Rabu, 03 Maret 2010

SUAMI MEMANDIKAN ISTRINYA ATAU SEBALIKNYA

SUAMI MEMANDIKAN ISTRINYA ATAU SEBALIKNYA
Oleh : Masnun Tholab
Masnuntholab.blogspot.com


Hadits-hadits dan Pendapat Ulama Tentang Suami Memandikan Istrinya dan Istri Memandikan Suaminya.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ‏:‏ ‏(‏رَجَعَ إليَّ رسولِ اللَّهِ صلى اللَّه عليه وآله وسلم مِنْ جَنَازَةِ بِالْبَقِيْعِ وَأنَا أجِدُ صَدَاعًا في رَأْسِي وَأقُوْلُ وَاَرَأْسَاهُ فقال‏:‏ بَلْ أنَا وَاَرَأْسَاهُ ما ضَرَّكِ لَوْ مُتَّ قَبْلِي فَغَسَّلْتُكِ وَكَفَّنْتُكِ ثُمَّ صَلَّيْتُ عَلَيْكِ وَدَفَنْتُكِ‏)‏‏.‏ رواه أحمد وابن ماجه‏.
Dari Aisyah ia berkata, Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kembali dari menguburkan mayat di Baqi’ aku merasakan pusing di kepala. Aku berkata, “Aduh kepalaku” Beliau berkata, “Aku juga sakit kepala. Tidak ada yang dikhawatirkan padamu. Bila engkau meninggal sebelumku, aku akan memandikanmu, mengafanimu, kemudian menyalatkanmu dan menguburkanmu” (HR.Ibnu Majah dan Ahmad)
[lihat Bulughul Maram, hadits no. 19 bab Jenazah]
Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam berkata :
Dalam hadits ini ada petunjuk bahwa bagi suami boleh memandikan istrinya, ini adalah pendapat mayoritas ulama. Abu Hanifah berkata, “Suami tidak boleh memandikan istrinya, namun berbeda jika sebaliknya, karena telah terangkatnya hokum pernikahan dan tidak ada iddah bagi suami. Tapi hadits ini jelas membantah pendapat ini pada kedua pasangan suami istri.
Adapun perempuan selain istri, maka Abu Dawud dalam marasilnya dari hadits Abu Bakar bin Ayyasy dari Muhammad bin Abu Sahl, dari Makhul ia berkata, “Rasulullah Shallallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Jika seorang perempuan meninggal di sekitar laki-laki sedangkan tidak ada perempuan selain dia bersama mereka, begitu pula jika seorang laki-laki meninggal di sekelompok perempuan dan tidak ada bersama mereka laki-laki selainnya, maka keduanya ditayamumkan kemudian dimakamkan, keduanya diposisikan orang yang tidak menemukan air’ (Al-Marasil 414).
[Subulussalam 1, hal. 837]

وَعَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا اَلسَّلَامُ أَوْصَتْ أَنْ يُغَسِّلَهَا عَلِيٌّ رَضِيَ اَللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ
Dari Asma' binti Umais Radliyallaahu 'anhu bahwa Fatimah Rhadiallahu ‘anha berwasiat agar ia dimandikan oleh Ali Rhadiallahu ‘anhu (Riwayat Daruquthni)
وَعَنْ عَائِشَةَ أنَّهَا كَانَتْ تقول‏:‏ ‏(‏لَوِ اسْتَقَبَلَتْ مِنَ الْأَمْرِ مَا اسْتَدْبَرَتْ مَا غَسَّلَ رسولَ اللَّهِ صلى اللَّه عليه وآله وسلم إِلَّا نِسَاؤُهُ‏)‏‏.‏
رواه أحمد وأبو داود وابن ماجه‏.‏ وقد ذكرنا أن الصديق أوصى أسماء زوجته أن تغسله فغسلته‏.
Dari Aisyah ia berkata, “Seandainya peristiwa yang telah terjadi itu kejadiannya yang akan datang tentulah yang memandikan jasad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu hanyalah para istrinya” (HR.Abu Dau, Ibnu Majah dan Ahmad)
Telah dikemukakan bahwa Ash-Shiddiq berwasiat kepada Asma’ binti Unais, istrinya, agar memandikannya, maka iapun memandikannya.
Imam Asy-Syaukani berkata dalam kitab Nailul Author :
Sabda beliau (aku akan memandikanmu) ini menunjukkan bahwa bila seorang istri meninggal, maka dimandikan oleh suaminya. Dikiaskan dari ini, maka begitu pula sebaliknya, sebagaimana Asma memandikan Abu Bakar dan Ali memandikan Fatimah. Tidak ada pengingkaran dari para sahabat terhadap yang dilakukan oleh Ali dan ‘Asma, sehingga dianggap sebagai ijma’, demikian menurut jumhur.
[Nailul Author 2, hal. 158].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Para Fuqaha sependapat atas bolehnya wanita memandikan suaminya. Aisyah berkata,
“Jika aku menghadapi sesuatu urusan, tidaklah aku abaikan! Tidaklah orang yang memandikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali para istrinya” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim yang menyatakan kesahihannya).
Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang boleh tidaknya suami memandikan istrinya. Jumhur membolehkannya. Golongan Hanafi berpendapat bahwa tidak boleh suami memandikan istrinya. Seandainya tidak ada orang kecuali suami, hendaklah ia menayamumkannya.
[Fiqih Sunnah 2, hal. 141].

