LAILATUL QADAR, MALAM KEMULIAAN
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
Pendahuluan
Salah satu keistimewaan
bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya adalah karena pada bulan
itu terdapat malam yang sangat agung yaitu malam Lailatul Qadar. Malam lailatul
Qadar adalah malam diturunkannya Al-Quran, dimana pada pada malam tersebut
Allah melimpahkan berkahNya.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, “
(QS. Ad
Dukhaan: 3-5)
Allah ta’ala juga
berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ -وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ -لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ -تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ -سَلامٌ هِيَ حَتَّى
مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) keselamatan hingga terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5)
Alangkah agungnya
(kedudukan) malam tersebut dibandingkan malam yang lain, alangkah mulia
kebaikannya, dan alangkah melimpahnya keberkahan di malam tersebut.
Mengingat begitu besar
keagungan dan keberkahan malam Lailatul Qadar itu, maka amat beruntunglah orang-orang
yang mendapatkannya.
Pengertian
Dan Keutamaan Lailatul Qadar
Lailatul
Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةُ
الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam
penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al Qur'an digambarkan
sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai
malam diturunkannya Al Qur'an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat
dijumpai pada Surat Al Qadar, surat
ke-97 dalam Al Qur'an.
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan
bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang paling utama sepanjang tahun, berdasarkan
firman Allah ta’ala,
"Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
(QS. Al-Qadr [97] : 1-3)
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan
bahwa beribadah di malam lailatul Qadar lebih baik dan lebih besar pahalanya
dari pada beribadah selama seribu bulan (83 tahun) pada bulan-bulan lainnya.
Kapankah
Lailatul Qadar itu?
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam
menentukan malam ini. Hal itu disebabkan karena banyaknya hadits tentang malam
datangnya Lailatul Qadar itu.
1.
Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang sah dari Ibnu
Umar Rhadiallaahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam,
كَانَ مُتَحَرَّبَهَا
فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
“Barangsiapa mencarinya, hendaklah dicari pada
malam ke dua puluh tujuh” (HR. Ahmad).
2.
Dari Muawiyah bin Abu Sufyan Rhadiallahu ‘anhuma,
عَنْ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Dari Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Mengenai lailatul qadar,
yaitu malam dua puluh tujuh”. (HR. Abu Daud).
3.
Dari Sa’id Al-Khudri, ia
berkata,
إَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اَعْتَكَفَ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ مِنْ رَمَضَانَ. ثُمَّ اعْتَكَفَ الْعَشْرَ
الْأَوْسَطَ. فِي قُبَّةٍ تُرْكِيَّةٍ على سُدَّتِهَا حَصِيْرٌ. قال: فَأَخَذَ الْحَصِيْرَ
بِيَدِهِ فَنَحَّاهَا فِي نَاحِيَةِ الْقُبَّةِ. ثُمَّ أَطْلَعَ رَأْسَهُ فَكَلَّمَ
النَّاسَ. فَدَنَوْا مِنْهُ. فقال:
"إني اعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَّلَ. أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ.
اعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ. ثم أُتِيْتُ. فَقِيْلَ لِي: إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ
الْأَوَاخِرِ. فمن أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ" فاعْتَكَفَ
النَّاسُ مَعَهُ. قال: "وإِنِّي أُرِيْتُهَا لَيْلَةَ وِتْرٍ، وأني أَسْجُدُ
صَبِيْحَتِهَا في طِيْنٍ وَمَاءٍ" فَأَصْبَحَ مِنْ لَيْلَةِ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ،
وقد قام إلى الصُّبْحِ. فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ. فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ. فَأَبْصَرْتُ
الطِّيْنَ والْمَاءَ. فَخَرَجَ حِيْنَ فَرَغَ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ، وَجَبِيْنُهُ
وَرَوْثَةُ أَنْفِهِ فِيْهِمَا الطِّيْنُ والْمَاءُ. وإذا هي ليلةُ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ
من الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ.
Bahwasanya
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf pada 10 hari pertama dari
Ramadhan, kemudian beri’tikaf pada 10 hari pertengahan di Qutbah Turki (kemah
kecil), sementara di pintunya terdapat tikar, lalu beliau mengambil tikar itu
dengan tangannya, lantas memindahkannya ke sudut Qutbah tadi, kemudian beliau
mengulurkan kepalanya sembari berbicara kepada manusia, merekapun mendekatinya.
