Selasa, 28 September 2010

SEDEKAH
Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com

Pengertian Sedekah
Menurut Ensiklopedi Islam sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu atau jumlah tertentu; suatu pemberian yang dilakukan seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah Subhanahu wata’ala dan pahala semata.
[Ensiklopedi Islam 4, hal. 259]

Menurut Sayyid Sabiq sedekah tidak terbatas hanya pada satu jenis tertentu amal kebajikan. Prinsipnya adalah bahwa setiap kebajikan berarti sedekah.
[Fiqih Sunnah 1, hal. 14].

Dalil-Dalil Tentang Sedekah
QS. Al-Baqarah 2 : 261
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةً واللهِ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءَ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir berkata : Yang dimaksud dengan ‘jalan Allah’ menurut Sa’id Ibnu Jubair ialah dalam rangka ta’at kepada Allah Subhanahu wata’ala.
[Tafsir Ibnu Katsir 3, hal. 74].

QS. Ali Imran 3 : 92
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaludin As-Suyuti dalam Kitab Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘apa yang kamu cintai’ adalah berupa harta benda.
[Tafsir Jalalain 1, hal. 244].

Macam-macam Sedekah dan Dalilnya
a. Sedekah Suami Kepada Istri dan Anak-anaknya
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رقبة وَ دِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنَ وَ دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرَا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
"Sebuah dinar yang engkau belanjakan untuk perjuangan fisabilillah, sebuah dinar yang engkau belanjakan untuk seseorang hamba sahaya - lalu dapat segera merdeka, sebuah dinar yang engkau sedekahkan kepada seseorang miskin dan sebuah dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, maka yang terbesar pahalanya ialah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu itu." (Riwayat Muslim)
Dari Mas'ud al-Badri r.a. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam., sabdanya: "Jikalau seseorang lelaki memberikan nafkah kepada keluarganya dengan niat mengharapkan keredhaan Allah, maka apa yang dinafkahkan itu adalah sebagai sedekah baginya - yakni mendapat kan pahala seperti orang yang bersedekah." (Muttafaq 'alaih)
[Riyadus Shalihin 1, hal. 282].

b. Sedekah Istri Kepada Suami dan Anak-anaknya
Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha, katanya:
قُلْتُ يَا رسولَ اللهِ هَلْ لِي أَجْرٌ فِي بَنِيْ أَبِيْ سَلَمَةَ أَنْ أُنْفِقَ عَلَيْهِمْ وَلَسْتُ بِتَارِكَتِهِمْ هَكَذَا وَهَكَذَا إِنَّمَا هُمْ بَنِيَّ فَقَالَ نَعَمْ لَكِ أَجْرُ مَا أَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ
"Saya bertanya: "Ya Rasulullah, adakah saya dapat memperolehi pahala jikalau saya menafkahi anak-anak Abu Salamah dan saya tidak membiarkan mereka berpisah begini begitu - yakni bercerai berai ke sana ke mari untuk mencari nafkahnya sendiri-sendiri, sebab hanyasanya mereka itu anak-anak saya juga - kerana Abu Salamah adalah suaminya Ummu Salamah." Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. menjawab: "Ya, engkau memperolehi pahala dari apa yang engkau nafkahkan kepada anak-anak itu." (HR. Al-Bukhari no. 1467 dan Muslim no. 2317)
[Riyadus Shalihin 1, hal. 282].
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Zainab, istri Ibnu Mas'ud, bertanya: Wahai Rasulullah, baginda telah memerintahkan untuk bersedekah hari ini, dan aku mempunyai perhiasan padaku yang hendak saya sedekahkan, namun Ibnu Mas'ud menganggap bahwa dirinya dan anaknya lebih berhak untuk aku beri sedekah. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ibnu Mas'ud memang benar, suamimu dan anakmu adalah orang yang lebih berhak untuk engkau beri sedekah." Riwayat Bukhari.
[Bulughul Maram, hal. 262]