Zaidudin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in berkata :
الرجل أولى بغسل الرجل، والمرأة أولى بغسل المرأة، وله غسل حليلة، ولزوجة لا أمة غسل زوجها، ولو نكحت غيره، بلا مس، بل بلف خرقة على يد. فإن خالف صح الغسل.
Laki-laki lebih tepat memandikan laki-laki, begitupun sebaliknya mayat wanita dimandikan oleh wanita. Suami boleh memandikan mayat istrinya, dan istri yang tidak termasuk amat (hamba perempuan) boleh memandikan mayat suaminya –walaupun ia telah menikah lagi dengan laki-laki lain- tanpa menyentuh kulit, melainkan mengggunakan kaos tangan. Kalau menyalahi yang demikian itu, sah memandikannya, sebab yang demikian itu sunat.
[Fathul Mu’in 1, hal. 487]

Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
Para ulama sepakat bahwa istri boleh memandikan mayat suaminya, tetapi mereka berbeda pendapat tentang suami yang memandikan mayat istrinya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa suami boleh memandikan istrinya.
Abu Hanifah berpendapat bahwa suami tidak boleh memandikan istrinya.
Sebab perbedaan tersebut bersumber dari kematian yang disamakan dengan talak.
Ulama yang menganggap kematian sebagai talak berpendapat bahwa suami tidak boleh melihat aurat istrinya yang mati.
[Bidayatul Mujtahid 1, hal. 509].

Kesimpulan :
1. Mayoritas ulama berpendapat bolehnya istri memandikan mayat suaminya.
2. Mayoritas ulama berpendapat bolehnya suami memandikan mayat istrinya.

Sumber rujukan :
-Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta, 2002
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
-Zainuddin bin Abdul Aziz al-Maliabari al-Fanani , Fat-hul Mu’in, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2006
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, As-Syifa, Semarang, 1994.
-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005 Affiliate Program ”Get Money from your Website”