Beliau bersabda,
“Sesungguhnya
aku telah beri’tikaf pada sepuluh hari pertama untuk mencari malam itu
(Lailatul Qadar). Kemudian aku beri’tikaf pada sepuluh hari pertengahannya, lalu
aku di datangi oleh malaikat Jibril, lalu dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya ia
ada pada sepuluh hari terakhir’. Karena itu siapa saja diantara kalian yang
ingin beri’tikaf, maka beri’tikaflah”. Lalu orang-orangpun beri’tikaf bersama
beliau. Beliau juga mengatakan, “Dan sungguh aku telah bermimpi (bahwa itu)
pada malam ganjil, yang mana aku bersujud pada pagi harinya dalam keadaan
berlumuran dengan tanah dan basah dengan air, ”Dan ternyata, pada malam ke dua
puluh satu, di pagi harinya ketika aku melaksanakan shalat subuh, langit
mengguyurkan hujan, masjidpun bocor sehingga aku melihat tanah dan air. Beliau
keluar setelah shalat subuh, sementara kedua alis dan ujung hidungnya ada tanah
dan air. Itu adalah malam kedua puluh satu dari sepuluh hari terakhir,”
(Muttafaq ‘alaih).
4.
Dari Abdullah bin Unais,
bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersabda,
رَأَيْتُ ليلةَ القدرِ ثم أُنْسِيْتُهَا. وَأَرَانِي
صَبِيْحَتَهَا أَسْجُدُ في ماءٍ وطِّيْنٍ" قال: فَمُطِرْنَا ليلةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ
فَصَلِّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَانْصَرَفَ وَإِنْ أَثَرَ الْمَاءِ وَالطِّيْنِ
على جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ. قال: وكان عبدُاللهِ بْنُ أُنَيْسٍ يقول: ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ.
“Aku telah melihat Lailatul Qadar tapi kemudian aku lupa. Aku bermimpi sujud pada pagi harinya dengan air dan
tanah”. Kemudian kami diguyur hujan pada malam ke dua puluh tiga, lalu Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengimami kami salta, lalu berbalik, ternyata ada
bekas air dan tanah pada dahi dan hidung beliau,”. Abdullah bin Unais
mengatakan, ‘Dua puluh tiga’. (HR. Ahmad dan Muslim).
5.
Dari Aisyah Rhadiallahu ‘anha, bahwasanya ia mendengar
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ في الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
مِنْ رَمَضَاَنَ
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir
dari bulan Ramadhan”. (HR. Muslim).
6.
Dari Ibnu Abbas Rhadiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bersabda,
اَلْتَمِسُوْهَا في الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَاَنَ ، لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، في تَاسِعَةٍ تَبْقَى، في سَابِعَةٍ تَبْقَى ،
فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah itu pada sepuluh hari terakhir dari
Ramadhan, Lailatul Qadar (Sangat mungkin) pada malam kesembilan terakhir, malam
ketujuh terakhir, malam ke lima terakhir” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Abu Daud).
[Nailul Authar 2, hal. 429-433}.
Dan hadits-hadits lainnya.
Pendapat Para Ulama
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab subulussalam berkata
:
Dari berbagai pendapat, nampaknya yang kuat bahwa
Lailatul Qadar terjadi pada tujuh hari terakhir. Ibnu Hajar menyebutkan di dalam
kitab Fath Al-Bari, setelah menyebutkan pendapat-pendapat dia atas, “Dan
pendapat yang paling kuat dari semuanya, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada
hari-hari ganjil dari sepuluh hari terakhir, dan ia berpindah-pindah
sebagaimana yang bisa dipahami dari hadits bab ini, dan menurut Asy-Syafi’iyah
bilangan witir (ganjil) yang paling tepat yaitu 21, 23 sebagaimana disebutkan
dalam hadits Said dan hadits Abdullah bin Unais, Sedangkan menurut jumhur ulama
yang paling mungkin ialah pada tanggal 27.
[Subulussalam 2, hal. 274].
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan:
Kebanyakan mereka berpendapat bahwa
jatuhnya adalah pada malam ke dua puluh tujuh.
[Fiqih Sunnah 2, hal. 83]
Imam Asy-Syaukani berkata : Asy-Syafi’i berkata,
“Menurutku riwayat yang paling kuat tentang Lailatul Qadar adalah malam ke dua
puluh satu”
[Nailul
Authar 2, hal. 435}.
Zainudin
Al-Malibari dalam kitab fathul Mu’in berkata : Menurut Imam Syafi’i
malam ganjil yang paling dapat diharapkan ialah malam ke dua puluh satu dan ke
dua puluh tiga, Imam Nawawi dan lainnya telah memilih bahwa (lailatul Qadar)
berpindah-pindah.
Menurut hasil penelitian Imam Ghazali adalah sebagai berikut
:
1.
Kalau puasa dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam 29 Ramadhan.
2.
Kalau puasa dimulai hari Senin, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam 21 Ramadhan.
3.
Kalau puasa dimulai hari Selasa atau Jum’at, maka Lailatul
Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.
4.
Kalau puasa dimulai hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam 25 Ramadhan.
5.
Kalau puasa dimulai hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam 23 Ramadhan.
[Fathul Mu’in 1, hal. 658].
Tanda-tanda
Lailatul Qadar
Dari Ubadah bin
Shomit, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ
بَلْجَةٌ، كَأَنَّ فِيْهَا قَمْرًا سَاطِعًا، سَاكِنَةً سَجِيَّةً، لَا بَرَدَ فِيْهَا
وَلَا حَرَّ، ولا يَحِلُّ لِكَوْكَبَ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحُ. وأن أَمَارَتَهَا
أن الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تُخْرِجُ مُسْتَوِيَةً، لَيْسَ لَهَا شَعَاعٌ مِثْلُ
الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَلَا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانَ أن يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ"
Tanda
malam Lailatul Qadar suasana malam bersih bening terang seakan-akan ada bulan, tidak terasa dingin atau panas,
dan tidak ada bintang yang dilemparkan kepada setan, hingga fajar, dan matahar
terbit tiada bercahaya panas dan tajam, seakan-akan bagaikan bulan purnama.
[Tafsir
Ibnu Katsir 8, hal. 407].
Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa
sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR Muslim
762).
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "(Malam) Lailatul Qadar adalah malam
yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya
cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan." (HR
Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231).
Imam
Ash-Shan’ani berkata :
Dikatakan, bahwa
tanda-tanda Lailatul Qadar bagi yang mengetahuinya, ia melihat segala sesuatu
bersujud. Ada yang mengatakan bahwa orang tersebut akan melihat
cahaya-cahaya yang terang ingá ke tempat-tempat yang gelap. Ada yang mengatakan
bahwa orang tersebut akan mendengar salam atau sapaan para malaikat. Ada juga
yang mengatakan bahwa tandanya ialah terkabulnya doa bagi orang yang
mendapatinya. Ath-Thabari berkata, ”Semua itu tidak bersifat pasti, karena
terkadang seseorang itu (mendapat Lailatul Qadar), namun ia tidak melihat dan
tidak pula mendengar apapun.
[Subulussalam 2, hal. 274].
Beribadah pada Malam Lailatul Qadar
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
مَنْ قاَمَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa shalat di malam Lailatul Qadar karena
keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia akan diampuni dosanya yang telah lampau”
(HR. Jamaah, kecuali Ibnu Majah)
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anha bahwa dia bertanya:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ :
أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ
فِيهَا? قَالَ: " قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي
Wahai
Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang
harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "bacalah (artinya: Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka
ampunilah
aku)." Riwayat Imam
Lima selain Abu Dawud. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Hakim.
[Bulughul
Maram ,hal. ; Al-Adzkar, hal. 314].
Penutup
Allah Subhanahu wata’ala dengan
kemurahannya telah menganugerahkan malam yang begitu agung, yaitu malam
Lailatil Qadar kepada kita. Dia memberi kesempatan kepada kita untuk
melipatgandakan nilai ibadah kita dengan beribadah di malam itu. Semoga kita
termasuk orang-orang yang mendapatkannya.
Sumber Rujukan :
-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus
salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006
-Imam Bukhari, Sahih
Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
-Zainuddin
bin Abdul Aziz al-Maliabari al-Fanani , Fat-hul Mu’in, Sinar Baru
Algensindo, Bandung, 2006.
-Ibnu Katsir,
Tafsir Ibnu Katsir, Puataka Imam Syafi’i, 2003.
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena
Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, As-Syifa,
Semarang, 1994.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara
Ilmu, Surabaya, 1995.
-Imam Nawawi, Al-Adzkar, Darul Ihya’ Indonesia, 2008.
*Slawi, Ramadhan
1431 H.