c. Sedekah Suami Kepada Istrinya
Dari Abu Zar pula,
أنَّ نَاسًا قَالُوْا يَا رسولَ اللهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بالْأَجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ بِهِ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً ونَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا يَا رسولَ اللهِ أَيَأْتِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Bahawasanya orang-orang sama berkata: "Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya raya sama pergi dengan membawa pahala yang banyak - kerana banyak pula amalannya. Mereka itu bersembahyang sebagaimana kita juga bersembahyang, mereka berpuasa sebagaimana kita juga berpuasa, tambahan lagi mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta-harta mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Bukankah Allah telah menjadikan untukmu semua sesuatu yang dapat engkau semua gunakan sebagai sedekah. Sesungguhnya dalam setiap tasbih adalah merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, memerintahkan kebaikan juga sedekah, melarang kemungkaran itu pun sedekah pula dan bahkan dalam bersetubuhnya seseorang dari engkau semua itu pun sedekah."
Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah apakah seseorang dari kita yang melampiaskan syahwatnya itu juga memperolehi pahala?" Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda:
"Adakah engkau semua mengerti, bagaimana jikalau syahwat itu diletakkannya dalam sesuatu yang haram, adakah orang itu memperolehi dosa? Maka demikian itu pulalah jikalau ia meletakkan syahwatnya itu dalam hal yang dihalalkan, ia pun memperolehi pahala." (Riwayat Muslim)
[Riyadus Salihin 1, hal. 139].



d. Sedekah Kepada Pencuri dan Binatang
Dari Jabir r.a., katanya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أَكَلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً وَفِي رِوَايَةِ لَهُ فَلَا يَغْرِسُ الْمُسْلِمَ غَرْسًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دابَّةٌ وَلَا طَيْرٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Tiada seorang muslimpun yang menanam suatu tanaman, melainkan apa saja yang dapat dimakan dari hasil tanamannya itu, maka itu adalah sebagai sedekah baginya, dan apa saja yang tercuri daripadanya, itu pun sebagai sedekah baginya. Dan tidak pula dikurangi oleh seseorang lain, melainkan itu pun sebagai sedekah baginya." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Maka tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya itu adalah sebagai sedekah baginya sampai hari kiamat." (HR. Muslim) [Riyadus Salihin 1, hal. 146].

e. Sedekah Seorang Bendahara
Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a.. bahawasanya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الْأمِيْنُ الَّذِيْ يُنَفِّذُ مَا أُمِرَ بِهِ فَيُعْطِيْهِ كَامِلًا مُوَفَّرًا طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِيْ أُمِرَ لَهُ بِهِ أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ
"Bendahara yang Muslim dan dapat dipercaya yang dapat melangsungkan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan lengkap dan cukup, juga memberikannya itu dengan hati yang baik - tidak kesal atau iri hati pada orang yang diberi, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka dicatatlah ia - bendahara tersebut - sebagai salah seorang dari dua orang yang bersedekah - bendahara dan pemiliknya." (Muttafaq 'alaih)
[Riyadus Salihin 1, hal. 192].

f. Bersedekah dengan Shalat Dhuha
Dari Abu Zar r.a. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam., sabdanya:
يُصَبِّحْ عَلَى كُلِّ سُلَامِي مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ. وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ. وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ. وَنَهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ. وَيَجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى".
"Setiap ruas tulang dari seseorang di antara engkau semua itu harus ada sedekahnya pada saban pagi harinya, maka setiap sekali tasbih adalah sedekah, setiap sekali tahmid adalah sedekah, setiap sekali tahlil adalah sedekah, setiap sekali takbir adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemunkaran adalah sedekah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dilakukan oleh seseorang dart shalat Dhuha." (Riwayat Muslim) [Riyadhus Shalihin 2, hal. 195].

Sumber Rujukan :
-Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
-Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta, 2006.
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006.
-Jalaluddin Al-Mahalli /Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Sinar Baru, Bandung, 2003
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, Al-Ma’arif, Bandung, 1986.
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
*23 September 2010

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...