Senin, 01 Maret 2010

MENJENGUK ORANG SAKIT

MENJENGUK ORANG SAKIT
Oleh : Masnun Tholab
masnuntholab.blogspot.com

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
Menjenguk orang sakit tidak hanya menguntungkan bagi orang yang sakit, melainkan juga bagi orang yang menjenguknya. Allah Subhanahu wata’la melalui RasulNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan begitu banyak keutamaan bagi orang-orang yang menjenguk orang sakit.
عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ‏:‏ ‏(‏أنَّ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وآله وسلم قال‏:‏ حَقُّ الْمُسْلِمِ على الْمُسْلِمِ خَمْسٌ : رَدُّ السَّلَامِ, وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ, وَإتَّبَاعُ الْجَنَائِزِ, وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ, وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ‏)‏‏.‏متفق عليه‏.‏
Hak (kewajiban) seorang muslim terhadap sesamanya ada lima perkara, yaitu: menjawab salam, menengok yang sakit, mengiringi mayat kepemakaman, menghadiri undangan, dan berdo’a bagi yang bersin. [HR Bukhari & Muslim]
Imam Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Author berkata :
Ucapan beliau (Hak seorang muslim), yakni tidak layak ditinggalkan, maka pelaksanaannya bisa berhukum wajib atau sunnah muakkad, yaitu sangat ditekankan sehingga menyerupai wajib yang tidak layak diringgalkan. Ibnu Bathal mengatakan, “Yang dimaksud dengan hak di sini adalah kemuliaan dan persahabatan,”
Ucapan beliau (menengok yang sakit) menunjukkan disyariatkannya menjenguk orang sakit, dan ini telah disyariatkan berdasarkan ijma’. Al-Bukhari menegaskan bahwa itu wajib, ia mencantumkan judul “bab wajibnya menjenguk orang sakit”. Jumhur mengatakan sunnah, dan kadang menjadi wajib pada hak sebagian orang.
وعن ثَوْبَانَ قال‏:‏ ‏(‏قال رسولُ اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وآله وسلم إنَّ الْمُسْلِمَ إذَا عَادَ أخَاهُ الْمُسْلِمَ لَمْ يَزِلُ فِي مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ‏)‏‏.‏
رواه أحمد ومسلم والترمذي‏.
‏ Diriwayatkan dari Tsauban Rhadiallahu ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk orang muslim lainnya, maka ia berada di dalam kebun surge hingga ia kembali (dari menjenguk)” (HR Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).
وعن عَلِيِّ رضي اللَّه عنه قال‏:‏ ‏(‏سَمِعْتُ رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم يقول‏:‏ إذَا عَادَ الْمُسْلِمُ أخَاهُ مَشَى في خِرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ, فَإذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ فَإنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ, وإنْ كانَ مَسَاءً صلى عليه سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ‏)‏‏.‏ رواه أحمد وابن ماجه‏.‏ وللترمذي وأبي داود نحوه‏.‏
Diriwayatkan dari Ali Rhadiallahu ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila seorang muslim yang menjenguk orang muslim lainnya maka seakan-akan ia berjalan di kebun syurga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, ia akan dilimpahi rakhmat. Apababila ia datang pada pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat baginya hingga sore hari; dan jika ia menjenguknya pada sore hari maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat baginya hingga pagi hari” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Abu Dawud seperti itu).
وعن أنَسٍ قال‏:‏ ‏(‏كان النبيّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم لَا يَعُوْدُ مَرِيْضًا إلَّا بَعْدَ ثَلَاثٍ‏)‏‏.‏ رواه ابن ماجه‏.‏
Dari Anas, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasanya tidak menjenguk orang sakit kecuali setelah tiga hari,” (HR. Ibnu Majah)
[Nailul Author 2, hal. 149-150].

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka akan terdengarlah seruan dari langit, ‘Baik sekali perbuatanmu! Baik sekali kunjunganmu! Engkau telah menyediakan satu tempat tinggal di dalam surge” (HR. Ibnu Majah)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan berfirman pada hari kiamat, ‘Hai anak Adam, Aku sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’ Orang itu bertanya, ‘Oh Tuhan, bagaimana aku harus menjengukMu sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?’ Allah menjawab, ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya? Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu menjenguknya pasti kamu dapati Aku di sisinya?’ ‘Hai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi tidak kamu beri Aku makan.’ Orang itu menjawab, ‘Ya Rabbi, bagaimana aku memberi makan Engkau, sedangkan Engkau adalah Tuhan bagi alam semesta?’ Allah menjawab, ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku si Fulan meminta makan kepadamu, tetapi tidak kauberi makan? Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu beri makan dia niscaya kamu dapati hal itu di sisiKu?’ ‘Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi tidak kamu beri minum.’ Orang itu bertanya, ‘Ya Tuhan, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau Tuhan bagi alam semesta?’Allah menjawab, ‘Hamba-Ku si Fulan meminta minum kepadamu, tetapi tidak kamu beri minum. Apakah kamu tidak tahu bahwa seandainya kamu memberinya minum niscaya akan kamu dapati (balasannya) itu di sisi-Ku?” (HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Tsauban Rhadiallahu ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk orang muslim lainnya, maka ia berada di dalam kebun surge hingga ia kembali (dari menjenguk)” (HR Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika engkau menemui si sakit, kobarkanlah harapan agar ia panjang umur. Hal seperti itu tidak dapat menolak takdir, tetapi akan menenteramkan jiwa si sakit! Dan shalawat dan salam dari Allah akan terlimpah atasnya,”
Disunahkan untuk memendekkan waktu berkunjung dan menjarangkan waktu ziarah agar tidak menyusahkan si sakit, kecuali jika ia menghendaki sebaliknya.
[Fiqih Sunnah 2, hal. 105]

