SHALAT DHUHA
Oleh : Masnun Tholab
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com
Segala
puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu
’alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
KEUTAMAAN
SHALAT DHUHA
Sayyid Sabiq berkata
dalam kitab Fiqih Sunnah :
Banyak sekali hadits-hadits yang menyatakan
keutamaan shalat Dhuha itu.
Dari Abi Dzar bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
"يُصَبِّحْ عَلَى كُلِّ سُلَامِي
مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ.
وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ. وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ
صَدَقَةٌ. وَنَهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ. وَيَجْزِئُ، مِنْ ذَلِكَ، رَكْعَتَانِ
يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى".
“Pada setiap pagi, pada tiap-tiapp ruas persendian
di antara kalian memiliki hak, yaitu shadaqoh. Setiap tasbih (subhanallah)
adalah shadaqoh, setiap tahmid adalah shadaqoh, setiap tahlil adalah shdaqoh,
setiap takbir adalah shadaqoh, amar ma’ruf termasuk shadaqoh, mencegah dari
kemungkaran termasuk shadaqoh, maka yang mencukupi demikian itu adalah shalat
dhuha dua rokaat.”
[HR. Muslim Kitabul Masaajid no. 720.}
[ihat Fiqih Sunnah 1, hal. 300 ; lihat Riyadus
Shalihin 2, hal.]
Dari Buraidah, bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
في
الإنسانِ ستُّون وثلاثُمِائَةٍ مِفْصَلٍ فعليهِ أن يَتَّصَدَّقَ عن كلِّ مفصلٍ منها صدقةٌ
قالوا: فمنِ الذي يُطِيْقُ ذلك يا رسولَ اللَّه قال: النَّخَاعةُ في المسجد يَدْفَنُهَا أو الشيءِ
يُنَحِّيْهِ عن الطريقِ فإن لم يقدرْ فركعتا الضحى تُجْزِئُ عنك
“Dalam
tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk
tiap ruas tulang tersebut”. Para sahabat bertanya, “Siapakah yang mampu
melaksanakan yang seperti itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dahak yang
ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah
jalan, maka itu berarti sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu
semua, cukuplah engkau mengerjakan shalat dhuha”
(HR. Ahmad dan Abu
Dawud) [Nailul Authar 3/57]
Dari Abu HurairAh Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
ia berkata :
أَوْصَانِيْ
خَلِيْلِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ: بِصِيَامٍ ثَلَاثَةٍ أَيَّامٍ
مِنْ كُلِّ شَهْرٍ. وَرَكْعَتِي الضُّحَى. وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ.
“Aku telah diberikan nasehat oleh kekasihku
(Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dengan tiga hal, yaitu berpuasa tiga
hari (13-15), pada setiap bulan (Hijriyyah), dua rakaat shalat Dhuha, dan
shalat witir sebelum aku hendak tidur. [HR. Bukhari no. 1981; dan Muslim no: 721.Sunnan
Tismidzi 1454]
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Baari
berkata :
وَفِي
هَذَا دَلَالَة عَلَى اِسْتِحْبَاب صَلَاة اَلضُّحَى وَأَنَّ أَقَلَّهَا
رَكْعَتَانِ ، وَعَدَم مُوَاظَبَةِ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى فِعْلِهَا لَا يُنَافِي اِسْتِحْبَابهَا لِأَنَّهُ حَاصِلٌ
بِدَلَالَةِ اَلْقَوْلِ ، وَلَيْسَ مِنْ شَرْطِ اَلْحُكْمِ أَنْ تَتَضَافَرَ
عَلَيْهِ أَدِلَّة اَلْقَوْلِ وَالْفِعْلِ ،
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa shalat
dhuha hukumnya mustahab (disukai) dan batas minimalnya adalah dua rekaat. Adapun sikap Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam yang tidak melakukan perbuatan tersebut secara terus menerus
tidak menafikan kesimpulan di atas, karena hal itu telah diperoleh dari
perkataan beliau dan tidak menjadi syarat bahwa suatu hokum didasarkan pada
dalil yang bersumber dari perkataan dan perbuatan sekaligus. [Fathul Baari 4/361]
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus Salam berkata
:
من
فَوَاِئِد صلاةِ الضحى أنها تُجزىءُ عن الصدقةِ التي تُصبِحُ على مَفاصِلِ الإنسان
في كل يوم وهي ثلاثمائةٍ وستون مِفْصلاً،
Diantara faedah shalat dhuha, bahwa shalat dhuha
dicatat sebagai sedekah yang dilakukan persendian manusia dalam setiap harinya
yang berjumlah 360 sendi.
