidak sedikit perkara yang dianggap remeh ternyata di kemudian hari melahirkan bencana karena tidak dipedulikan. Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لِيَسْتَلْ اَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَتَّى فىِ شَسَعِ نَعْلِهِ

“Hendaklah salah seorang di antara kamu meminta kepada TuhanNya, sampaipun dalam persoalan tali terompahnya” [Shahih Ibnu Hibban, no. 866; Sab’ul Iman lil Baihaqi, no. 1079]

Hadits di atas tadi menunjukkan disyari’atkannya shalat istikharah dan memanjatkan do’a tersebut setelahnya. [Bustanul Ahbar Mukhtashar Nailul Authar 1/668].

 

Waktu Pelaksanaan

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata :

قال العلماء‏:‏ تستحبّ الاستخارة بالصلاة والدعاء المذكور، وتكون الصلاة ركعتين من النافلة، والظاهر أنها تحصل بركعتين من السنن الرواتب، وبتحية المسجد وغيرها من النوافل؛

Para ulama berkata : Dianjurkan istikharah dengan shalat dan doa tersebut. Shalat itu berjumlah dua rekaat sebagai shalat nafilah. Yang jelas, ia bisa dilakukan dengan dua rekaat sunnah rawatib atau takhiyatul masjid atau shalat sunnah lainnya. [Al-Adzkar , hal. 206]

 

Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah  berkata tentang shalat Istikharah :

ولو كانتا من السنن الراتبة أو تحية المسجد في أي وقت من الليل أو النهار

Shalat Istikharah boleh dilakukan ketika mengerjakan shalat sunnah rawatib atau tahiyatul masjid, atau boleh pula dilakukan pada waktu malam atau siang. [Fikih Sunnah 1, hal. 304].

 

Dalam kitab Raudhatuth Thalibin, Imam Nawawi berkata :

وَلَوْ صَلَّى الدَّاخِلُ فَرِيضَةً، أَوْ وِرْدًا، أَوْ سُنَّةً، وَنَوَى التَّحِيَّةَ مَعَهَا، حَصَلَا جَمِيعًا. وَكَذَا إِنْ لَمْ يَنْوِهَا

Jika seseorang masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan shalat fardhu, atau melaksanakan shalau sunnah lainnya dan dia berniat dengan Tahiyatul Masjid sekaligus, maka berhasil penggabungan niatnya. Begitu juga jika dia tidak meniatkan untuk shalat Tahiyatul Masjid.   [Raudhatuth Thalibin 1/311 (1/675)]

 

Surat Yang Dibaca

Imam Nawawi berkata :

ويقرأ في الأولى بعد الفاتحة‏:‏ قل يا أيّها الكافرون، وفي الثانية‏:‏ قل هو اللّه أحد؛ ولو تعذرت عليه الصلاة استخار بالدعاء‏.‏

Dalam rekaat pertama sesudah surah Al-Fatihah, dibaca surat Al-Kafirun. Dalam rekaat kedua membaca surat Al-Ikhlas. Andaikata berhalangan melakukan shalat, maka istikharah dilakukan dengan berdoa. [Al-Adzkar , hal. 206; Ihya Ulumiddin 1, hal. 679]

 

Do’a Shalat Istikharah

Lihat hadits di atas!

 

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata:

وروينا في كتاب ابن السني، عن أنس رضي اللّه عنه قال‏:‏ قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم‏:‏ ‏"‏يا أنَسُ، إذَا هَمَمْتَ بِأمْرٍ فاسْتَخِرْ رَبَّكَ فيهِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ انْظُرْ إلى الَّذي سَبَقَ إلى قَلْبِكَ، فإنَّ الخَيْرَ فِيهِ‏"‏

Diriwayatkan dalam kitab Ibnu Sunni, dari Anas RA, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan kepadanya,

“Hai Anas, jika engkau ingin melakukan sesuatu, maka mintalah pilihan kepada tuhannu tujuh kali, kemudian koreksilah kedalam hatimu, mana yang lebih mantap, karena sesungguhnya kebaikan terdapat di situ” [Al-Adzkar , hal. 206]

SHALAT KETIKA MEMASUKI MASJID

 

SHALAT KETIKA MEMASUKI MASJID

Oleh : Masnun Tholab

 

 

DALIL-DALIL

Dari Qatadah, ia berkata,

قال رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم‏:‏ إذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتىَّ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ‏‏

Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian masuk ke dalam masjid, maka hendaklah ia tidak langsung duduk sebelum melaksanakan shalat dua rekaat” (HR. Bukhari, Muslim)

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  نَهَى عَنْ صَلاَتَيْنِ: نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَجْرِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ،

Sesungguhnya Rasûlullâh صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم melarang dari dua shalat; melarang dari shalat setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari dan setelah Ashar hingga terbenam matahari [HR. Al-Bukhâri]

 

Pertanyaan :

1.     Apakah nama shalat ketika memasuki masjid?

2.    Apakah hukum shalat ketika memasuki masjid?

3.    Bolehkah shalat tersebut dikerjakan sesudah shalat shubuh?

4.    Jika seseorang memasuki masjid berulang-ulang, apakah dia shalat berulang-ulang?

5.    Bolehkah shalat tersebut digabungkan niatnya dengan shalat sunnah yang lain?

6.    Jika seseorang masuk ke dalam masjid dan duduk, bolehkah dia melakukan shalat tersebut?

7.    Bolehkah shalat tersebut dikerjakan ketika memasuki Masjidil Haram?

 

 

PENJELASAN/PENDAPAT PARA ULAMA

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :

وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ التَّحِيَّةِ فِي جَمِيعِ الْأَوْقَاتِ، وَإِلَى ذَلِكَ ذَهَبَ جَمَاعَةٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ مِنْهُمْ الشَّافِعِيَّةُ وَكَرِهَهَا أَبُو حَنِيفَةَ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَاللَّيْثُ فِي وَقْتِ النَّهْي.