Do’a untuk Orang Sakit
Imam Nawawi dalam kitab Riyadus Salikhin menulis dalam bab Ucapan Yang Dapat Digunakan Untuk Mendoakan Orang Sakit
sebagai berikut :
عن عائشةَ رضي الله عنها، أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذَا اشْتَكَي الْأِنْسَاُن الشَّيْءٍ مِّنْهُ، أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جُرْحٌ، قال النبيُّ صلى الله عليه وسلم بِأُصْبُعِهِ هَكَذَا، وَوَضَعَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ الرَّاوِي سَبَّابَتَهُ بِالْأَرْضِ ثُمَّ رَفَعَهَا وقال‏:‏ ‏"‏بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَي بِهِ سَقِيْمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا‏"‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏
898. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahawasanya Nabi s.a.w. itu apabila ada seseorang yang mengeluh kerana ada sesuatu yang dirasa sakit pada dirinya atau ada luka, kecil atau besar, maka Nabi s.a.w. berdoa dengan menggunakan jari tangannya sedemikian. Sufyan bin 'Uyainah yang meriwayatkan Hadis ini menunjukkan cara menggunakan jari itu, yakni telunjuknya diletakkan di bumi lalu diangkat dan di waktu meletakkan itu mengucapkan - yang ertinya:
''Dengan menyebut nama Allah, ini adalah tanah bumi kita, di-campur dengan ludah sebahagian dari kita, dengannya dapat di-Sembuhkan orang sakit di antara kita, dengan izin Tuhan kita."

وعنها أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان يَعُوْدَ بَعْضَ أَهْلِهِ يَمْسَحُ بِيَدِهِ الْيُمْنَي ويقول‏:‏ ‏"‏اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَاسَ، وَاشْفِ، أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَّا يُغَادِرُ سَقَماً” ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏
899. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahawasanya Nabi s.a.w. pada suatu waktu meninjau setengah dari keluarganya yang sakit. Beliau s.a.w. mengusap dengan tangannya yang kanan dan mengucapkan - yang ertinya: "Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah kesukaran - yakni penyakit - ini. Sembuhkanlah, Engkau sajalah yang dapat menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan daripadaMu, yakni kesembuhan yang tidak lagi meninggalkan penyakit." (Muttafaq 'alaih)

وعن أنَسٍ، رضي الله عنه أنه قال لِثَابِتٍ رحمه اللهُ‏:‏ ألَا أرْقِيْكَ بِرُقْيَةِ رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏؟‏ قال‏:‏ بَلَى، قال‏:‏ ‏"‏اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ ، مُذْ هِبَ الْبَاسِ، اَشْفِ أنت الشَّافِي، لَا شَافِي إلَّا أنْتَ، شِفَاءً لَّا يُغَادِرُ سَقَماً” ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏
900. Dari Anas r.a. bahawasanya ia berkata kepada Tsabit rahima-hullah: "Sukakah engkau saya beri ucapan mantera-mantera dengan mantera-mantera yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w.?" la menjawab: "Baiklah." Anas mengucapkan - yang ertinya: "Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, yang dapat melenyapkan kesukaran -penyakit. Sembuhkanlah, Engkau sajalah yang dapat menyembuhkan. Tiada yang kuasa menyembuhkan kecuali Engkau, suatu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit." (Riwayat Bukhari)

وعن سَعْدِ بْنِ أبِي وَقَاصِ، رضي الله عنه قال‏:‏ عادَنِي رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال‏:‏ ‏"‏ اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْداً، ‏"‏ اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْداً ، ‏"‏ اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْداً "‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏
901. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Saya ditinjau oleh Rasulullah s.a.w. - waktu ia menderita sakit - lalu beliau s.a.w. mengucapkan - yang ertinya: "Ya Allah, sembuhkanlah Sa'ad, ya Allah, sembuhkanlah Sa'ad, ya Allah, sembuhkanlah Sa'ad." (Riwayat Muslim)

