Sabtu, 18 Juni 2016

SHALAWAT DALAM SHALAT

SHALAWAT DALAM SHALAT
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com


إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا من يهده  اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ له وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ له وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Renungan
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab berkata : Imam Syafi’I berkata :
إذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلَافَ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُولُوا بِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعُوا قَوْلِي
"Apabila kalian mendapatkan di kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jadikanlah sunnah Rasulullah sebagai dasar pendapat kalian dan tinggalkanlah apa yang aku katakan." (An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ 1/63; lihat Al-Harawi di kitab Dzammu Al-Kalam 3/47/1,)

Dalil dan Pengertian Shalawat
QS. Al-Ahzab 33 : 56
إِنَّ اللهَ وَمَلََائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
قال البخارى : قال ابو العالية : "صلاةُ اللهِ تعالى ثَنَاؤُهُ عليه عند الملا ئكةِ, وصلاةُ الملا ئكةِ الدعاءُ"
Bukhari berkata, “Kata Abu Aliyah, ‘Shalawat Allah terhadap Nabi adalah pujian dan sanjungan-Nya terhadapnya di depan malaikat, sedang shalawat dari malaikat berarti doa mereka. [Fiqih Sunnah 2, hal. 281].

Hukum Membaca Shalawat Dalam Shalat
Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm berkata :
فلم يكن فرض الصلاةَ عليه في مَوْضِع أولى منه في الصلاةِ ووجدْنَا الدَّلَالَةَ عن رسول الله صلى الله عليه وسلم بِمَا وَصَفَتْ من أن الصلاةَ على رسولِه صلى الله عليه وسلم فرض في الصلاةِ والله تعالى أعلم
Maka tidak ada tempat yang lebih utama untuk bershalawat selain pada shalat, sebagaimana yang disyaratkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwa bershalawat kepadanya ketika shalat adalah fardhu. Wallaahu a’lam.
[Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 183;l ihat Bidayatul Mujtahid 1, hal. 290; lihat Al-Adzkar, hal. 109; lihat Tafsir Imam Syafi’i 3, hal. 319].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Hukum membaca Shalawat ke atas Nabi ini tidak wajib, tetapi sunnah. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dinyatakan shahih, begitu pula Ahmad dan Abu Dawud, dari Fudhalah bin Ubaid yang berkata,
“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki yang tengah membaca doa dalam shalatnya dan ternyata dia tidak membaca shalawat ke atas Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Orang ini tergesa-gesa’ Kemudian Nabi memanggil orang itu, lalu berkata kepadanya atau kepada lainnya, ‘Apabila salah seorang diantara kamu mengerjakan shalat, hendaklah mulainya dengan memuji Allah, kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Setelah itu hendaklah ia membaca menurut apa yang telah ditentukan Allah’” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud)
Selanjutnya Sayyid Sabiq mengutip pendapat As-Saukani yang mengatakan, “Aku tidak menemukan dalil yang kuat dalam masalah kewajiban membaca shalawat”
[Fiqih Sunnah 1, hal. 244].

Ibnu hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram mengutip hadits dari Abu Mas’ud Al-Anshari Rhadiallaahu ‘anhu dimana dia berkata,
قَالَ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! أَمَرَنَا اَللَّهُ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ , فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ? فَسَكَتَ , ثُمَّ قَالَ : " قُولُوا : اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ , وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي اَلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ . وَالسَّلَامُ كَمَا عَلَّمْتُكُمْ

“Basyir Ibnu Sa'ad bertanya: Wahai Rasulullah, Allah memerintahkan kepada kami untuk bersholawat padamu, bagaimanakah cara kami bersholawat padamu? beliau diam kemudian bersabda: "Ucapkanlah: (artinya = Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim. Di seluruh alam ini Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung), kemudian salam sebagaimana yang telah kamu ketahui." Diriwayatkan oleh Muslim 405.. Dalam hadits tersebut Ibnu Khuzaimah menambahkan: "Bagaimanakah cara kami bersholawat padamu, jika kami bersholawat padamu pada waktu sholat."
[Bulughul Maram, hal. 129].

Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalaam berkata :
والحديثُ دليلٌ على وجوبِ الصلاةَ عليه صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم في الصلاةِ؛ لظاهِرِ الْأمْرِ، أعْنِي: "قولوا" وإلى هذا ذهب جماعةٌ من السلفِ، والأئمةِ، والشافعِي، وإسحقَ، ودليلُهم: الحديثُ مع زيادتِهِ الثابِتَةِ
Hadits ini merupakan dalil atas wajibnya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad  Shallallaahu ‘alaihi wasallam di dalam shalat, berdasarkan zahir hadits di atas, yakni sabda beliau, “Ucapkanlah”, inilah pendapat beberapa ulama salaf, beberapa imam, Syafi’i dan Ishaq, dalilnya adalah hadits ini dan beberapa tambahan yang telah diyakini kesahihannya.
[Subulussalam 1, hal. 515].