Hadits ini menunjukkan dianjurkannya shalat tahiyyatul masjid di semua waktu. Demikian pendapat segolongan ulama, termasuk diantaranya golongan Syafi’i. Namun Abu Hanifah, Al-Auza’I dan Al-Laits memakruhkannya pada waktu yang terlarang.

 قَالَ الْحَافِظُوَاتَّفَقَ أَئِمَّةُ الْفَتْوَى عَلَى أَنَّ الْأَمْرَ فِي ذَلِكَ لِلنَّدْبِقُلتُفَإِذَا كَانَ الْأَمْرُ لِلنَّدْبِ وَالنَّهْيُ عَنِ الصَّلاةِ فِي أَوْقَاتِ الْكَرَاهَةِ للتّحْرِيمِ فَالأَحْوَطُ تَرْك تَحِيَّة الْمَسْجِدِ فِيهَا

Al-Hafidz mengatakan,”Para ahli fatwa telah sepakat, bahwa perintah shalat tersebut bersifat sunnah”. Saya (Asy-Syaukani) katakan, “Karena perintah tersebut sunnah, sedangkan larangannya berstatus pengharaman, maka yang lebih berhati-hati adalah meninggalkan shalat tahiyatul masjid pada waktu terlarang. [Bustanul Ahbar Mukhtashar Nailul Author 3/60 (1/665)]

 

Imam Nawawi salam kitab Raudhatuth Thalibin berkata :

وَمِنْهُ تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ بِرَكْعَتَيْنِ، وَلَوْ صَلَّى الدَّاخِلُ فَرِيضَةً، أَوْ وِرْدًا، أَوْ سُنَّةً، وَنَوَى التَّحِيَّةَ مَعَهَا، حَصَلَا جَمِيعًا. وَكَذَا إِنْ لَمْ يَنْوِهَا

Diantara shalat sunnah yang tidak disunahkan berjamaah adalah shalat dua rekaat Tahiyatul Masjid. Jika seseorang masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan shalat fardhu, atau melaksanakan shalau sunnah lainnya dan dia berniat dengan Tahiyatul Masjid sekaligus, maka berhasil penggabungan niatnya. Begitu juga jika dia tidak meniatkan untuk shalat Tahiyatul Masjid.

قُلْتُوَمَنْ تَكَرَّرَ دُخُولُهُ الْمَسْجِدَ فِي السَّاعَةِ الْوَاحِدَةِ مِرَارًا. قَالَ الْمَحَامِلِيُّ فِي كِتَابِهِ (اللُّبَابِ) : أَرْجُو أَنْ يُجْزِئَهُ التَّحِيَّةُ مَرَّةً. وَقَالَ صَاحِبُ (التَّتِمَّةِ) : لَوْ تَكَرَّرَ دُخُولُهُ، يُسْتَحَبُّ التَّحِيَّةُ كُلَّ مَرَّةٍ، وَهُوَ الْأَصَحُّ

Saya katakan, ”Jika seseorang memasuki masjid pada satu waktu itu berulang-ulang, menurut Al-Mahamali dalam kitab Al-Lubab, dia mengatakannya bahwa cukup dengan shalat Tahiyatul Masjid sekali saja. Penulis At-Tatimah berpendapat jika seseorang itu memasuki masjid dengan berulang kali, maka disunnahkan untuk melaksanakan shalat Tahiyatul Masjidnya dengan berulang-ulang pula. Inilah pendapat yang lebih sahih.

قَالَ الْمَحَامِلِيُّوَتُكْرَهُ التَّحِيَّةُ فِي حَالَيْنِأَحَدُهُمَاإِذَا دَخَلَ وَالْإِمَامُ فِي الْمَكْتُوبَةِوَالثَّانِيإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، فَلَا يَشْتَغِلُ بِهَا عَنِ الطَّوَافِ.

Menurut Al-Mahamili, dimakruhkan untuk melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid pada dua keadaan, yaitu :

  1. Jika dia masuk masjid dan imam sedang melaksanakan shalat berjamaah.
  2. Jika dia masuk Masjidil Haram, maka dia disunnahkan untuk mengerjakan Thawaf.

وَذَكَرَ الْإِمَامُ أَبُو الْفَضْلِ بْنُ عَبْدَانَ فِي كِتَابِهِ الْمُصَنَّفِ فِي الْعِبَادَاتِأَنَّهُ لَوْ نَسِيَ التَّحِيَّةَ وَجَلَسَ، فَذَكَرَ بَعْدَ سَاعَةٍ، صَلَّاهَا. وَهَذَا غَرِيبٌ. وَفِي (صَحِيحِ الْبُخَارِيِّوَ (مُسْلِمٍمَا يُؤَيِّدُهُ فِي حَدِيثِ الدَّاخِلِ يَوْمَ الْجُمُعَةَ. وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

Imam Al-Fadhal bin Abdan, dalam Al-Mushannaf mengatakan tentang permasalahan ibadah, “Jika seseorang lupa melaksanakan Tahiyatul Masjid dan dia duduk, beberapa saat kemudian dia teringat, maka dia disunnahkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid tersebut. Pendapat ini gharib (aneh). Dan pernyataan ini didukung oleh kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim tentang orang yang masuk kedalam masjid pada hari jumat. Wallahu a’lam. [Raudhatuth Thalibin 1/311 (1/675)]

Wllahu a’lam.

 

SHALAT ISTIKHARAH

  SHALAT ISTIKHARAH Oleh : Masnun Tholab   Manfaat Shalat Istikharah Shalat istikharah sangat penting untuk dilakukan karena pilihan...