وعن أبِي عبد الله عُثْمَانَ بْنِ أبِي الْعَاصِ رضي الله عنه أنَّهُ شَكَي إلي رسولِ الله صلى الله عليه وسلم وجَعاً يَجِدُهُ في جَسَدِهِ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ‏"‏ضَعْ يَدَكَ عَلَي الَّذِي تَأْلَمُ مِنْ جَسَدِكَ وقُلْ‏:‏ بسمِ اللهِ -ثلاثاً- وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ‏:‏ أعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أجِدُ وأُحَاذِرُ” ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏
902. Dari Abu Abdillah iaitu Usman bin Abul 'Ash r.a. bahawasanya ia mengadu kepada Rasulullah s.a.w. kerana adanya suatu penyakit yang diderita dalam tubuhnya, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda padanya: "Letakkanlah tanganmu pada tempat yang engkau rasa sakit dari tubuhmu itu, kemudian ucapkanlah "Bismillah" tiga kali, lalu ucapkanlah pula sebanyak tujuh kali-yang ertinya: "Saya mohon perlindungan dengan kemuliaan Allah dan kekuasaanNya dari keburukannya sesuatu yang saya peroleh dan saya takutkan." (Riwayat Muslim)

وعنِ ابْنِ عَبّاَسٍ، رضي الله عنهما، عنِ النبيِّ صلى الله عليه وسلم ، قال‏:‏ ‏"‏مَنْ عَادَ مَرِيْضاً لَمْ يَحْضُرُ أجَلُهُ، فقال عِنْدَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ‏:‏ أسْألُ اللهَ الْعَظِيْمِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أنْ يَشْفِيَكَ‏:‏ إلَّا عَافَاهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ المْرْضِ‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه أبو داود والترمذي وقال‏:‏ حديث حسن، وقال الحاكم‏:‏ حديث صحيح علي شرط البخاري‏)‏‏)‏‏.‏
903. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang meninjau orang sakit yang belum waktunya untuk didatangi oleh ajal kematiannya, lalu orang yang meninjau tadi mengucapkan untuk yang sakit itu sebanyak tujuh kali, iaitu ucapan - yang ertinya: "Saya mohon kepada Allah yang Maha Agung, yang menguasai 'arasy yang agung, semoga Allah menyembuhkan penyakitmu, melainkan Allah akan menyembuhkan orang tadi dari penyakit yang dideritainya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan. Imam Hakim berkata bahawa Hadis ini adalah shahih menurut syaratnya Imam Bukhari.
وعنه أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم ، دَخَلَ عليَ أعَرَأبِي يَعُوْدُهُ وكانَ إِذَا دَخَلَ عَلَي مَنْ يَعُوْدُهُ قال‏:‏ ‏"‏لَا بَأْسَ، طَهُوْرٌ إنْ شَاءَ اللهُ‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه البخاري‏)‏‏)‏‏.‏
904. Dari Ibnu Abbas r.a. pula bahawasanya Nabi s.a.w. masuk ke tempat A'rab- penghuni pedalaman negeri Arab - untuk meninjaunya-kerana sakit-dan Nabi s.a.w. itu apabila masuk ke tempat orang sakit untuk meninjaunya, maka beliau mengucapkan - yang ertinya: Tidak ada halangan apa-apa. Ini sebagai pencuci dosa-dosamu Insya Allah." (Riwayat Bukhari)