Asy-Syaukani berkata :
Sabda beliau di dalam hadits tadi (”ucapkanlah”) dijadikan dalil sebagai dalil wajibnya bershalawat untuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah tasyahud. Ini adalah pendapat Umar dan putranya, Ibnu Mas’id, Jabir bin Zaid, Syafi’’I, Muhammad bin Ka’ab Al-Qurdhi, Abu Ja’far Al Baqir, Hadi, Qasim, Syafi’I, Ahmad bin Hanbal, Ishaq, Ibnu Mawazi, Abu Bakar bin Arbi.
Namun jumhur berpendapat tidak wajib. Yang berpendapat demikian adalah Malik, Abu Hanifah dan para pengikutnya, Tsauri, Auza’I, Ahlul Bait dan lainnya. Ath-Thabari dan Thahawi berkata : Sudah menjadi kesepakatan (ijma’) para ulama Mutaqoddimin dan Mutaakhirin bahwa membaca shalawat itu tidak wajib.
[Nailul Authar 2/200 (1/547)].

Bacaan Shalawat Dalam Shalat
Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm berkata :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami bershalawat untukmu, yakni dalam shalat?” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab’ “Ucapkanlah,
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَ آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ثُمَّ تُسَلِّمُوْنَ عَلَيَّ
‘Ya Allah berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau memberi rahmat kepada Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim’ kemudian kamu mengucapkan salam kepadaku,” (HR. Abu Dawud no. 96)
[Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 183; Musnad Syafi’i 1, hal. 212].

Imam Nawawi dalam kitab Raudhatuth Thalibin  berkata :
Sekurang-kurangnya dalam membaca Shalawat kepada Nabi dengan membaca :
‏"‏ اللَّهُمَّ صَلِّ على مُحَمَّدٍ" او " صَلّى الله عَلَى رَسُولِهِ"
‘Ya Allah berilah rahmat kepada Muhammad” atau ”Semoga Allah menyampaikan salam kepada RasulNya”
Adapun bacaan tasyahud yang paling sempurna yaitu :
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ , وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ , إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
”Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluargan Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia" (HR. Bukhari)
[Raudhatuth Thalibin  1/  (1/566)]

Imam Ghazali dalam kitab Ihya ’Ulumiddin mengutip hadits dari Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam, dimana ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami bershalawat untukmu?”
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab’ “Ucapkanlah,
اللَّهُمَّ صَلِّ على مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَعَلى آلِه وَأزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِه، كما صَلَّيْتَ على  ابْرَاهِيمَ وَ آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبارِكْ على مُحَمَّدٍ وَأزْوَاجِهِ وَذُرّيَّتِهِ، كما بارَكْتَ على إِبْرَاهِيمَ وَ آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
 ‘Ya Allah limpahkanlah rahmat atas, Muhammad, hambaMu, dan atas keluarganya dan isteri-isterinya serta keturunannya, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad, dan isteri-isterinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia,”” (HR. Abu Dawud)
[Ihya ‘Ulumiddin 1, hal. 418].

Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in berkata :
Disunnatkan membaca shalawat pada tasyahud akhir dengan sesempurna mungkin, yaitu :
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ , وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ , إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
”Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluargan Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia"
[Fathul Mu’in 1, hal. 218[.

Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar mengutip hadits-hadits tentang shalawat berikut :
Dari Abu Mas’ud,ia berkata, ”Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami ketika kami sedang berada di Majlis Sa’d bin Ubadah, lalu Basyir bin Sa’d berkata kepada beliau, ”Allah ta’ala telah memerintahkan kami untuk bershalawat kepadamu wahai Rasulullah, bagaimana kami bershalawat kepadamu?” Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam terdiam, sampai-sampai kami berandai-andai, sekiranya saja ia tidak bertanya kepada beliau tentang itu, tetapi kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, ’Ucapkanlah,
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
ولأحمد في لفظ آخر نحوه وفيه‏:‏ ‏فكيف نصلي عليك إذا نحن صلينا في صلاتنا‏
”Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas keluarga Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluargan Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia", sedang tentang salam, kalian sudah tahu’” (HR. Ahmad, Muslim, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi, ia menshahihkannya)
Dalam riwayat Ahmad pada lafadz lainnya dituturkan seperti itu, dan di dalamnya terdapat redaksi : “Lalu bagaimana kami bershalawat untukmu apabila kami bershalawat di dalam shalat kami?”

Dari Ka’ab bin ’Ujrah, ia berkata, ” Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami, lalu kami berkata, ’Wahai Rasulullah, kami telah mengerti –atau telah mengetahui- tentang mengucapkan salam penghormatan kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu?’ Beliau bersabda, ’Ucapkanlah :
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ, َللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
”Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Berkatilah Muhammad dan keluargan Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia" (HR. Jamaah)

Kesimpulan :
  1. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mebaca shalat dalam shalat, sebagian berpendapat wajib, sebagian berpendapat sunnah.
  2. Shalawat yang dibaca dalam shalat boleh memilih salah satu dari shalawat-shalawat yang diriwayatkan dalam hadits-hadits yang sahih.

Wallahu a’lam.

Sumber Rujukan :
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Imam Nawawi, Al-Adzkar, Darl Ihya’ Indonesia, 2008.
-Syaikh Ahmad Musthafa Al-Farran, Tafsir Imam Syafi’i, Almahira, Jakarta, 2007.
-Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Asy-Syifa, Semarang
-Zainuddin bin Abdul Aziz al-Maliabari al-Fanani , Fat-hul Mu’in, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2006
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002
-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...