[Subulus Salam 1/94 (1/.613)]
HUKUM SHALAT
DHUHA
Sayyid Sabiq
mengatakan bahwa Shalat dhuha hukumnya adalah sunnah. Oleh karena itu
barangsiapa yang menginginkan pahalanya, hendaklah ia mengerjakanya. Tetapi
jika tidak mengerjakan, maka tidak mengapa.
Abu Sa’id r.a.
berkata,
كان ولَ الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم يصلِّى الضحى حتى نقولَ لا يَدْعُهَا, وَيَدَعُهَا حتى نقولَ لا يُصَلِّيْهَا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam selalu mengerjakan shalat
dhuha sampai-sampai kami mengira bahwa belaiu tidak pernah meninggalkannya,
tetapi kalau sudah meninggalkan sampai-sampai kami mengira beliau tidak pernah
mengerjakannya.” (HR Tirmidzi dan katanya: “Hadits ini hasan) [Fiqih
Sunnah 1/149]
WAKTU
PELAKSANAANNYA
Sayyid Sabiq berkata : Waktu yang paling utama
untuk menunaikannya adalah ketika terik matahari mulai makin menyengat.
Zaid bin Arqam Rhadiallahu ‘anhu berkata :
خَرَجَ
رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَهْلِ قُبَاءَ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ.
فَقَالَ "صَلَاةُ الْأَوَّابِيْنَ إِذَا رَمَضَتِ الْفِصَالُ"
“Nabi Shallallahu’alaihi wasallam . keluar menuju tempat penduduk Quba’i.
Ketika itu mereka sedang mengerjakan shalat dhuha. Beliau bersabda, ‘Inilah
waktu shalat al-Awwabin (shalat shuha), yaitu sewaktu anak-anak unta telah
bangkit karena kepanasan cahaya matahari pagi.’” (HR Ahmad,
Muslim no.
748, dan Tirmidzi 1457)
Imam Nawawi
dalam kitab Raudhatuth
Thalibin
berkata :
قلت قال أصحابنُا وقتُ الضحى من طلوع الشمس ويُسْتَحَبُّ
تأخيرُها إلى اِرْتِفَاعِها قال الماوَرْدِي
ووقْتُها المُخْتَارُ إذا مضى رُبْعُ النهارِ والله أعلم
Saya
katakan, “Para sahabat Imam Asy-Syafi’i
mengatakan bahwa waktu shalat Dhuha adalah mulai dari terbitnya matahari. Dan
disunnahkan untuk melambatkan mengerjakannya sampai matahari naik. Menurut Imam
Al-Mawardi waktu Dhuha itulah yang dipilih, jika matahari itu telah berada di
seperempat siang. Wallahu a’lam.
[Raudhatuth
Thalibin 1/311 (1/675)].