وعن أبي سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِي رضي الله عنه أنَّ جِبْرِيْلَ أتَي النَّبِيَّ،صلى الله عليه وسلم ، فقال‏:‏ يَا مُحَمّدًَ اَشْتَكَيْتَ‏؟‏ قال‏:‏ ‏"‏نَعَمْ‏"‏ قال‏:‏ بِسْمِ اللهِ أرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ، اللهِ يَشْفِيْكَ، بِسْمِ اللهِ أرْقِيْكَ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏
905. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahawasanya Jibril mendatangi Nabi s.a.w. lalu berkata: "Hai Muhammad, adakah anda sakit?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya." Jibril lalu mengucapkan - yang ertinya: "Dengan nama Allah, saya memberikan mantera-mantera padamu, dari segala macam bahaya yang menyakitkan dirimu, juga dari semua hati dan mata yang mendengki. Allah akan menyembuhkan penyakitmu. Dengan nama Allah, saya memberikan mantera-mantera padamu." (Riwayat Muslim)
وعن أبي سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِي وأبِي هُرَيْرَةَ، رضي الله عنهما، أنَّهُمَا شَهِدَا عَلَي رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، أنَّهُ قال‏:‏ ‏"‏مَنْ قال‏:‏ لا إله إلا اللهُ والله اكبرُ، صدَّقَهُ رَبُّهُ، فقال‏:‏ لا إله إلا أنا وأنا أكبرُ‏.‏ وإذا قال‏:‏ لا إله إلا الله وحده لا شريك له، قال‏:‏ يقول‏:‏ لا إله إلا أنا وَحْدِي لا شريك لِي‏.‏ وإذا قال‏:‏ لا إله إلا اللهُ له الْمُلْكُ وله الحمدُ، قال‏:‏ لا إله إلا أنا لِيَ الْمُلْكُ ولِيَ الحمدُ‏.‏ وإذا قال‏:‏ لا إله إلا الله ولا حول ولا قوة إلا بالله، قال‏:‏ لا إله إلا أنا ولا حول ولا قوة إلا بِي‏"‏ وكان يقول‏:‏ ‏"‏مَنْ قَالَهَا فِي مَرَضِهِ ثُمَّ مَاتَ لَمْ تَطْعَمْهُ النَّارُ‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه الترمذي وقال‏:‏ حديث حسن‏)‏‏)‏
906. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma bahawasanya keduanya itu menyaksikan Rasulullah s.a.w. bahawa beliau bersabda:
"Barangsiapa yang mengucapkan - yang ertinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah adalah Maha Besar," maka ucapannya itu akan dibenarkan oleh Tuhannya dan Tuhan berfirman: "Tiada tuhan selain Aku dan Aku adalah Maha Besar." Kemudian jikalau orang itu mengucapkan - yang ertinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutuNya," maka Tuhan berfirman: "Tiada Tuhan melainkan Aku yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiKu." Seterusnya apabila orang itu mengucapkan - yang ertinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah, bagiNya adalah segenap kerajaan dan baginya pula segala puji-pujian," maka Allah berfirman: "Tiada Tuhan melainkan Aku, bagiKu segenap kerajaan dan bagiKu pula segala puji-pujian." Dan jikalau orang itu mengucapkan - yang ertinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah," maka Allah berfirman: "Tiada Tuhan melainkan Aku dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolonganKu."
Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengucapkan semua di atas itu di waktu sakitnya lalu ia meninggal dunia, maka ia tidak akan dapat dimakan oleh api neraka." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
[Riyadus Salikhin 2, hal. ]

Meminta Doa Orang Yang Sakit
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata :

وعن عُمَرَ رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذَا دَخَلَتْ عَلَى مَرِيْضٍ فَمَرَهُ فَلْيَدَعَ لَكَ. فَإِنَّ دَعَاءَ الْمَلَائِكَةُ
Dari Umar r.a. bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika engkau datang menjenguk si sakit, suruhah ia berdo’a untukmu, karena doanya seperti doa malaikat, yakni besar kemungkinan dikabulkan Allah” (HR.Ibnu Majah).
Pengarang Az-Zawa’id berkata, “Sanadnya sahih dan perawinya dapat dipercaya, tetapi hadits ini munqathi, artinya terputus,”
[Fiqih Sunnah 2, hal. 105]

Kesimpulan
1. Allah Subhanahu wata’la melalui RasulNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan begitu banyak keutamaan bagi orang-orang yang menjenguk orang sakit.
2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mensyariatkan untuk mendo’akan orang yang sakit ketika kita menjenguknya.
3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh-contoh do’a yang dibaca ketika menjenguk orang sakit.
4. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mensyariatkan agar meminta do’a kepada orang yang sedang sakit.


Sumber Rujukan :
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
- Imam Nasa’I, Sunan An-Nasa’I (E-book)
- Abu Daud, Sunan Abu Daud (E-book)
- Imam Nawawi, Riyadus Salihin, Al-Ma’arif, Bandung, 1986.
-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006
-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, As-Syufa, Semarang, 1994.

YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH

  YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT FITRAH Oleh : Masnun Tholab   Hukum Zakat Fitrah Sayyid Sabbiq dalam kitab Fiqih Sunnah mengatakan bahw...