JUMLAH
RAKAATNYA
Ummu Hani’
berkata,
اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتِ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
“Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam pernah mengerjakan shalat
dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucapkan
salam.” (HR Abu Dawud dengan sanad shahih)
Dari Aisyah
Rhadiallahu ‘anha ia berkata,
كاَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُصَلِّى الضُّحَى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيْدُ مَاشَاءَ اللهُ
“Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam mengerjakan shalat dhuha
sebanyak empat rakaat, lalu beliau menambah rakaat berikutnya tanpa ada
hitungan yang pasti.” (HR Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah) [Bughul
Maram, hal. 166]
Imam Ash-Shan’ani berkata :
هذا يدل على شرعية صلاة الضحى وأن أقلها أربع وقيل :
ركعتان وهذا في الصحيحين من رواية أبي هريرة " وركعتي الضحى
Ini menunjukkan disyari’atkannya shalat Dhuha dan paling sedikit empat rekaat, dan dikatakan
dua rekaat, dan ini ada dalam kitab Shahihain dari riwayat Abu Hurairah : dua
rekaat Dhuha.
[Subulussalam]
Dari Anas Rhadiallahu ‘anhu ia berkata,
قَالَ رَسُولَ الله صَلّى الله عَلَيْهِ
وَسَلّم: "مَنْ صَلَّى الضُّحَى اثْنَتَيْ عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى الله لَهُ
قَصْراً فِي الْجَنَّةِ"
“Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa
melakukan shalat dhuha dua belas rekaat maka Allah membangunkan istana di surga’
(HR. Tirmidzi).
[Bulughul
Maram, hal. 166]
*AlHafidz Ibnu
Hajar dalam kitab Talkhis berkata : Sanadnya Dho’if.
Imam Nawawi
dalam kitab Raudhatuth
Thalibin
berkata :
وأقَلُّهَا ركعتان وأفضلُها
ثمانٍ وأكثرُها اِثنا عَشَرَ ويُسَلِّمُ من كل ركعتين
Shalat Dhuha paling
sedikit dikerjakan dua rekaat dan lebih afdhol delapan rekaat, dan paling
banyak dikerjakan sebanyak dua belas rekaat serta memberi salam pada tiap-tiap
dua rekaat.
[Raudhatuth
Thalibin 1/311 ; lihat Al-Majmu’
Syarah Al-Muhadzdzab, 4/35-36]
Sayyid Sabiq
berkata, Jumlah rekaat shalat dhuha paling sedikit dua rekaat dan paling banyak
delapan rekaat. [Fiqih Sunnah 1, hal.304]
Imam Asy-Syaukani dalam
kitab Nailul Authar berkata :
Mayoritas yang dilakukan
Nabi Shallallahu’alaihi wasallam adalah delapan rekaat, sedangkan mayoritas
yang diriwayatkan dari ucapan beliau adalah dua belas rekaat.
[Nailul
Authar 1, hal. 664].
SHALAT DHUHA
BERJAMAAH
Shalat Dhuha boleh
dikerjakan secara berjama’ah. Dalam kitab Fathul
Bari (Syarah Shahih
Bukhari) karya Imam Ibnu Hajar Al-’Asqalani, dinukilkan hadis ‘Itban bin Malik Radhiyallahu ‘anhu
أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي
بَيْتِهِ سُبْحَة اَلضُّحَى فَقَامُوا وَرَاءَهُ فَصَلَّوْا بِصَلَاتِه
Bahwa
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah
melakukan sholat Dhuha (subhata
adh-dhuha) di rumahnya [rumah 'Itban bin Malik], lalu orang-orang
berdiri di belakang beliau dan mereka pun sholat dengan sholat beliau. (Shahih
Ibnu Huzaimah no. 1231; Musnad Ahmad no. 23773; Ibnu Hajar Al-’Asqalani, Fathul Bari, 4/177).
Kesimpulan
1.
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang
mempunyai keutamaan yang tinggi.
2.
Waktu pelaksanaan shalat Dhuha adalah
setelah matahari terbit sampai menjelang waktu dhuhur.
3.
Shalat Dhuha paling sedikit dikerjakan dua
rekaat, dan paling banyak dikerjakan sebanyak dua belas rekaat serta memberi
salam pada tiap-tiap dua rekaat.
4.
Shalat
dhuha boleh dikerjakan secara berjamaah.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar